Bali, Portonews.com – Indonesia saat menjadi tuan rumah The 18th ASEAN Coordinating Committee on Micro Small and Medium Enterprises (ACCMSME) Meeting and Related Meetings mengusung isu penguatan kerja sama kebijakan UMKM dalam forum yang diselenggarakan pada 21-25 Oktober 2024 di The Anvaya Beach Resort Bali.
Staf Ahli Bidang Produktivitas dan Daya Saing Kementerian Koperasi dan UKM Herbert Siagian menyatakan bahwa ACCMSME merupakan wadah penting bagi negara-negara anggota ASEAN untuk mendiskusikan kebijakan, serta bertukar praktik dan strategi terbaik dalam mendukung pertumbuhan UMKM di kawasan ASEAN.
“Dengan menyelaraskan kebijakan UMKM nasional dengan strategi regional ASEAN, kita dapat bersama-sama memperkuat daya saing, ketahanan, dan keberlanjutan UMKM di ASEAN,” kata Herbert Siagian dalam keterangan resminya di Bali, Selasa (22/10/2024).
Herbert menjelaskan UMKM khususnya di Indonesia memiliki peran besar dalam pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Namun meskipun memiliki peran vital, UMKM menghadapi banyak tantangan yang memerlukan tindakan kolektif untuk mengatasinya.
“Untuk itu, kerja sama regional sangat penting, karena tidak ada negara yang dapat mengatasi hambatan ini sendirian,” tambahnya.
Pertemuan ini bertujuan untuk memantau perkembangan komitmen negara anggota ASEAN untuk mendukung UMKM yang tertuang dalam Strategic Action Plan for SME Development (SAP-SMED) 2016-2025, serta menyusun rencana untuk ASEAN setelah 2025.
Sebagai upaya mendorong pertumbuhan UMKM, rencana aksi SAP-SMED berfokus pada peningkatan produktivitas, teknologi, inovasi, akses keuangan, pasar, serta pengembangan keterampilan. “Dengan mengikuti prioritas strategis ini, kita tidak hanya memperkuat daya saing UMKM, tetapi juga memastikan ketahanan mereka dalam menghadapi tantangan global,” ungkapnya.
Salah satu capaian dan kemajuan proyek akan disampaikan oleh Indonesia dalam pertemuan ACCMSME ke-18 adalah progress implementasi In-depth Study on MSME Finance Gap yang bertujuan memuat analisis kesenjangan pada akses pembiayaan bagi UMKM di ASEAN.
Adapun proses pengumpulan data telah berhasil dilaksanakan melalui survei diseminasi online, serta site visit dan consultation meeting di 9 negara anggota ASEAN dan Myanmar melalui pertemuan konsultasi online.
“Kami (Indonesia) sendiri telah bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta berkoordinasi dengan The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) untuk mengeksekusi kajian. Pada pertemuan ACCMSME kali ini, kami akan menyampaikan key finding dan mendiskusikan tindak lanjut atas kajian tersebut untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan di ASEAN.” jelasnya.
Dengan mendekatnya penyelesaian SAP-SMED 2016-2025, kata Herbert, ASEAN harus memastikan untuk mempertahankan komitmennya terhadap visi komunitas ekonomi ASEAN agar menjadi komunitas yang terintegrasi dan kohesif, kompetitif, inovatif, serta dinamis.
“Tentunya dengan konektivitas dan kerja sama sektoral yang ditingkatkan, untuk menjadi komunitas yang lebih tangguh, inklusif, dan berorientasi pada rakyat, yang terintegrasi dengan ekonomi global,” ujarHerbert.
Pertemuan ini dihadiri oleh para delegasi dari 10 negara anggota ASEAN serta Timor Leste sebagai observer, termasuk mitra dialog seperti Pakistan, Jerman, Korea Selatan, dan Jepang. Selain itu, sejumlah organisasi internasional juga turut hadir, seperti The Asia Foundation (TAF), AEM-METI Economic and Industrial Cooperation Committee (AMEICC), Deloitte, US-ASEAN Partnership Program (AUPP), The Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GmbH (GIZ), United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP), the Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), UNDP, dan lain-lain.
Selain pertemuan utama, beberapa kegiatan pendukung juga diselenggarakan, antara lain The 9th Task Force on ASEAN Access, The 3rd Steering Committee Meeting for IDEAS Project 2023, External Partner Dialogue, US-ABC Networking Luncheon and Report Launch, site visit, serta pameran UMKM unggulan.