Jakarta, Portonews.com – Harga minyak mentah dunia menguat terbatas setelah kelompok industri AS melaporkan stok minyak mentah naik lebih dari perkiraan pada pekan lalu dan karena investor mengekang ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS.
Pada perdagangan Rabu (14/2/2024) pukul 14.40 WIB harga minyak brent naik tipis 0,14% menjadi US$82,89 per barel. Sementara minyak WTI naik tipis 0,14% ke US$77,98 per barel.
“Reli (harga) telah terpotong oleh angka inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan, yang berpotensi mendorong kembali siklus penurunan suku bunga,” kata pemimpin tim sektor energi Bank DBS Suvro Sarkar.
“Selain itu, peningkatan persediaan kemungkinan akan memberikan kejutan positif pada minggu ini, dan penghentian produksi di kilang BP di Whiting juga tidak membantu masalah di sisi permintaan.”
Persediaan minyak mentah AS naik 8,52 juta barel dalam pekan yang berakhir 9 Februari, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute yang dirilis Selasa malam.
Peningkatan tersebut jauh lebih besar dari kenaikan 2,6 juta barel yang diperkirakan oleh para analis yang disurvei oleh Reuters
“Peningkatan minyak mentah cukup bearish. Namun, hal ini diimbangi oleh penurunan produk yang besar,” kata analis ING dalam sebuah catatan, menambahkan bahwa data tersebut mungkin mencerminkan penghentian produksi kilang.
Data API menunjukkan persediaan bensin turun 7,23 juta barel dan stok sulingan turun 4,02 juta barel, keduanya merupakan penurunan yang jauh lebih besar dari perkiraan para analis.
Yang juga membebani pasar adalah data pada hari Selasa yang menunjukkan inflasi konsumen AS tetap tinggi pada bulan lalu. Akibatnya, investor kini memperkirakan para pengambil kebijakan The Fed akan menunggu lebih lama sebelum memangkas suku bunga, yang berpotensi mengurangi pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
Dengan dihilangkannya ekspektasi penurunan suku bunga, dolar naik ke level tertinggi dalam tiga bulan. Penguatan dolar biasanya membebani permintaan minyak di kalangan pembeli yang membayar dalam mata uang lainnya.
Analis ANZ mengatakan harga telah melemah sebagian karena kekhawatiran mengenai tingkat pasokan dari anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), meskipun secara keseluruhan prospek permintaan bullish dalam laporan bulanan kelompok tersebut pada hari Selasa.
“Laporan pasar minyak bulanan OPEC … menimbulkan beberapa kekhawatiran mengenai kepatuhan kelompok tersebut terhadap pengurangan produksi baru-baru ini. Hanya Kuwait dan Aljazair yang menerapkan pemotongan tersebut, dengan produksi Irak jauh di atas kuota yang disepakati,” kata analis ANZ dalam catatan kliennya.