Jakarta, Portonews.com – Harga minyak melemah pada perdagangan Selasa (16/7/2024). Investor masih memantau data terbaru yang memberikan sinyal penurunan suku bunga The Fed.
Melansir Yahoo Finance News, Selasa, 16 Juli 2024, minyak Brent berjangka turun sembilan sen, atau 0,1 persen, menjadi USD84,76 per barel pada 12:21 GMT. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 13 sen, atau 0,2 persen, menjadi USD81,78 per barel.
Ketua Fed Jerome Powell mengatakan tiga pembacaan inflasi AS selama kuartal kedua tahun ini memperkuat laju kenaikan harga kembali ke target bank sentral secara berkelanjutan.
Suku bunga yang lebih rendah menurunkan biaya pinjaman, sehingga dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.
Di sisi pasokan, pejuang Houthi di Yaman, sebagai respons terhadap pemboman Israel di Gaza, menargetkan tiga kapal, termasuk sebuah kapal tanker minyak, di Laut Merah dan Mediterania dengan rudal balistik, drone, dan perahu jebakan, kata mereka pada hari Senin.
Meskipun krisis di Timur Tengah tidak berdampak pada pasokan, serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah telah memaksa kapal-kapal mengambil rute yang lebih panjang, sehingga minyak tetap berada di perairan lebih lama.
Di tempat lain, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pasar minyak global akan seimbang pada paruh kedua tahun ini dan setelahnya karena kesepakatan produksi antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+.
Menurut CME FedWatch Tool, pasar kini melihat peluang 94 persen penurunan suku bunga AS pada September.
Ekonomi Tiongkok melambat.
Sementara itu laju harga minyak dunia tertekan perekonomian Tiongkok tumbuh jauh lebih lambat dari perkiraan pada kuartal kedua, terhambat oleh penurunan properti yang berkepanjangan dan ketidakamanan lapangan kerja.
Data resmi menunjukkan ekonomi terbesar kedua di dunia ini tumbuh 4,7 persen pada April-Juni, pertumbuhan paling lambat sejak kuartal pertama 2023 dan meleset dari perkiraan 5,1 persen dalam jajak pendapat Reuters. Pertumbuhan ini juga melambat dari ekspansi kuartal sebelumnya sebesar 5,3 pesen.
Produksi kilang Tiongkok turun 3,7 persen pada Juni dibandingkan tahun sebelumnya, data resmi menunjukkan pada Senin, turun selama tiga bulan sebagian karena pemeliharaan yang direncanakan. Sementara margin pemrosesan yang lebih rendah dan permintaan bahan bakar yang lesu mendorong pabrik-pabrik independen untuk mengurangi produksi.