Jakarta, Portonews.com – Harga minyak kompak bergerak melemah pada awal perdagangan pagi hari ini. Namun dalam sepekan kemarin harga minyak masih cukup stabil seiring dengan ketegangan konflik Timur Tengah yang belum kunjung usai.
Pada pembukaan perdagangan hari ini Senin (19/2/2024), harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,27% di posisi US$78,98 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent dibuka lebih rendah atau turun 0,23% di posisi US$83,28.
Sementara itu pada perdagangan Jumat (16/2/2024), harga minyak mentah WTI ditutup melesat 1,49% di posisi US$79,19 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent terapresiasi 0,74% ke posisi US$83,47 per barel.
Harga minyak berakhir lebih tinggi pada perdagangan Jumat karena ketegangan geopolitik di Timur Tengah lebih dari cukup untuk mengimbangi perkiraan Badan Energi Internasional (IEA) mengenai melambatnya permintaan.
Meningkatnya risiko konflik yang lebih luas di Timur Tengah masih mendukung harga minyak mentah dalam sepekan kemarin.
Pada hari Kamis, Hizbullah mengatakan
pihaknya menembakkan puluhan roket ke sebuah kota di Israel utara sebagai “respon awal” terhadap pembunuhan 10 warga sipil di Lebanon selatan, hari paling mematikan bagi warga sipil Lebanon dalam empat bulan permusuhan lintas batas.
Reaksi pasar minyak terhadap berita dari Timur Tengah adalah moderat, menurut Giovanni Staunovo, analis di UBS, kepada Reuters.
Dalam perkembangna lain, harga produsen AS meningkat lebih dari perkiraan pada bulan Januari di tengah kenaikan kuat pada biaya jasa, yang dapat memperkuat kekhawatiran inflasi.
Data menunjukkan bahwa harga produsen AS naik lebih dari yang diperkirakan pada bulan Januari 2024. Indeks harga produsen (PPI) AS, ukuran harga yang diterima produsen barang dan jasa dalam negeri, naik 0,3% pada bulan tersebut, pergerakan terbesar sejak Agustus.
Akan tetapi, penurunan penjualan ritel mendorong harapan The Fed akan segera menurunkan suku bunga, yang dapat mendukung permintaan minyak.
Sebagia informasi, penjualan ritel Januari 2024 turun 0,8%, jauh lebih buruk dibanding perkiraan penurunan 0,3% yang diharapkan oleh ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.
“Harapan penurunan suku bunga AS memberikan dukungan pada perdagangan minyak hari Kamis, namun investor kini menyesuaikan posisi mereka menjelang (liburan) akhir pekan yang panjang di AS,” ujar Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading, salah satu unit Nissan Securities, kepada Reuters.
Adapun pada hari Kamis, IEA mengatakan pertumbuhan permintaan minyak global kehilangan momentum dan memangkas perkiraan pertumbuhan tahun 2024.
Badan tersebut memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak global akan melambat menjadi 1,22 juta barel per hari (bph) pada tahun 2024, sekitar setengah dari pertumbuhan yang terlihat tahun lalu, sebagian disebabkan oleh penurunan tajam dalam konsumsi China. Sebelumnya mereka memperkirakan pertumbuhan permintaan pada tahun 2024 sebesar 1,24 juta barel per hari.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan penggunaan minyak akan terus meningkat selama dua dekade mendatang.
Hal itu seiring dengan perusahaan-perusahaan energi AS yang pada pekan lalu mengurangi jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi untuk kedua kalinya dalam tiga minggu, menurut laporan perusahaan jasa energi Baker Hughes pada hari Jumat.