Jakarta, Portonews.com – Profesor Riset di Indonesia merupakan posisi akademik tertinggi di lembaga pendidikan tinggi atau institusi riset, khususnya BRIN. Empat kandidat Profesor Riset baru di lingkungan BRIN akan menyampaikan orasinya, di Gedung B.J Habibie, Jakarta, Rabu (26/6/2024).
Yusmani, dengan kepakaran Hama dan Penyakit Tanaman, akan menyampaikan terobosan inovasi Cendawan Entomopatogen (CEP) untuk pengendalian hama penting kedelai.
Diketahui, beberapa jenis hama penting sudah resisten terhadap sebagian besar formulasi pestisida sintetik, akibat penggunaan pestisida kurang bijaksana.
Yusmani mengatakan, CEP merupakan salah satu jenis agens hayati yang dapat menghambat terjadinya resistensi dan resurjensi, serta toksik pada berbagai jenis hama penting. Tiga jenis CEP yaitu Lecanicillium lecanii, Beauveria bassiana, dan Aschersonia aleyrodis merupakan mikroorganisme heterotrop yang bersifat parasit dan mampu membunuh berbagai jenis dan stadia serangga hama.
“Keunggulan lain CEP karena bersifat ovisidal, yaitu mampu menggagalkan penetasan telur serangga hama yang tidak dimiliki oleh efikasi pestisida sintetik, dan bersifat ramah lingkungan. Sehingga, mendukung tercapainya sistem pertanian berkelanjutan,” ungkap Yusmani.
Selanjutnya, Endang Romjali, dengan kepakaran Pemuliaan dan Genetika Ternak. Dia melakukan inovasi peningkatan mutu genetik domba, melalui persilangan antara domba lokal dengan domba eksotik (domba St.Croix dan Barbados Blackbelly) untuk mendapatkan domba unggul komposit.
Umumnya, domba lokal tingkat produktivitasnya relatif rendah dengan bulu (wool) yang tebal, Sehingga, menimbulkan masalah dalam mencapai produktivitas optimal. Namun, domba lokal memiliki keunggulan seperti kinerja reproduksinya yang baik dengan interval kelahiran pendek, tidak dibatasi musim, dan jumlah anak sekelahiran (litter size) yang tinggi.
Selain itu, kondisi lingkungan Indonesia yang beriklim tropis menjadi media perkembangan parasit dan penyakit tertentu.
“Domba unggul komposit memiliki keunggulan selain pertumbuhan yang cepat, juga mampu beradaptasi dengan baik, memiliki sifat pertumbuhan dan prolifikasi yang tinggi, serta daya adaptasi pada lingkungan tropis Indonesia,” kata Endang.
Sementara itu, Cuk Supriyadi Ali Nandar, dengan kepakaran Dinamika dan Stabilitas Sistem Tenaga Listrik, akan memaparkan teknologi jaringan listrik cerdas untuk meningkatkan stabilitas sistem tenaga listrik dalam mendukung transisi energi di Indonesia.
Dia menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi Wide Area Monitoring Protection and Control (WAMPAC) dengan teknologi kecerdasan buatan, untuk monitoring dan kontrol sistem tenaga listrik di area yang luas dan melintasi batas kendali tradisional, serta sebagai dasar analisis lanjutan secara akurat.
Menurutnya, permasalahan yang bisa timbul dari rendahnya stabilitas sistem tenaga listrik adalah dapat memperpendek umur pakai peralatan dan pemborosan konsumsi energi. Bahkan, menyebabkan pemadaman listrik (black out) akibat kegagalan stabilitas jaringan listrik, seperti yang baru saja terjadi di sebagian wilayah Sumatera pada awal Juni tahun ini.
Hasil riset teknologi smart grid diharapkan dapat menjadi solusi terhadap permasalahan fluktuasi, ketahanan, keandalan, efisiensi, dan produktivitas jaringan listrik. “Pemanfaatan teknologi adaptive robust control dapat menjadi salah satu terobosan untuk meningkatkan kestabilan sistem tenaga listrik pada kondisi operasi yang sangat ekstrem,” terangnya.
Peran Artificial Intelligent (AI) dan Machine Learning (ML), sebut dia, sangat penting dalam aplikasi smart grid.
Sedangkan Adi Purwandana, dengan kepakaran Gelombang Internal dan Percampuran Turbulen Laut, menekankan pentingnya riset karakterisasi gelombang internal laut dan percampuran turbulen massa air laut.
Dijelaskannya, perairan Indonesia merupakan zona pembangkitan gelombang pasang surut internal, yang berpotensi berevolusi menjadi gelombang internal soliter (soliton) dengan amplitudo ekstrem di bawah permukaan laut. Kehadiran fenomena tersebut juga mengindikasikan bahwa kawasan laut Indonesia merupakan zona dengan percampuran turbulen massa air laut yang kuat.
Kesadaran masyarakat akan dampak soliton meningkat pascatragedi tenggelamnya kapal selam TNI AL, KRI Nanggala 402, yang diduga dipicu oleh soliton di perairan utara Bali.
“Riset karakterisasi gelombang internal laut dan percampuran turbulen massa air laut sangat penting untuk menunjang aspek keselamatan aktivitas bawah air dan monitoring analisis dampak lingkungan (AMDAL), kesehatan, dan konservasi lingkungan laut,” tegas Adi.