Membaca buku adalah kenikmatan tersendiri, apalagi ditemanin lagu-lagu dangdut klasik H. Rhoma Irama, Meggy Z, Imam S Arifin, Yus Yunus, Evie Tamala, Jhonny Iskandar, Asep Irama, Rita Sugiarto, dan lain-lain. Belum lagi, membaca bukunya di kawasan nan indah, pinggir pantai, yang sekarang dimodifikasi menjadi danau, Buhaira, di mana ada Jalan Bapak Bangsa Sukarno.
Ritual saya saban sahari jalan kaki hampir 10 km di kawasan indah ini. Olahraga itu penting untuk menjaga kesehatan. Sebah sehat jasmani menjadi instrumen untuk menjadi sehat aklani. Ora et labora.
Duduk hampir 6 jam tidak terasa mengkhatamkan buku baru, senior dan sahabat dekat, Professor Mun’im Sirry, THINK OUTSIDE THE BOX. Buku yang menurut saya harus menjadi bacaan wajib bagi para mahasiswa UIN, IAIN, STAIN, dan perguruan tinggi Islam lainnya, termasuk para mahasiswa yang sedang belajar di kawasan Timur-Tengah, termasuk Tunisia.
Buku ini mengajak kita untuk berfikir kreatif, inovatif dan kritis atas apa yang selama ini mapan. Di tengah banjirnya gelar Guru Besar fi Tanah Air, saya belakangan makin khawatir, karena tidak sebanding dengan matinya pemikiran dan gagasan baru untuk menopang perubahan-perubahan dan isu-isu kontemporer yang makin kompleks dan dinamis.
Namun, buku karya sahabat saya ini mampu mengetengahkan cara berpikir dan khazanah yang luas dan kaya. Bayangkan, membaca buku ini terasa membaca ratusan buku dan literatur, dari klasik hingga kontemporer. Intinya, Islam dan pemikiran Islam itu sangat menarik, terbuka, luas, dan dalam. Meminjam istilah Nashr Hamid Abu Zayd dalam bukunya “Mafhum al-Nash”, al-Islamu bahrun qa’ruha la tudrak. Islam laksana samudera yang kedalamannya tak terhingga, tak ada yang mengetahuinya, dalam sekali.
Kemarin saya menelpon penulis, sekadar mengucapkan selamat atas buku barunya, yang kali ini ditulis secara populer untuk pembaca umum. Menurut saya, senior dan sahabat, penulis buku ini merupakan pemikir muslim kontemporer kelas dunia, yang sejajar dengan Muhammad Arkoun, Abid al-Jabiri, Hassan Hanafi. Selain sangat produktif menulis jurnal dan buku, ia mempunyai kedalaman, keaslian, keluasan, dan keberanian dalam melakukan inovasi dan melahirkan pemikiran kreatif.
Jujurly, saya sangat bangga dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya, karena senior dan sahabat sesama warga Madura ini bisa menembus pentas pemikiran Islam dunia. Ia mengajar di salah satu kampus terbaik Amerika Serikat. “Kita orang orang Madura yang ‘tataq’, bisa berprestasi pada level dunia”, ujar saya kepada Professor Mun’im sembari tertawa lepas. Saya merekomendasikan Anda semua untuk membaca buku ini.