Laut Natuna Utara, Portonews.com – Ketegangan kembali terjadi di perairan Laut Natuna Utara. Pada hari Senin pagi, Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla RI) mengusir kapal Coast Guard China (CCG) 5402 yang mengganggu kegiatan survei seismik oleh PT Pertamina East Natuna. Insiden ini terjadi di kawasan Landas Kontinen Indonesia yang menjadi wilayah kerja survei tersebut.
Peristiwa ini bermula ketika MV Geo Coral, kapal yang melakukan survei seismik 3D, terganggu oleh kehadiran kapal CCG 5402. Survei yang dilakukan oleh PT Pertamina East Natuna merupakan bagian dari pengolahan data seismik di perairan Laut Natuna Utara, di mana MV Geo Coral didampingi oleh tiga kapal chase vessel untuk menjaga keamanan selama operasi berlangsung.
Menurut keterangan resmi Bakamla RI, gangguan dari kapal CCG 5402 dilaporkan melalui intelijen maritim yang segera memicu tindakan cepat. Kapal patroli KN Tanjung Datu-301 dikerahkan menuju lokasi setelah informasi tentang kapal China yang memasuki wilayah Indonesia diterima. Pada pukul 05.30 WIB, KN Tanjung Datu-301 mendeteksi keberadaan kapal CCG 5402 di baringan 125° pada jarak sekitar 7,3 mil laut.
Upaya komunikasi dilakukan oleh KN Tanjung Datu-301 melalui radio, tetapi pihak Coast Guard China tetap mengklaim bahwa area tersebut merupakan bagian dari yurisdiksi mereka, sebuah klaim yang langsung dibantah oleh Indonesia. “Wilayah tersebut adalah bagian dari Landas Kontinen Indonesia, dan kami akan memastikan kedaulatan negara tetap terjaga,” tegas Kapten KN Tanjung Datu-301, dalam keterangannya.
Untuk memperkuat upaya pengamanan, Bakamla RI mendapat dukungan dari TNI Angkatan Laut melalui kapal patroli KRI Sutedi Senaputera 378 serta pesawat patroli udara maritim Bakamla. Pada pukul 05.38 WIB, sinergi antara Bakamla dan TNI AL terlihat jelas ketika kedua pihak melakukan tindakan shadowing terhadap kapal CCG 5402. Langkah ini berhasil mengusir kapal tersebut dari wilayah yurisdiksi Indonesia.
“Kerja sama antara Bakamla RI dan TNI AL merupakan bukti komitmen kami dalam menjaga kedaulatan maritim Indonesia,” ujar Kepala Bakamla RI, menegaskan kembali pentingnya menjaga keamanan di perairan strategis seperti Laut Natuna Utara.
Bakamla RI menegaskan bahwa patroli intensif akan terus dilakukan di kawasan tersebut guna memastikan kegiatan survei berjalan lancar tanpa gangguan lebih lanjut. Dengan patroli maritim yang terus diperketat, Bakamla RI berkomitmen untuk menangani setiap ancaman terhadap wilayah perairan Indonesia dengan cepat dan tegas.
Peristiwa ini menjadi bukti pentingnya kekuatan maritim dalam menghadapi tantangan geopolitik yang semakin kompleks di wilayah Asia Tenggara, di mana Laut Natuna Utara merupakan salah satu titik strategis bagi keamanan dan kedaulatan negara.
Insiden pengusiran kapal Coast Guard China dari Laut Natuna Utara memperlihatkan betapa krusialnya peran Bakamla RI dan TNI AL dalam menjaga kedaulatan maritim Indonesia. Ketegasan yang ditunjukkan dalam menghadapi gangguan asing merupakan bagian dari upaya besar untuk melindungi hak berdaulat Indonesia di perairan strategis ini.
Dilansir dari laman bakamla.go.id, menurut Bakamla RI, tindakan shadowing yang dilakukan oleh KN Tanjung Datu-301 bersama KRI Sutedi Senaputera 378, yang kemudian berhasil memaksa kapal CCG 5402 keluar dari wilayah Indonesia, tidak hanya mencerminkan kemampuan patroli laut Indonesia, tetapi juga memperlihatkan pentingnya sinergi antara berbagai unsur pertahanan maritim nasional.
“Sikap tegas kami dalam menghadapi kapal asing yang mencoba melanggar kedaulatan Indonesia tidak bisa ditawar-tawar. Kami akan terus memantau dan melindungi perairan kita,” tegas Komandan Bakamla RI dalam sebuah pernyataan resmi. Ia juga menambahkan bahwa Bakamla RI berkomitmen untuk melakukan patroli rutin dan memperketat pengawasan di seluruh wilayah perairan yang rentan terhadap potensi ancaman asing.
Sementara itu, PT Pertamina East Natuna menyampaikan apresiasi atas tindakan cepat dan tegas Bakamla RI dalam melindungi kegiatan survei seismik mereka. “Kehadiran Bakamla dan TNI AL di Laut Natuna Utara memberikan rasa aman bagi kami untuk melanjutkan survei seismik yang penting bagi pengembangan sumber daya alam Indonesia,” ungkap perwakilan PT Pertamina East Natuna dalam keterangan tertulis.
Kasus ini sekali lagi mengingatkan pada potensi konflik di wilayah Laut Natuna Utara yang kerap menjadi sengketa, terutama dengan negara-negara yang mengklaim bagian dari perairan tersebut. Meski demikian, Indonesia tetap teguh dengan sikap bahwa wilayah tersebut, sesuai dengan ketentuan hukum internasional, termasuk dalam Landas Kontinen Indonesia.
Dengan semakin tingginya ketegangan di Laut Natuna Utara, Bakamla RI dan TNI AL akan terus memperkuat langkah-langkah pengamanan. Selain patroli laut, kerja sama dengan mitra internasional juga akan diperkuat untuk memastikan keamanan di perairan strategis ini tetap terjaga. Upaya ini merupakan bagian dari strategi nasional untuk menjaga stabilitas di wilayah Asia Tenggara, terutama di tengah dinamika geopolitik yang kompleks.
Patroli intensif di Laut Natuna Utara oleh Bakamla RI tidak hanya menunjukkan kemampuan pertahanan maritim Indonesia, tetapi juga menegaskan bahwa Indonesia siap menghadapi segala bentuk ancaman terhadap kedaulatan wilayahnya. “Kami akan selalu hadir untuk menjaga keamanan perairan Indonesia, dan tidak akan membiarkan gangguan apapun mengancam stabilitas negara ini,” tutup Komandan Bakamla RI. (*)