Jakarta, Portonews.com – Dalam konferensi pers yang berlangsung di Jakarta, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, mengungkapkan perkembangan positif di pasar keuangan Indonesia meskipun ada penurunan ekonomi global. Dia menyatakan bahwa European Central Bank (ECB) dan Bank of England telah memulai siklus penurunan suku bunga, yang berkontribusi pada kebijakan moneter global yang akomodatif. Ini, pada gilirannya, meningkatkan likuiditas di pasar keuangan internasional, termasuk aliran modal yang mulai mengalir ke emerging market seperti Indonesia.
Mahendra menjelaskan bahwa kinerja ekonomi domestik tetap stabil, bahkan di tengah tantangan global. “Inflasi Indonesia terkendali, terutama dengan inflasi pangan yang mulai stabil, dan neraca perdagangan mencatat surplus yang meningkat sejak Juli 2024,” tuturnya. Ia juga menyoroti bahwa keputusan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen diharapkan dapat mendukung likuiditas di perekonomian domestik dan memperkuat kapasitas lembaga jasa keuangan (LJK) dalam menyalurkan pembiayaan.
Dalam rapat Dewan Komisioner OJK yang berlangsung pada 25 September 2024, stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga, meskipun prospek ekonomi global tampak melemah. Mahendra menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi di banyak negara utama menunjukkan penurunan yang serentak (synchronized slowdown). Di Amerika Serikat, misalnya, The Fed menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk 2024, diiringi peningkatan tingkat pengangguran dan penurunan inflasi. Di sisi lain, Tiongkok menghadapi pelambatan momentum pemulihan ekonomi, di mana sektor produksi yang sebelumnya menjadi andalan kini mengalami tekanan.
“Penurunan aktivitas manufaktur mendorong tingkat pengangguran di Tiongkok ke level tertinggi dalam enam bulan terakhir, termasuk peningkatan signifikan dalam tingkat pengangguran muda (youth unemployment),” kata Mahendra. Di Eropa, tekanan ekonomi semakin terlihat dengan penurunan proyeksi pertumbuhan dan peningkatan inflasi.
Sebagai respons terhadap kondisi ini, bank sentral di berbagai negara telah memulai siklus penurunan suku bunga yang agresif. The Fed, misalnya, menurunkan Fed Funds Rate sebesar 50 basis poin, langkah yang sebelumnya hanya diambil saat krisis keuangan global 2008 dan pandemi 2020. Di Tiongkok, People’s Bank of China (PBoC) juga mengambil langkah serupa dengan menurunkan suku bunga kebijakan.
Gubernur PBoC bahkan berkomitmen untuk melanjutkan kebijakan akomodatif dengan menurunkan giro wajib minimum (GWM) sebesar 50 basis poin untuk meningkatkan likuiditas perbankan, serta memperpanjang dukungan terhadap sektor properti selama dua tahun ke depan.
Dengan semua perkembangan ini, optimisme terhadap peningkatan likuiditas dan stabilitas pasar keuangan domestik semakin menguat, meskipun tantangan global masih membayangi prospek ekonomi dunia.