Jakarta, Portonews.com – Peringatan terkait aktivitas gunung api di Nusa Tenggara Timur (NTT) disampaikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui Balai Pemantau Gunung Api dan Mitigasi Gerakan Tanah Nusa Tenggara. Informasi terbaru menyebutkan bahwa satu gunung api telah mencapai level III atau status Siaga, sementara tiga gunung api lainnya berada pada level II atau Waspada.
Zakarias Ghele Raja, Kepala Balai Pemantau Gunung Api dan Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Nusa Tenggara, menyampaikan bahwa dari total 17 gunung api aktif di Pulau Flores dan Lembata, satu di antaranya, yaitu Gunung api Lewotobi Laki-laki di Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, telah dinaikkan statusnya menjadi Siaga , seperti dilansir ANTARA, Senin (1/1/2024).
Sementara itu, tiga gunung api lainnya yang berada pada level II atau Waspada adalah Gunung api Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Inelika di Kabupaten Ngada, dan Lewotobi Perempuan di Flores Timur. Gunung Ile Lewotolok sebelumnya berstatus Siaga, tetapi pada 28 Desember 2023, statusnya diturunkan menjadi Waspada.
Gunung Inelika, yang sebelumnya berstatus Normal (level I), mengalami peningkatan status menjadi level II atau Waspada pada 4 Oktober 2023. Peningkatan ini disebabkan oleh aktivitas kegempaan yang menunjukkan peningkatan tekanan di bawah tubuh gunung, yang berpotensi memicu gempa vulkanik dan erupsi freatik.
Zakarias menambahkan bahwa kenaikan status Gunung api Lewotobi Perempuan menjadi Waspada terjadi pada 17 Desember 2023. Dengan adanya peningkatan status keempat gunung api ini, masyarakat diminta untuk berhati-hati terhadap potensi bahaya seperti abu vulkanik, awan panas, dan gas beracun yang mungkin terlepas selama erupsi.
Penting bagi masyarakat di sekitar gunung untuk menjauhi pusat erupsi dan menghindari aktivitas di sekitar gunung. Hal ini disarankan karena kecepatan pergerakan magma di perut bumi sulit untuk diantisipasi meskipun frekuensi gempa vulkanik dapat memberikan indikasi tentang pergerakan magma dari sumbernya.
“Memang pergerakan magma dari sumber magma dapat diketahui melalui frekuensi gempa vulkanik, namun kecepatan magma secara tiba-tiba itu sulit dihindari,” ungkap Zakarias. Masyarakat diharapkan dapat mengikuti informasi dan petunjuk resmi yang diberikan oleh otoritas terkait guna mengurangi risiko dampak bencana vulkanik.