Pantai Coogee, Portonews.com – Fenomena misterius terjadi di Pantai Coogee, Sydney, Australia, ketika ratusan puing-puing hitam berbentuk bola ditemukan terdampar di pasir pada Selasa (15/10). Penjaga pantai yang melakukan pemantauan menemukan puing-puing tersebut seukuran bola golf, memicu perhatian warga setempat dan pihak berwenang.
Setelah penemuan ini, petugas lingkungan dari Dewan Kota Randwick segera mengambil tindakan dengan mengumpulkan sampel puing-puing untuk diuji lebih lanjut. Mereka juga menghimbau masyarakat agar tidak menyentuh atau mendekati material yang ditemukan. Akibatnya, pantai ditutup sementara hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Menteri Lingkungan Negara Bagian, Penny Sharpe, mengungkapkan bahwa Environmental Protection Authority (EPA) sedang bekerja sama dengan berbagai lembaga pemerintah dan ilmuwan forensik untuk mengidentifikasi bola-bola hitam tersebut, serta sumber kontaminasi dan risiko yang mungkin ditimbulkan. “Kami menyarankan agar masyarakat tidak berenang, dan Pantai Coogee ditutup,” ujarnya pada Rabu (16/10). “Pantai-pantai lainnya aman, namun kami berharap situasi yang tidak biasa ini dapat diselesaikan dengan cepat.”
Sementara itu, Wali Kota Dewan Randwick, Dylan Parker, melaporkan bahwa bola-bola hitam misterius tersebut masih terdampar di pantai pada pagi hari Rabu (16/10), dan lebih banyak bola terlihat di Pulau Wedding Cake, yang berjarak 1 km dari Pantai Coogee. Pantai Coogee sendiri ditutup dengan barikade kuning, bendera oranye, dan papan tanda yang menyatakan “pekerjaan sedang berlangsung.” Sekitar 20 petugas berpakaian visibilitas tinggi sedang bekerja di sepanjang pantai.
Dikutip dari laman merdeka.com, selama proses pembersihan, bola-bola hitam misterius itu diangkut satu per satu oleh staf, kemudian ditempatkan di gundukan di atas tanda pasang surut dan ditutup dengan pasir agar tidak terbawa arus. Tim jetski juga melakukan pemeriksaan terhadap bola-bola yang ada di air untuk menentukan asalnya.
Sebelumnya, dewan kota mengumumkan melalui media sosial pada Selasa (15/10) malam bahwa Pantai Coogee ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut, setelah penjaga pantai menemukan puing-puing hitam berbentuk bola yang terdampar di sepanjang pantai. Dewan kota sedang menyelidiki asal dan komposisi material tersebut, yang tampak seperti bola-bola gelap. Mereka juga mengatur pemindahan material tersebut dengan aman dari pantai dan melakukan inspeksi di pantai-pantai terdekat lainnya. Pengunjung pantai diimbau untuk menjauh dari Pantai Coogee sampai ada pemberitahuan lebih lanjut dan tidak menyentuh material tersebut selama proses pembersihan dan investigasi berlangsung.
Sementara itu, seorang barista lokal mengungkapkan bahwa keadaan pantai yang ditutup saat ini sangat berbeda dibandingkan dengan pagi hari biasa. “Umumnya, banyak orang terlihat di sana,” katanya. Jennifer, yang bekerja di Coogee Express, mengungkapkan harapannya bahwa bisnisnya akan sepi selama penutupan pantai ini. “Saya rasa minggu depan [situasinya] akan membaik,” ujarnya pada hari Rabu.
Louise Morris, manajer kampanye minyak dan gas di Australian Marine Conservation Society, menyatakan pada hari yang sama bahwa jika ini disebabkan oleh minyak, maka akan menghadapi masalah pembersihan. “Sesuatu pasti telah terjadi di lepas pantai yang dapat merugikan kehidupan laut. Bola tar biasanya muncul akibat tumpahan minyak yang bercampur dengan sampah, plastik, atau bahan lainnya,” jelasnya. “Hewan-hewan kecil yang hidup di dasar laut dan menghirup sedimen akan mulai menelannya. Kami juga telah mengamati burung dan hewan lain yang terlapisi minyak di permukaan air, yang akan memengaruhi kemampuan mereka untuk terbang, makan, dan berenang.”
Sejauh ini, penyelidikan masih berlangsung untuk menentukan penyebab dan sumber material misterius ini. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti perkembangan lebih lanjut terkait situasi ini.
Regulasi Bagi Pelanggar Penumpah Minyak di Indonesia
Di Indonesia, penanganan tumpahan minyak dan pencemaran di laut serta pelabuhan diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan (PM) Nomor 58 Tahun 2013 tentang Penanggulangan Pencemaran di Perairan dan Pelabuhan. Regulasi ini menetapkan tata cara penanganan tumpahan minyak serta kimia dan bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan serta mencegah kerugian ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Dalam PM 58/2013, perusahaan yang menyebabkan tumpahan minyak di laut wajib menangani dan menyelesaikan pencemaran sesuai standar yang telah ditetapkan. Jika perusahaan gagal mematuhi prosedur tersebut, beberapa sanksi bisa dijatuhkan, mulai dari pembayaran denda, pencabutan izin usaha, hingga pembekuan kegiatan usaha. Sanksi disesuaikan dengan tingkat kesalahan dan dampak yang diakibatkan.
Selain itu, PM 58/2013 juga mengatur bahwa perusahaan wajib memiliki rencana penanganan tumpahan minyak yang disetujui oleh pemerintah, dan memastikan semua kegiatan operasional dilakukan dengan standar keamanan yang ditetapkan. Regulasi ini juga mencakup pengawasan terhadap kegiatan pengangkutan laut, penangkapan ikan, serta pembuangan limbah industri lainnya yang dapat mencemari perairan.
Peraturan ini penting dalam menjaga kebersihan perairan Indonesia serta melindungi ekosistem laut dari kerusakan akibat tumpahan minyak. Selain itu, PM 58 juga membantu mencegah dampak negatif terhadap masyarakat yang bergantung pada sumber daya laut untuk kehidupannya.
Catatan :
Peristiwa tumpahan minyak di laut, seperti yang terlihat dalam penutupan Pantai Coogee, memerlukan kerja sama lintas sektor, termasuk pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta. Penanganan tumpahan minyak tidak hanya penting untuk menjaga kelestarian ekosistem laut tetapi juga untuk mencegah dampak buruk terhadap ekonomi masyarakat sekitar. Dalam konteks ini, perusahaan seperti Oil Spill Combat Team (OSCT) Indonesia memainkan peran penting dalam menangani dan meminimalisir dampak tumpahan minyak melalui pelatihan dan respons cepat.
OSCT Indonesia, yang memiliki pengalaman internasional dan standar tinggi dalam penanganan tumpahan minyak, telah terbukti efektif dalam menangani bencana seperti tumpahan minyak di Balikpapan pada 2018. Dengan infrastruktur yang kuat dan tim terlatih, OSCT mampu bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menangani tumpahan secara efisien, melindungi ekosistem, dan mengurangi kerugian ekonomi.
Dalam menghadapi potensi tumpahan minyak seperti yang terjadi di Pantai Coogee, pemerintah dan perusahaan terkait sebaiknya bekerja sama dengan pihak-pihak seperti OSCT Indonesia. Dengan pelatihan dan peralatan yang mereka tawarkan, responden dapat menangani tumpahan minyak dengan cepat dan tepat. Selain itu, perusahaan yang beroperasi di wilayah maritim perlu lebih proaktif dalam mengikuti standar keamanan dan memiliki rencana tanggap darurat, untuk memastikan lingkungan terlindungi dari dampak pencemaran yang lebih besar. (*|