Jakarta, Portonews.com – Sejak awal tahun 2024, sejumlah pompa stasioner di wilayah Jakarta Barat mengalami kerusakan parah akibat sampah yang tersangkut, termasuk celana jins, ban kendaraan, dan tali. Sampah-sampah tersebut sering kali terjebak di dalam bagian penting pompa, menghambat fungsinya dalam mengatasi genangan air.
Dilansir dari laman Antara, Purwanti Suryandari, Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air (Kasudin SDA) Jakarta Barat, mengungkapkan bahwa salah satu contoh kerusakan terjadi di pompa stasioner yang berada di Rawa Buaya dan Perumnas Cengkareng. “Pompa stasioner di Rawa Buaya, Cengkareng, serta di Perumnas juga terkena dampaknya,” kata Purwanti.
Meski demikian, Sudin SDA Jakarta Barat tak tinggal diam. Begitu kerusakan terdeteksi, petugas langsung turun tangan untuk melakukan perbaikan. “Setiap pompa yang rusak langsung kita perbaiki. Kami pastikan upaya antisipasi banjir tetap berjalan,” lanjut Purwanti.
Untuk menangani masalah ini, Sudin SDA Jakarta Barat mengandalkan tim Petugas Mekanikal dan Elektrikal Bengkel (PMEB) yang siap siaga. Tim ini bertugas mengatasi kerusakan pompa secara cepat, bahkan ketika penyedia layanan tidak dapat segera menangani masalah tersebut. “Kadang-kadang kalau bukan oleh penyedia, kita punya tenaga PMEB yang siap urus masalah ini,” ujar Purwanti.
Pompa-pompa yang disiapkan Sudin SDA Jakarta Barat termasuk 148 pompa stasioner, 70 pompa bergerak (mobile), dan 50 pompa apung, semuanya dipersiapkan untuk mengantisipasi banjir yang sering melanda wilayah tersebut. Masing-masing pompa memiliki fungsi khusus; pompa stasioner dipasang di lokasi tetap seperti kali-kali besar, sementara pompa bergerak digunakan sesuai kebutuhan pada titik-titik genangan air. Pompa apung lebih difokuskan pada penanganan genangan air di jalan-jalan lingkungan, jalan raya, dan pemukiman.
Namun, meski sudah ada upaya perbaikan, sampah tetap menjadi ancaman bagi sistem pengendalian banjir ini. Celana jins, yang sering kali masuk dan melilit pada baling-baling pompa, terbukti menjadi salah satu penyebab kerusakan yang paling umum. “Yang paling sering itu lilitan celana jins, ban, atau tali,” jelas Purwanti beberapa waktu lalu, mengingat betapa berbahayanya sampah tersebut terhadap keberlangsungan pompa yang seharusnya mengalirkan air ke sistem drainase yang lebih besar.
Dengan kerusakan pada pompa-pompa stasioner yang mencapai sekitar 10 persen, Sudin SDA Jakarta Barat terus berupaya untuk memperbaiki dan menjaga kelancaran operasional sistem pengendalian banjir demi mengurangi potensi bencana banjir di ibu kota.