Jakarta, Portonews.com – Tidak terbayangkan bekas botol plastik dapat disulap menjadi beragam aneka hampers unik nan cantik seperti laptop case, tote bag, dan new pouch. Ketiga jenis hampers juga dibubuhi logo perusahaan yang disablon digital.
Selama ini limbah botol plastik dibuang begitu selesai dipakai. Teronggok menjadi tumpukan sampah.
Namun ditangan kreator- inovator, rongsokan botol plastik dapat diubah menjadi produk hampers. Karya seni anak bangsa ini pun turut mejeng di beberapa Exhibition; di International Petroleum Association (IPA) dan UMKM Bazaar di Graha Elnusa. Selain itu dikenalkan dalam event corporate Elnusa, Town Hall Meeting.
Tidak terbayangkan pula kreatifitas pemanfaatan limbah botol plastik dilakukan oleh anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka berada di bawah tempaan Sekolah Luar Biasa (SLB) BCD Nusantara Ber-asrama yang berada di Beji Depok.
Proses kreatif mengolah felt
Kedua tangan kanan Khaidar Muslim cekatan memegang, meluruskan, membalikkan bahan felt yang sedang dijahitnya. Mengikuti arah garis pola tas tote bag besar. Sesekali siswa kelas 10 SMALB ini melambatkan gerakan putaran mesin jahitnya. Lalu kembali memperbaiki letak felt ke posisi tepat di bawah jarum mesin jahit elektrik. Begitulah seterusnya hingga jadilah sebuah tote bag. Ia mengaku tidak mengalami kesulitan saat menjahit bahan felt dijadikan beragam hampers. Di ruangan berukuran 3 × 5 meter persegi ini Khaidar dan kawan-kawannya mengasah talenta menjahit. Portonews menyambangi Sekolah Luar Biasa (SLB) BCD Nusantara Ber-asrama Beji Depok Jawa Barat pada Rabu (14/8/2024) pukul 10.45 WIB.
Khaidar tidak seorang diri menjahit. Ia dibantu oleh Cantika. Siswi kelas 7 SMPLB ini bertugas merancang dan membuat pola bahan dan menggunting felt. Sedang Evit Kania, siswi kelas 6 SDLB dan Septi Noora, siswi kelas 8 SMPLB membuat pouch dan case laptop.
Lia Amalia, guru bidang keterampilan di
SLB BCD Nusantara mengamini anak-anak didiknya tidak merasa kesulitan saat menjahit beragam hampers dari bahan felt.
“Anak-anak tidak merasa kesulitan saat dilatih menjahit. Sebab kami memilih mereka yang memiliki bakat jahit-menjahit. Sebelumnya mereka pernah belajar menjahit,” tambah Lia, yang selalu mendampingi anak didiknya. Jadi pelatihan yang difasilitasi oleh Elnusa dan Plasticpay lebih mematangkan skill mereka.
Pelatihan menjahit dilaksanakan selama 2 pekan. Setelah itu anak-anak diminta untuk menjahit secara mandiri.
Menurut Sujono, pendiri SLB Nusantara, kontribusi Elnusa di lembaga binaannya dimulai pada medio November 2023. Selama 2 tahun pihak perusahaan mengobservasi lembaga ini sebelum akhirnya diputuskan menjadi mitra kerja. Selain mendatangkan guru penjahit, Elnusa memberi bahan felt, dan mesin jahit listrik.
Untuk pemasaran hampers, Sujono menjelaskan lembaga yang mengasuh 114 siswa panti dan 23 siswa non panti ini mendapat order dari Elnusa. Ada yang 200 pcs. Ada yang 100 pcs dan 300 pcs. Total sebanyak 500 pcs. Semua order diselesaikan selama kurang lebih 2 bulan.
Jadi, tandas Sujono, Elnusa telah memberikan bahan felt, pengetahuan dan alat. Selanjutnya perusahaan juga membeli dan memasarkannya. “Ini satu terobosan cerdas. Apalagi jenis hampers termasuk produk ramah lingkungan dan menjadi program ESG perusahaan,” tegas Sujono.
Pernyataan Sujono tidak ditampik oleh Ramon Arias Pili, VP HSSE Elnusa. Ramon mengatakan implementasi ESG yang dilakukan oleh perusahaan lebih terstruktur, tidak sporadis dan berkelanjutan. Banyak yang salah kaprah yang menyamakan program ESG dengan CSR.
“CSR sering kali bersifat sukarela di mana kegiatan yang dilakukan di antaranya filantropi, relawan dan inisiatif komunitas. Sedangkan ESG adalah kerangka kerja yang lebih terstruktur yang digunakan untuk mengukur dan mengelola risiko dan peluang terkait lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dalam konteks investasi,” kata Ramon.
Sentuhan Elnusa
Kreatifitas, inovasi dan prestasi anak-anak berkebutuhan khusus ini tidak lepas dari sentuhan program ESG dan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Elnusa, perusahaan solusi layanan energi di bidang jasa hulu minyak dan gas, jasa distribusi dan logistik energi, serta jasa penunjangnya. Menurut Corporate Secretary Elnusa, Frida Lidwina, salah satu programnya adalah MEKAR BESTIE (Merajut Karya Bersama Sahabat Istimewa Elnusa)
Pada program ini Elnusa berkolaborasi dengan Plasticpay untuk mensosialisasikan gerakan sadar sampah, khususnya limbah botol plastik.
Dikutip dari website plasticpay.net ditulis,
Plasticpay adalah gerakan sosial berbasis platform digital, yang mengajak masyarakat untuk mengubah sampah plastik yang merusak lingkungan menjadi bermanfaat dan membawa kebaikan.
Sampah plastik yang terkumpul akan ditukarkan menjadi Plasticpay Poin, kemudian didaur ulang. Selanjutnya diubah menjadi butiran, Recycled Polyester Staple Fiber (“Re-PSF”), benang dan kain. Hasilnya, Eco-friendly fiber dan kain daur ulang yang memenuhi semua standar kualitas tinggi yang dapat digunakan untuk bantal, boneka, tempat tidur, karpet, furniture, interior otomotif dan produk non-woven / woven.
Lalu, bagaimana Elnusa mengumpulkan limbah botol plastik? “Perusahaan menyediakan 2 mesin, yaitu sebuah mesin otomatis RVM (Reverse Vending Machine) dan sebuah mesin manual, Dropbox. Kemudian, seluruh Perwira Elnusa (Karyawan Elnusa) dan masyarakat umum di sekitar Graha Elnusa diminta untuk memasukkan botol air minum dalam kemasan tersebut kedalam mesin RVM. Selanjutnya, Tim Plasticpay akan memberikan laporan tentang siapa saja yang turut berpartisipasi dalam pengumpulan botol plastik tersebut dalam bentuk dashboard,” papar Frida pada Portonews, Jumat (9/8/2024). Para Perwira Elnusa yang terlibat proses pengolahan sampah plastik akan masuk ke dalam KPI (Key Performance Indicators) sebagai poin di Project & Community Involvement dari perwira Elnusa.
Setelah botol plastik terkumpul, terang Frida, pihak Plasticpay mengolahnya
menjadi bahan felt. Felt inilah yang dijadikan sebagai bahan dasar produk yang bermanfaat. Limbah botol plastik secara rutin diserahkan setiap bulan. Jumlahnya mencapai 14.000 botol.
Berikut perinciannya: Pertama, ada 327.81 botol plastik yang terkumpul (kg).
Kedua, terdapat 17,530 botol plastik yang terkumpul (pcs). Ketiga, sebanyak 168 warga masyarakat yang berpartisipasi dalam pengumpulan limbah botol plastik.
Keempat, tercatat 986 transaksi. Kelima, ada 981,680 poin terkirim. Keenam, 1,735,4700 jejak karbon yang berhasil dikurangi (gram). Ketujuh, terdapat 276.97 lahan yang terselamatkan (m2).
Lebih jauh Frida mengutarakari pemanfaatan limbah botol plastik menciptakan ekonomi sirkular. Selain itu sebagai implementasi arahan dari Pemerintah, yaitu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu poin 4 (Quality Education), 8 (decent work and economic growth), 10 (reduced inequalities), dan 17 (partnership for the goals).
Selain itu, gerakan mengumpulkan dan mengolah limbah botol plastik menjadi produk hampers merupakan wujud dukungan terhadap ESG (Environment Social Governance) dalam pengurangan emisi karbon. Dari bulan Agustus 2023 hingga Juli 2024 sebanyak 1.735.400 jejak karbon yang berhasil dikurangi (gram) Link: https://lookerstudio.google.com/u/0/reporting/e170f6a5-e61e-4a35-a047- 1a8ed164f9b2/page/p_9qyd1qhnmc
Saat ditanya terkait jumlah anggaran untuk program pemberdayaan masyarakat, Frida menjawab, “Estimasinya secara total senilai Rp300 juta”. Perinciannya, Rp130 juta untuk program pengelolaan / daur ulang sampah plastik (mesin RVM dan Dropbox). Selain itu, senilai 170 juta dialokasikan untuk program pemberdayaan masyarakat, MEKAR BESTIE. Termasuk untuk pendampingan training, pembelian material dan maintenance.
Program ini, lanjut Frida dirasa sangat efektif untuk mendukung pengurangan sampah botol plastik. “Program ini berhasil dilakukan karena. pengumpulan botol plastik dapat dimonitoring di dashboard kolaborasi Elnusa X Plasticpay. Selain itu dengan tindaklanjut dari pengelolaan sampah botol plastik ini dapat menciptakan inovasi untuk produk bermanfaat yang dijadikan hampers korporasi,” tutur Frida.
Kendati berjalan sukses, Elnusa juga mengevaluasi pelaksanaan program pemanfaatan limbah botol plastik. Perusahaan ingin inovasi yang up to date terkait dengan hampers korporasi. Misalnya memunculkan jenis produk baru seperti: sajadah, lanyard, topi dan backpack. Disamping itu, mengembangkan pemberdayaan yang tidak hanya di ring 1 Graha Elnusa, namun di beberapa area.
operasional Elnusa.
Harapannya, tambah Frida, kegiatan pengelolaan sampah botol plastik yang melibatkan pemberdayaan masyarakat dapat memberikan manfaat yang luas dan kelancaran operasional pekerjaan Elnusa di lapangan (License to operate).
Respon akademisi UGM
Gerakan pemanfaatan limbah botol plastik ini mendapat apresiasi dari Fahmy Radhi, pengamat ekonomi energi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Ia memberi apresiasi upaya ini sebagai pendidikan keterampilan dan lingkungan sekaligus memberi dampak ekonomi. Walaupun tidak signifikan terhadap pengurangan emisi karbon tetapi apa yang dilakukan Elnusa patut diapresiasi.
“Langkah kecil tetapi positif bagi pemberdayaan anak didik di SLB Nusantara. Karena itu, kebijakan perusahaan itu patut diduplikasi oleh perusahaan-perusahaan sejenis,” kata Fahmy, seraya mengingatkan perusahaan minyak dan gas bumi perlu juga memikirkan strategi penanganan limbah dari hasil eksploitasi dan eksplorasi yang dihasilkannya. Semoga!