Laut Merah, Portonews.com – Kapal tanker minyak milik Inggris, Cordelia Moon, meledak setelah dihantam delapan rudal balistik yang ditembakkan oleh Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) pada Kamis, 3 Oktober 2024. Kejadian tersebut terjadi di perairan Laut Merah, wilayah yang selama ini menjadi salah satu jalur strategis perdagangan minyak dunia.
Dalam sebuah rekaman video yang dirilis oleh militer Yaman, kapal tanker tersebut terlihat hancur setelah dihujani rudal. Serangan ini dikonfirmasi langsung oleh Juru Bicara Angkatan Bersenjata Yaman, Brigadir Jenderal Yahya Saree. “Pasukan angkatan laut, rudal, dan UAV Angkatan Bersenjata Yaman menargetkan kapal tanker minyak Inggris Cordelia Moon di Laut Merah,” ujar Saree dalam pernyataannya.
Menurut Saree, selain rudal, YAF juga mengerahkan satu unit pesawat tak berawak (UAV) dan kapal permukaan tanpa awak (USV) dalam serangan tersebut. “Menggunakan delapan rudal balistik dan jelajah, sebuah pesawat tak berawak, dan sebuah USV, yang mengakibatkan kerusakan parah,” jelasnya.
Pengerahan Drone dan Rudal Balistik
Militer Yaman tidak hanya mengandalkan rudal balistik dalam serangan terhadap kapal Cordelia Moon. Saree juga menegaskan bahwa satu unit drone udara dan drone permukaan turut terlibat dalam operasi militer ini. Keberhasilan serangan tersebut dianggap sebagai bentuk perlawanan Yaman terhadap kehadiran kapal-kapal asing di wilayah perairan strategis mereka.
Video berdurasi 40 detik yang beredar luas di media sosial X (sebelumnya Twitter), menunjukkan detik-detik ketika rudal menghantam kapal tersebut. Video itu memperlihatkan Cordelia Moon yang terbakar hebat, dengan ledakan besar yang mengguncang bagian tengah kapal tanker.
Saree menjelaskan bahwa aksi ini dilakukan sebagai bagian dari perlawanan terhadap intervensi asing dalam konflik yang terjadi di Yaman. “Ini adalah pesan kepada semua kekuatan asing yang mencoba memanfaatkan kekayaan dan sumber daya alam kami. Kami tidak akan tinggal diam,” ujarnya.
Dampak pada Perdagangan Minyak Dunia
Insiden ini menimbulkan kekhawatiran terkait keamanan jalur perdagangan minyak dunia yang melewati Laut Merah. Jalur ini dikenal sebagai rute penting bagi pengiriman minyak dari Timur Tengah menuju Eropa dan Amerika Serikat. Serangan terhadap Cordelia Moon diprediksi akan menambah ketegangan di kawasan dan mempengaruhi harga minyak global.
Hingga saat ini, pihak otoritas Inggris belum memberikan tanggapan resmi terkait insiden tersebut. Namun, beberapa analis keamanan internasional menyatakan bahwa serangan ini akan memicu reaksi dari negara-negara yang berkepentingan di kawasan tersebut.
Reaksi Internasional
Pemerintah Inggris diperkirakan akan segera merespons insiden yang menimpa kapal Cordelia Moon. Kapal tanker tersebut diketahui mengangkut minyak dalam jumlah besar, dan serangan di Laut Merah ini menjadi pukulan besar bagi industri pelayaran Inggris serta ekonomi global. Meski belum ada tanggapan resmi dari otoritas Inggris, situasi ini tengah menjadi perhatian serius di tingkat internasional.
Negara-negara di kawasan, khususnya yang memiliki kepentingan terhadap stabilitas Laut Merah, turut menyuarakan keprihatinan. Beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat, diperkirakan akan menekan Yaman untuk menghentikan tindakan serupa di masa depan. “Serangan ini sangat mengkhawatirkan dan bisa mempengaruhi kestabilan ekonomi dunia,” ujar seorang analis internasional.
Di sisi lain, beberapa negara di Timur Tengah mendukung langkah Yaman, menyebut serangan ini sebagai bentuk pembelaan terhadap kedaulatan nasional mereka yang dirongrong oleh kehadiran kapal asing. Ketegangan antara pihak-pihak yang berkepentingan di wilayah ini semakin meningkat, seiring dengan seringnya insiden serupa terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Ancaman Serangan Serupa
Serangan terhadap Cordelia Moon bukanlah yang pertama kali dilakukan oleh militer Yaman. Dalam beberapa tahun terakhir, konflik di Yaman telah meluas ke wilayah maritim, mengancam keselamatan kapal-kapal yang melintasi Laut Merah. Brigadir Jenderal Yahya Saree menegaskan bahwa serangan semacam ini akan terus dilakukan jika ada pihak asing yang mencoba mencampuri urusan internal Yaman.
“Kami akan terus mempertahankan kedaulatan kami dan melawan segala bentuk agresi. Setiap kapal asing yang terlibat dalam eksploitasi sumber daya alam kami, atau berusaha memblokade wilayah kami, akan menjadi target sah kami,” ujar Saree dalam pernyataan lanjutannya. Pihak militer Yaman mengklaim bahwa tindakan ini sepenuhnya sesuai dengan hak mereka untuk mempertahankan diri dari agresi asing.
Peningkatan Keamanan Laut Merah
Setelah insiden ini, otoritas keamanan maritim global dan negara-negara yang tergantung pada jalur Laut Merah diharapkan untuk meningkatkan pengamanan di kawasan tersebut. Beberapa kapal kargo dan tanker minyak dikabarkan sudah mengubah rute perjalanan mereka untuk menghindari wilayah yang dianggap rawan.
Beberapa perusahaan pelayaran internasional juga mengeluarkan peringatan kepada kapten dan kru kapal untuk lebih waspada ketika melintasi perairan yang berpotensi bahaya. Langkah-langkah keamanan tambahan, termasuk pengawalan militer bagi kapal-kapal komersial, mulai dipertimbangkan oleh beberapa negara.
Catatan
Peristiwa tumpahan minyak yang baru-baru ini terjadi di Laut Merah menjadi pengingat akan pentingnya penanganan dan pencegahan insiden serupa di perairan Indonesia. Tumpahan minyak ini menyoroti bahwa peran serta berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan perusahaan jasa penanggulangan tumpahan minyak seperti OSCT Indonesia, sangat diperlukan dalam menjaga lingkungan laut dari pencemaran. OSCT Indonesia memiliki reputasi sebagai perusahaan yang profesional dan kompeten dalam menangani tumpahan minyak, dengan menyediakan pelatihan OPRC IMO LEVEL 1, 2, dan 3 yang diakreditasi dan disertifikasi oleh lembaga resmi.
Sebagai informasi, bila terjadi tumpahan minyak di Indonesia, OSCT Indonesia siap untuk merespons dengan cepat dan efektif. Mereka memiliki infrastruktur yang memadai, seperti lebih dari 44.000 meter oil boom dan 122 skimmers, serta 170 responder terlatih yang siap sedia. Pelatihan yang diberikan mencakup berbagai level, mulai dari First Responder yang dilatih untuk merespons insiden dengan efisien hingga Manajer Senior yang mengelola operasi penanggulangan minyak secara keseluruhan.
OSCT Indonesia juga telah membuktikan kemampuannya dalam menangani insiden tumpahan minyak, seperti yang terjadi di Balikpapan pada tahun 2018, di mana mereka berhasil menyelesaikan operasi kontainmen dan pemulihan dalam waktu kurang dari dua minggu dengan melibatkan lebih dari 1000 personel dan 60 responden OSCT.
Maka dari itu, pentingnya kolaborasi dan kesadaran dari semua pihak untuk terlibat dalam upaya penanggulangan pencemaran minyak. Pelatihan yang berkelanjutan dan keterlibatan masyarakat dalam program-program pelatihan ini sangat penting untuk memastikan kesiapan dalam menghadapi insiden tumpahan minyak. Dengan kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan perusahaan seperti OSCT Indonesia, diharapkan dampak pencemaran minyak dapat diminimalkan, sehingga ekosistem laut dapat terjaga untuk generasi mendatang.