Jakarta, Portonews.com – Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengembangkan teknologi modifikasi cuaca yang inovatif untuk meningkatkan curah hujan, khususnya di waduk-waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang dikelilingi bukit dan pegunungan. Salah satu lokasi yang menjadi perhatian adalah Danau Tondano di Sulawesi Utara, yang memiliki potensi besar dalam penerapan teknologi ini untuk mendukung produksi listrik.
Purwadi, Perekayasa Ahli Muda PRIMA BRIN, menjelaskan bahwa teknologi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi curah hujan dengan memanfaatkan awan orografik. “Kami menggunakan bahan semai mikropartikel higroskopis NaCl berukuran 2-5 mikrometer, yang menurut beberapa literatur terbukti lebih efektif dibandingkan metode penyemaian konvensional dengan partikel yang lebih besar. Ukuran ini mampu mempercepat proses kondensasi di dalam awan,” ungkap Purwadi dalam kolokium bertajuk “IOP Danau Tondano”.
Inovasi terbaru dalam metode penyemaian awan ini adalah penggunaan drone yang telah dimodifikasi untuk menyebarkan bahan semai. “Drone ini akan membawa beberapa kilogram bahan semai dan diterbangkan pada ketinggian sekitar 100 meter, yang ideal untuk menjangkau awan-awan orografis di sekitar lereng pegunungan di Danau Tondano,” jelasnya.
Purwadi menekankan bahwa keberhasilan penyemaian awan sangat tergantung pada ketepatan waktu dan lokasi. “Kami bisa menargetkan awan kumulus yang baru tumbuh untuk menyemai bahan semai berdasarkan analisis data cuaca yang akurat,” tambahnya.
Kerja sama antara tim PRIMA BRIN dengan PLN dan TNI AU juga mendasari pengembangan teknologi ini. “Kami mengembangkan bahan semai mikropartikel NaCl yang lebih kecil, yakni 2-5 mikrometer, yang terbukti lebih efektif sebagai inti kondensasi awan dibandingkan bahan semai konvensional,” paparnya.
Efektivitas mikropartikel ini jauh lebih baik dibandingkan dengan flare konvensional, dengan rasio efisiensi 3 banding 1, sehingga jumlah bahan yang diperlukan pun lebih sedikit. “Dengan membawa beberapa kilogram bahan semai berukuran 2-5 mikron, efektivitasnya sama dengan bahan yang lebih besar, namun dengan efisiensi yang jauh lebih tinggi,” tuturnya.
Rencana uji coba penyemaian awan dengan drone di Danau Tondano, yang memiliki luas sekitar 4.800 hektar, diharapkan dapat memberikan hasil yang signifikan. “Topografi di sekitar danau dengan bukit-bukit setinggi 1.600 meter dan puncak hujan yang terjadi pada siang hari sangat mendukung kegiatan ini,” kata Purwadi.
Dengan harapan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai efektivitas bahan semai dan nilai ekonomis dari kegiatan ini, Purwadi menutup penjelasannya dengan optimisme. “Kami berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan teknologi modifikasi cuaca di Indonesia.”