Jakarta, Portonews.com – Perairan Indonesia saat ini menunjukkan kondisi suhu muka laut yang lebih hangat daripada biasanya, yang berpotensi menyebabkan gangguan iklim basah di seluruh wilayah Indonesia hingga awal 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, musim hujan 2024/2025 diprediksi akan mencapai puncaknya antara November 2024 hingga Februari 2025.
Wilayah-wilayah yang diperkirakan akan mengalami puncak musim hujan pada November hingga Desember 2024 meliputi sebagian besar Sumatera, pesisir selatan Pulau Jawa, serta Kalimantan. Sementara itu, puncak musim hujan pada Januari hingga Februari 2025 diprediksi terjadi di wilayah Lampung, bagian utara Jawa, beberapa bagian Sulawesi, serta sebagian besar Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, mengungkapkan bahwa saat ini terdapat dua bibit siklon tropis yang terpantau aktif di Samudra Hindia. Bibit Siklon Tropis 96S berada di sebelah barat daya Bengkulu, sementara Bibit Siklon Tropis 99B berada di sebelah barat Aceh. Kedua bibit siklon tersebut diprediksi akan mempengaruhi cuaca dan perairan di wilayah Indonesia bagian barat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Selain itu, BMKG juga mencatat adanya fenomena atmosfer lainnya yang aktif, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Rossby, dan Gelombang Kelvin. Fenomena-fenomena ini diprediksi akan mempengaruhi cuaca ekstrem dalam beberapa pekan ke depan, seperti hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang. Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan antisipasi dini.
BMKG juga mengeluarkan peringatan dini terkait potensi munculnya fenomena cold surge yang dapat memicu gelombang tinggi di lautan, berbahaya bagi pelayaran, penyeberangan, dan aktivitas nelayan. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengingatkan pentingnya mengakses informasi cuaca yang akurat melalui aplikasi @infobmkg yang tersedia 24 jam, untuk mencegah kecelakaan laut. “Akses informasi cuaca dan gempa bumi di platform tersebut sebagai panduan dalam beraktivitas,” ujar Dwikorita.
Menjelang periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, BMKG juga memperkirakan adanya dinamika atmosfer lainnya yang dapat mempengaruhi intensitas hujan. Fenomena seperti MJO dan La Nina yang bergerak dari Siberia menuju barat Indonesia berpotensi memperburuk curah hujan di berbagai wilayah.
Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena, menambahkan bahwa hingga pertengahan November 2024, indeks ENSO menunjukkan kecenderungan La Nina lemah, sementara indeks Indian Ocean Dipole (IOD) juga menunjukkan nilai negatif yang menuju kondisi netral, yang dapat memperburuk potensi gangguan cuaca di masa mendatang.
Dengan adanya berbagai fenomena cuaca dan iklim yang berkembang, BMKG terus mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti informasi terkini demi keselamatan bersama.