Jakarta, Portonews.com – Otoritas Maritim dan Pelabuhan Singapura (MPA) mengkonfirmasi bahwa mereka telah menerima peringatan mengenai tumpahan minyak yang terjadi di perairan Changi saat operasi pengisian bahan bakar antara kapal curah berbendera Bahama, dan kapal tanker bunker berlisensi pada Senin (28/10).
Peristiwa tersebut berlangsung sekitar pukul 17.40 WIB, di mana pengisian bahan bakar segera dihentikan setelah minyak mulai meluap dari kapal curah, Ines Corrado. Menurut MPA, diperkirakan sekitar 5 ton minyak telah meluap ke laut. Namun, dalam pembaruan informasi yang diberikan pada Selasa (29/10), MPA melaporkan bahwa tidak ada minyak yang terlihat baik di laut sekitar lokasi kejadian maupun di daratan.
“Hingga pukul 08.00 tadi, tidak ada jejak minyak yang terdeteksi di perairan sekitarnya,” kata MPA dalam siaran persnya. Sebagai langkah pencegahan, kapal perusak telah dikerahkan di lepas pantai Changi untuk mengantisipasi dan mengambil minyak yang mungkin terlihat di perairan.
Pihak berwenang Malaysia juga telah diberitahu untuk tetap waspada terhadap kemungkinan penampakan minyak di perairan mereka. MPA berjanji akan menyelidiki insiden ini lebih lanjut.
Dalam pernyataan sebelumnya, MPA menyebutkan bahwa tim responsnya tiba di lokasi kejadian sekitar sepuluh menit setelah insiden dan segera menyemprotkan bahan pendispersi untuk mengatasi tumpahan minyak. Selain itu, instansi pemerintah terkait diingatkan untuk memantau pantai-pantai di sepanjang wilayah mereka untuk mendeteksi kemungkinan adanya sisa tumpahan minyak.
Meskipun insiden ini menimbulkan kekhawatiran, MPA menegaskan bahwa kejadian tersebut tidak berdampak pada lalu lintas navigasi di perairan Singapura. Singapura dikenal sebagai salah satu pelabuhan bunkering terbesar dan terpenting di dunia, dan MPA berkomitmen untuk menjaga keamanan serta kelestarian lingkungan laut.
Sebagai informasi tambahan di Indonesia juga terdapat perusahaan yang sangat mumpuni dalam hal penanganan tumpahan minyak untuk menjaga lingkungan laut dari pencemaran.
Dalam mengatasi berbagai kasus tumpahan minyak, diperlukan peran serta berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan perusahaan jasa penanggulangan tumpahan minyak seperti OSCT Indonesia dalam menjaga lingkungan laut dari pencemaran.
OSCT Indonesia memiliki reputasi sebagai perusahaan yang profesional dan kompeten dalam menangani tumpahan minyak, dengan menyediakan pelatihan OPRC IMO LEVEL 1, 2, dan 3 yang diakreditasi dan disertifikasi oleh lembaga resmi.
Sebagai informasi, bila terjadi tumpahan minyak di Indonesia, OSCT Indonesia siap untuk merespons dengan cepat dan efektif. Mereka memiliki infrastruktur yang memadai, seperti lebih dari 44.000 meter oil boom dan 122 skimmers, serta 170 responder terlatih yang siap sedia. Pelatihan yang diberikan mencakup berbagai level, mulai dari First Responder yang dilatih untuk merespons insiden dengan efisien hingga Manajer Senior yang mengelola operasi penanggulangan minyak secara keseluruhan.
OSCT Indonesia juga telah membuktikan kemampuannya dalam menangani insiden tumpahan minyak, seperti yang terjadi di Balikpapan pada tahun 2018, di mana mereka berhasil menyelesaikan operasi kontainmen dan pemulihan dalam waktu kurang dari dua minggu dengan melibatkan lebih dari 1000 personel dan 60 responden OSCT.
Maka dari itu, pentingnya kolaborasi dan kesadaran dari semua pihak untuk terlibat dalam upaya penanggulangan pencemaran minyak. Pelatihan yang berkelanjutan dan keterlibatan masyarakat dalam program-program pelatihan ini sangat penting untuk memastikan kesiapan dalam menghadapi insiden tumpahan minyak. Dengan kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan perusahaan seperti OSCT Indonesia, diharapkan dampak pencemaran minyak dapat diminimalkan, sehingga ekosistem laut dapat terjaga untuk generasi mendatang.