Jakarta, Portonews.com – Dewan Pengurus Pandemic Fund menyetujui pemberian hibah baru senilai 418 juta dolar AS untuk memperkuat kapasitas pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi (PPR) di 40 negara yang tersebar di enam wilayah geografis.
Ketua Bersama Pandemic Fund, Chatib Basri—mantan Menteri Keuangan Indonesia—dan Sabin Nsanzimana, Menteri Kesehatan Rwanda, menyatakan dalam keterangan di Jakarta pada Sabtu (19/10) bahwa melalui putaran investasi baru ini, Pandemic Fund kembali menegaskan peran krusialnya dalam memobilisasi pendanaan tambahan dan mendorong kolaborasi internasional guna menciptakan dunia yang lebih aman dari ancaman pandemi.
Chatib menjelaskan bahwa hibah tersebut akan menyediakan investasi yang sangat dibutuhkan untuk memperkuat pengawasan penyakit dan sistem peringatan dini, meningkatkan fasilitas laboratorium, serta membangun kapasitas tenaga kesehatan.
Alokasi dana terbaru ini menambah 128,89 juta dolar AS yang telah disetujui pada 19 September untuk lima proyek jalur cepat yang bertujuan mendukung 10 negara terdampak cacar monyet atau Mpox—suatu keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC).
Dengan demikian, total pendanaan pada putaran kedua ini mencapai 547 juta dolar AS, yang diharapkan akan memobilisasi tambahan 4 miliar dolar AS untuk investasi dalam PPR di negara-negara penerima manfaat.
Lebih dari separuh dana pada putaran kedua ini dialokasikan untuk negara-negara di Afrika Sub-Sahara, wilayah dengan permintaan tertinggi untuk hibah dari Pandemic Fund. Lebih dari 74 persen proyek yang didanai akan menguntungkan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Investasi baru ini mendukung tujuan Pandemic Fund untuk memobilisasi sumber daya tambahan khusus untuk PPR pandemi, mendorong negara-negara untuk meningkatkan investasi mereka sendiri, dan memperkuat koordinasi internasional.
“Kami mengapresiasi upaya Panel Penasihat Teknis dan Dewan Pengurus Pandemic Fund dalam memastikan bahwa proses seleksi bersifat inklusif dan transparan, serta bahwa proyek-proyek yang dipilih merupakan portofolio investasi yang berkualitas dan seimbang sesuai dengan kebutuhan kritis negara-negara penerima,” ujarnya.
Ketua Bersama Pandemic Fund juga mendesak para pemimpin global untuk segera merekapitalisasi Pandemic Fund, agar dapat terus mendukung lebih banyak negara dan menutup kesenjangan kesiapsiagaan kritis lainnya.
Kepala Eksekutif Pandemic Fund, Priya Basu, menyatakan bahwa peningkatan risiko pandemi akibat perubahan iklim, migrasi, kerapuhan, dan konflik menegaskan pentingnya dan urgensi putaran investasi baru ini. Inisiatif tersebut akan memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan saat negara-negara berupaya memenuhi kewajiban mereka berdasarkan Peraturan Kesehatan Internasional yang baru diamandemen.
“Saya senang bahwa Pandemic Fund dapat menyediakan putaran kedua pembiayaan katalitik yang lebih besar ini sebagai respons terhadap permintaan negara yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan keterlibatan begitu banyak mitra internasional dan organisasi masyarakat sipil. Ini merupakan bentuk solidaritas global yang luar biasa,” ungkapnya.
Sejauh ini, dua putaran pendanaan dari Pandemic Fund berjumlah 885 juta dolar AS, yang telah memobilisasi tambahan 6 miliar dolar AS untuk mendukung 75 negara—setengahnya adalah negara berpenghasilan rendah dan menengah. Dana ini akan mengisi kesenjangan kapasitas dalam pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.
Diluncurkan pada November 2022 dengan dukungan kuat dari G20 dan berbagai pemangku kepentingan, Pandemic Fund adalah mekanisme pembiayaan multilateral pertama yang didedikasikan untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah agar lebih siap menghadapi pandemi di masa depan.
Dikelola oleh Grup Bank Dunia, Pandemic Fund telah mengumpulkan modal awal sebesar 2 miliar dolar AS dari 27 kontributor sovereign dan filantropi. Saat ini, mereka meluncurkan kampanye mobilisasi sumber daya untuk mengumpulkan tambahan 2 miliar dolar AS lagi untuk investasi selama dua tahun ke depan.
Hibah dari Pandemic Fund berfungsi sebagai katalis untuk pembiayaan bersama dari pemerintah dan menyediakan keahlian teknis dari berbagai entitas pelaksana yang terakreditasi. Dewan Pengurus Pandemic Fund terdiri dari perwakilan setara dari kontributor sovereign dan negara-negara co-investor, serta perwakilan dari yayasan atau kontributor non-sovereign dan organisasi masyarakat sipil.
Negara-negara yang menerima manfaat dari proyek-proyek yang didanai dalam putaran kedua ini antara lain Burundi, Chad, Indonesia, Kongo, Mesir, Fiji, Georgia, Ghana, Honduras, Lebanon, Pakistan, Afrika Selatan, Sri Lanka, Tanzania, dan Tunisia. – (ANTARA)