Lampung Selatan, Portonews.com – Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, mengungkapkan rencana transformasi Perum Bulog menjadi lembaga otonom di bawah Presiden dengan tujuan memperkuat peran Bulog dalam menjaga stabilitas pangan nasional.
“Para petani sering menghadapi situasi di mana harga padi atau jagung anjlok saat panen raya. Oleh karena itu, diperlukan langkah konkret untuk stabilisasi harga pangan, dan Bulog memiliki peran penting dalam hal ini,” ujar Zulkifli Hasan saat berada di Lampung Selatan, Minggu (10/11).
Menurutnya, menjadikan Bulog sebagai lembaga otonom di bawah Presiden adalah langkah strategis untuk memperkuat peranannya dalam stabilisasi pangan.
“Kondisi ini menuntut adanya perubahan signifikan, terutama dalam penanganan hasil panen jagung dan padi yang sering dihargai rendah. Kami sedang bekerja keras agar Bulog bisa berperan lebih besar dalam menyerap hasil panen petani,” jelasnya.
Zulkifli berharap perubahan ini memungkinkan Bulog untuk lebih aktif dalam menampung hasil panen petani, menjaga harga jagung dan gabah tetap stabil sehingga harga tidak naik terlalu tinggi maupun turun drastis.
Sukma, Ketua Gabungan Kelompok Tani Babatan Katibung dari Kabupaten Lampung Selatan, turut memberikan tanggapan. Ia menyatakan bahwa petani menghadapi kerugian akibat rendahnya harga jagung saat panen, yang bahkan turun di bawah Rp5 ribu per kilogram untuk jagung kering.
“Harga jagung asalan yang belum dikeringkan saat ini hanya berkisar antara Rp2.700 hingga Rp3.500 per kilogram. Sebelumnya, harga jagung kering bisa mencapai Rp5.200 per kilogram dengan kadar air 16 persen, tapi sekarang menurun, bahkan tidak terserap dengan baik di pasar,” ungkap Sukma.
Dengan biaya produksi mencapai Rp9 juta dari proses tanam hingga panen, petani jagung yang menghasilkan rata-rata 6-7,5 ton jagung basah kini merasakan dampaknya. Mereka hanya mampu mengantongi sekitar Rp25 juta, yang tidak cukup untuk menutupi biaya produksi.
Sukma berharap agar pemerintah dapat memberikan solusi untuk menjaga kestabilan harga jagung, mengingat petani seringkali merugi karena harga jual yang rendah dan biaya produksi yang tinggi.