Jakarta, Portonews.com – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (MenKop UKM) Teten Masduki menjelaskan empat langkah utama yang harus dilakukan agar modest fashion Indonesia bisa menembus pasar global. Dalam Jakarta 1st Modest Fashion Month (Mofam), Senin di Lapangan Banteng, Jakarta, ia menegaskan pentingnya mempersiapkan ekosistem industri dalam negeri yang saat ini belum sepenuhnya terarah pada industrialisasi.
MenKop UKM Teten Masduki mengatakan bahwa industri modest fashion Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu kekuatan global. Namun, ia mengingatkan bahwa ada beberapa hal yang harus disiapkan lebih dulu.
Menurut Teten, MenKop UKM pada Jakarta 1st Modest Fashion Month (Mofam) di Lapangan Banteng, Jakarta, Senin. “Pertama, harus menyiapkan ekosistem industri modest fashion dalam negeri yang sekarang belum mengarah ke industrialisasi.”
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (MenKop UKM) Teten Masduki mengungkapkan bahwa modest fashion telah lama dilihat sebagai salah satu keunggulan domestik Indonesia, yang memiliki landasan kultural yang kuat serta potensi besar untuk menjadi industri berkelanjutan.
“Karena, kita kaya dengan sumber serat alam yang sebagian sudah kita olah, sebagian besar belum,” ujar Teten.
Selain itu, Teten menekankan pentingnya penelitian dan pengembangan (R&D) yang melibatkan desainer dan industri tekstil. “Kita harus terus mengembangkan bahan baku menyesuaikan perubahan market. Ini belum tertata dengan baik,” tambahnya. Menteri Teten juga melihat bahwa Indonesia memiliki pasar yang sangat besar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
“Kita bisa melirik market besar dari masyarakat muslim. Kita melihat potensi market demand kita, produk lifestyle yang sangat dinamis,” ungkap Teten.
Selanjutnya, Teten menekankan bahwa Indonesia perlu mempersiapkan berbagai hal guna mendukung langkah untuk masuk ke dalam rantai pasok industri global. “Ini harus disiapkan terlebih dahulu, kita harus menyiapkan brand lokal agar bisa bersaing dengan brand asing, baik di dalam maupun luar negeri,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa memiliki potensi besar saja tidaklah cukup jika kita belum mampu mengelola dan memaksimalkannya. “Contoh, masyarakat di Timur Tengah masih memakai modest fashion hitam putih. Kita bisa mengubah mereka lebih berwarna,” jelas Teten.
Lebih lanjut, Ia menyatakan pentingnya menyiapkan strategi pemasaran yang efektif. “Sekarang ini, terlalu banyak yang membuat fashion show, sehingga terlihat tidak ada strategi terintegrasi,” Teten.
Ia juga menyarankan bahwa jika ingin mengadakan sebuah acara, seperti Jakarta Modest Fashion Week, harus ada kesepakatan dari semua pihak terlebih dahulu. “Bukan hanya kecil-kecilan, melainkan harus membidik buyer hingga B2B. Jadi, kita harus bisa menghitung market-nya,” katanya.
Dalam acara Mofam tersebut, Plt. Deputi Bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Temmy Satya Permana juga menyampaikan tujuan penyelenggaraan Mofam, yaitu untuk mendorong ekosistem pengembangan dan promosi UKM di sektor fashion Indonesia. “Sehingga, semakin banyak brand dan pelaku industri yang mampu bersaing di pasar domestik maupun internasional,” ujar Temmy.
Selain menampilkan 14 desainer muda yang mengangkat tema “Street Wear and Ready To Wear”, acara MOFAM juga menghadirkan showcase 30 UMKM yang bergerak di ekosistem pendukung modest fashion, termasuk produk seperti tas, footwear, aksesoris, dan personal care. Temmy menyebutkan bahwa acara ini dihadiri oleh sekitar 5.000 orang, dengan dukungan 20 food truck untuk kenyamanan pengunjung.
“Selain itu, untuk kenyamanan pengunjung kami menyediakan 20 food truck untuk pengunjung acara. Dari hitungan kami hari ini dihadiri kurang lebih 5.000 orang,” ungkap Temmy.
Kepala Dinas PPKUKM Provinsi DKI Jakarta, Elisabeth Ratu Rante Allo, menambahkan bahwa Mofam menjadi wadah bagi produk modest fashion lokal untuk memperluas pasar, baik nasional maupun internasional. “Saya berharap MOFAM dapat menjadi pendorong kemajuan industri fashion di Indonesia, melahirkan karya estetis berkelanjutan, berdampak pada perekonomian, dan memperkuat citra Indonesia sebagai pusat modest fashion dunia,” ujar Elisabeth. DIlansir dari laman Antara, Senin(10/14/2024).