Jakarta, Portonews.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) baru saja meluncurkan SIMOCAKAP, sebuah inovasi sistem pemantauan cuaca, kebakaran lahan, dan kabut asap yang berbasis partisipasi masyarakat. Aplikasi ini dirancang khusus untuk mengatasi tantangan kompleks yang dihadapi lahan gambut di Riau, yang merupakan salah satu wilayah dengan lahan gambut terluas di Indonesia.
Dalam kerjasama yang melibatkan BRIN, CSEAS-Kyoto University, STAIN Bengkalis, Politeknik Bengkalis, dan Universitas Riau, SIMOCAKAP diharapkan dapat menjadi solusi yang berkelanjutan bagi permasalahan lahan gambut. Kepala Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Albertus Sulaiman, menjelaskan pentingnya sistem ini, mengingat Indonesia memiliki lahan gambut tropis terluas di dunia.
“SIMOCAKAP merupakan platform monitoring pemantauan cuaca, kebakaran lahan, dan kabut asap berbasis partisipasi masyarakat,” ujarnya saat berbicara dalam talkshow Bincang Sains Kawasan Bandung-Garut (BISAAN BANGGA) pada Senin (21/10).
Sulaiman menekankan bahwa aplikasi ini mengintegrasikan teknologi modern dengan partisipasi aktif masyarakat untuk memantau situasi darurat dan kondisi cuaca secara real-time. “Aplikasi ini dikembangkan oleh BRIN untuk mendeteksi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sejak dini. Saat ini, area risetnya masih di Riau dan Pulau Bengkalis,” tegasnya.
Melalui SIMOCAKAP, masyarakat dapat berkontribusi sebagai pengumpul data yang akan diintegrasikan dengan hasil perekaman sensor cuaca. Data yang disajikan meliputi informasi cuaca, titik api, kualitas udara, dan tinggi muka air tanah dari berbagai sumber. “Dengan pemantauan real-time, kita dapat mendeteksi kebakaran lahan dan mengukur kabut asap. Ini sangat membantu pengambil kebijakan untuk langkah mitigasi yang cepat,” ucapnya.
Sulaiman juga mengingatkan bahwa Kabupaten Bengkalis memiliki banyak lahan gambut yang rawan terbakar saat musim kemarau dan berisiko longsor saat hujan. “Ini harus jadi perhatian serius,” tambahnya.
Untuk itu, BRIN terus berupaya melakukan riset dengan melibatkan berbagai institusi, baik domestik maupun internasional, untuk memahami interaksi antara karbon dan tinggi muka air di lahan gambut serta dampaknya terhadap atmosfer dan iklim global.
Sulaiman berharap Pemerintah Kabupaten Bengkalis dapat mendukung aplikasi ini untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan pemangku kepentingan mengenai pemantauan cuaca dan kebakaran lahan di wilayah tersebut.
“SIMOCAKAP bukan hanya sekadar aplikasi, tetapi juga sebuah langkah maju dalam menjaga kelestarian lingkungan. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif, diharapkan aplikasi ini dapat menjadi solusi efektif dalam mencegah kebakaran lahan dan menjaga kualitas udara di wilayah Riau,” tutupnya. BRIN berkomitmen untuk terus mengembangkan SIMOCAKAP agar semakin bermanfaat bagi masyarakat luas.