Jakarta, Portonews.com – Dalam sebuah langkah menuju kemandirian pangan dan kesejahteraan masyarakat, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni dan Wakil Menteri Kehutanan Sulaiman Umar meresmikan pelepasan ekspor komoditi agroforestry dari kelompok perhutanan sosial ke Jepang. Acara yang berlangsung di Jakarta ini bukan hanya sebuah perayaan keberhasilan, tetapi juga sebuah pengingat akan potensi hutan sebagai sumber kesejahteraan.
Keberhasilan ekspor ini menegaskan keyakinan bahwa hutan dapat menjadi tulang punggung swasembada pangan nasional. “Keberhasilan ini membuktikan bahwa program perhutanan sosial dan rehabilitasi lahan dapat menciptakan manfaat langsung bagi masyarakat,” ujar Menteri Raja Juli. Dengan bangga, ia menyebutkan kelompok tani hutan Sukobubuk Rejo dari Pati, Jawa Tengah, yang telah berhasil mengekspor komoditas seperti petai, jengkol, dan cabai.
Komitmen ini sejalan dengan visi Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang menginginkan Indonesia Maju menuju Indonesia Emas 2045. “Program Perhutanan Sosial sangatlah sejalan untuk mewujudkan swasembada pangan,” tambah Menteri Raja Juli. Ia menegaskan bahwa kementerian siap melaksanakan instruksi Presiden untuk menjadikan hutan sebagai sumber daya yang lestari dan bermanfaat bagi masyarakat.
Program Perhutanan Sosial sendiri bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan, mengurangi pengangguran, dan menurunkan tingkat kemiskinan. Dengan memberikan akses kelola kawasan hutan selama 35 tahun kepada masyarakat, program ini berhasil menjangkau lebih dari 1,3 juta kepala keluarga di seluruh Indonesia.
Dengan luas pencapaian ±8.018.575 hektar, Program Perhutanan Sosial melahirkan 14.671 unit bisnis Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS), yang memproduksi beragam komoditas, termasuk hasil hutan kayu dan non-kayu. Dalam pengelolaan perhutanan sosial, pola agroforestri telah terbukti memberikan banyak manfaat, termasuk peningkatan tutupan lahan dan keberagaman produk.
Pelepasan ekspor kali ini menampilkan komoditas yang didominasi oleh petai, dengan total ekspor mencapai 9 ton, senilai Rp 989 juta. Komoditas ini merupakan hasil dari program Kebun Bibit Rakyat dan upaya rehabilitasi hutan, mencerminkan kolaborasi yang kuat dalam pengelolaan sumber daya alam.
Dukungan dari PT. Asha Nouva International Indonesia dan Sariraya Co. Ltd Japan juga patut diapresiasi, sebagai bagian dari kemitraan yang memperkuat akses pasar bagi kelompok perhutanan sosial. Kehadiran berbagai pejabat kementerian dalam acara ini menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mencapai tujuan bersama.
Dengan keberhasilan ini, harapan akan masa depan yang lebih cerah bagi masyarakat hutan semakin dekat. Keberhasilan ekspor ini bukan hanya tentang angka dan transaksi, tetapi juga tentang mengangkat harkat dan martabat masyarakat yang bergantung pada hutan untuk kehidupan mereka.