Jakarta, Portonews.com – Dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2024 yang diselenggarakan oleh PWI Pusat , Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, menekankan pentingnya transformasi dalam tata kelola lingkungan Indonesia. Kompleksitas isu lingkungan, mulai dari kerusakan alam hingga akses sumber daya alam, membutuhkan solusi yang mampu menyeimbangkan kepentingan ekonomi, sosial, dan ekologi.
“Kita tidak bisa lagi terjebak dalam dikotomi antara ekonomi, sosial, dan ekologi,” tegas Menteri Siti Nurbaya dalam seminar bertajuk “Selamatkan Planet Bumi Melalui Penerapan Prinsip Environmental, Social, And Governance (ESG)” di Ancol, Jakarta Utara.

Menteri Siti Nurbaya memaparkan berbagai langkah transformasi yang telah dilakukan dalam pengelolaan sumber daya alam di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Di antaranya:
- Penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
- Pencapaian tingkat deforestasi terendah dalam sejarah
- Pergeseran dari sistem single-licensed menuju Multi Usaha Kehutanan
- Pemberian akses legal kepada 1,3 juta Kepala Keluarga melalui Persetujuan Perhutanan Sosial
- Peningkatan sertifikasi SVLK untuk produk hasil hutan
Transformasi ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam mencari keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan ekologi.
Lebih lanjut, Menteri Siti Nurbaya menekankan pentingnya investasi untuk transisi energi dan dekarbonisasi, serta penguatan aspek perencanaan, pengawasan, dan pengendalian (Renwasdal).
“Tantangan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan akan terus berkembang,” kata Menteri Siti Nurbaya. “Oleh karena itu, insan pers nasional diharapkan dapat terus berperan aktif dalam menyebarkan informasi dan mencerdaskan bangsa.”
Ketua Bidang Kerjasama dan Kemitraan PWI Pusat, Muhammad Sarwani, menambahkan bahwa ESG merupakan tema yang penting karena telah menjadi standar global dan syarat bagi banyak lembaga maupun perusahaan.
“Meskipun ESG tergolong baru bagi insan pers, penting bagi kita untuk memahaminya karena sudah menjadi standar global,” kata Sarwani.
Seminar ini dihadiri oleh berbagai pembicara dari berbagai instansi dan organisasi, termasuk akademisi, praktisi, dan aktivis lingkungan.