Jakarta,Portonews.com : Pemerintah berencana melarang impor sampah plastik mulai tahun 2025. Saat ini, Indonesia menjadi salah satu importir utama sampah plastik dari negara-negara maju, khususnya dari kawasan Eropa. Berdasarkan data dari Statista, pada tahun 2023 Indonesia mengimpor 252 ribu ton sampah plastik. Terdapat 10 negara yang menjadi eksportir sampah plastik terbesar ke Indonesia, lima di antaranya berasal dari Eropa.
Belanda menempati posisi teratas sebagai eksportir sampah plastik terbesar ke Indonesia, dengan volume mencapai 119,5 ribu ton. Jumlah ini hampir mencapai setengah dari total sampah plastik impor yang masuk ke Indonesia pada tahun 2023.
Berikut adalah daftar 10 negara pengirim sampah plastik terbesar ke Indonesia pada tahun 2023:
1. Belanda dengan volume impor 119,5 ribu ton
2. Jerman dengan volume impor 38,8 ribu ton
3. Belgia dengan volume impor 23,9 ribu ton
4. Amerika Serikat dengan volume impor 19,8 ribu ton
5. Slovenia dengan volume impor 9,3 ribu ton
6. Australia dengan volume impor 8,4 ribu ton
7. Singapura dengan volume impor 6,3 ribu ton
8. Selandia Baru dengan volume impor 5,8 ribu ton
9. Inggris dengan volume impor 5,2 ribu ton
10.Jepang dengan volume impor 4,8 ribu ton
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menyampaikan bahwa Indonesia tidak akan lagi mengimpor sampah plastik mulai tahun 2025, Pemerintah berkomitmen untuk tidak mengeluarkan izin terkait impor sampah plastik.
“Tidak akan ada lagi impor sampah plastik. Mulai tahun ini, sudah selesai,” kata Hanif saat ditemui dalam kegiatan di Bantaran Sungai Cipinang, Jakarta, Jumat (1/11).
Menurut Hanif, Indonesia tidak memerlukan impor sampah plastik, mengingat ketersediaan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) sudah sangat melimpah. Sampah plastik ini dapat dipilah dan didaur ulang baik oleh masyarakat maupun industri. Langkah ini juga diharapkan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi penumpukan sampah di TPA di berbagai daerah.
Pada tahun 2022, Indonesia tercatat sebagai salah satu pengimpor sampah plastik terbesar di dunia, dengan jumlah impor mencapai 194 ribu ton.
Manajer Kampanye Polusi dan Perkotaan dari Walhi, Abdul Ghofar, menilai bahwa rencana Kementerian Lingkungan Hidup untuk menghentikan impor sampah plastik di awal tahun 2025 akan berdampak positif bagi ekonomi, lingkungan, dan kesehatan masyarakat.
Dari sisi ekonomi, kebijakan ini akan mendorong industri daur ulang untuk menggunakan bahan baku dari dalam negeri, yang sebelumnya lebih banyak mengandalkan bahan baku impor. “Pemulung dan sektor informal dalam pengelolaan sampah juga akan mendapatkan manfaat ekonomi,” ungkap Ghofar pada 5 November.
Ghofar menambahkan bahwa kebijakan ini juga dapat mencegah pencemaran lingkungan, terutama di lokasi-lokasi yang menjadi tempat penimbunan sampah impor, seperti di sekitar Sungai Cikijing di Serang, Banten.
Selain itu, penghentian impor sampah juga akan mengurangi risiko kesehatan bagi warga yang tinggal di sekitar area penimbunan sampah impor, di mana mereka kerap mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara dari praktik penimbunan, pembuangan, dan pembakaran sampah plastik.