Jakarta, Portonews.com : Paus Fransiskus telah tiba di Papua Nugini, yang merupakan negara kedua dalam rangkaian perjalanannya selama 12 hari ke empat negara. (6 September 2024/19.30)
Paus Fransiskus merupakan paus kedua yang mengunjungi negara mayoritas Kristen ini. Sebelumnya, Paus Yohanes Paulus II telah mengunjungi Papua Nugini dua kali, yakni pada tahun 1984 dan kunjungan singkat pada 16 Januari 1995, ketika beliau membeatifikasi martir pribumi pertama negara itu, Peter To Rot, seorang katekis yang dibunuh oleh pasukan Jepang selama pendudukan mereka di Perang Dunia II, menurut laporan dari America The Jesuit Review.
Berbeda dengan kunjungannya ke Indonesia, Timor Leste, dan Singapura, di Papua Nugini, Paus tidak hanya mengunjungi ibu kota. Paus Fransiskus dijadwalkan terbang ke Vanimo, ibu kota Provinsi Sandaun yang terpencil di bagian barat laut Papua Nugini, untuk bertemu dengan para imam dari Institute of the Incarnate Word dan biarawati dari Sisters of the Lord and the Virgin of Matara, yang semuanya berasal dari Argentina, negara asal Paus.
Papua Nugini mencakup bagian timur pulau Nugini, pulau terbesar kedua di dunia, serta sejumlah pulau di Melanesia. Negara ini berbatasan darat dengan Indonesia di barat dan terletak dekat Australia di selatan serta Kepulauan Solomon di timur.
Pulau ini telah dihuni selama sekitar 45.000 tahun sebelum bangsa Eropa tiba pada 1800-an. Pada akhir abad ke-19, Belanda, Jerman, dan Inggris menguasai beberapa bagian pulau ini. Setelah Perang Dunia I pada 1919, seluruh wilayah Papua Nugini berada di bawah kendali Australia.
Selama Perang Dunia II, Papua Nugini diduduki oleh Jepang dan kemudian menjadi koloni Australia sampai akhirnya merdeka pada 16 September 1975. Negara ini kini merupakan negara parlementer merdeka dan anggota Persemakmuran, dengan Raja Charles III sebagai kepala negara yang diwakili oleh gubernur jenderal.
Papua Nugini memiliki populasi sekitar 11 juta orang, terdiri dari sekitar 1.000 suku yang berbicara dalam 860 bahasa, menjadikannya negara dengan keragaman bahasa tertinggi di dunia. Pulau ini juga dikenal karena keanekaragaman budayanya, serta kekayaan alam berupa pantai, hutan hujan, terumbu karang, dan dataran tinggi. Meskipun demikian, Papua Nugini rawan gempa bumi karena berada di Cincin Api Pasifik. Pada 24 Mei tahun ini, sebuah tanah longsor di Provinsi Enga, sekitar 600 km barat laut ibu kota, menewaskan sekitar 2.000 orang, dan Paus Fransiskus menyampaikan rasa belasungkawanya kepada para korban.
Dulunya, kanibalisme merupakan bagian dari kehidupan di pulau ini, namun praktik tersebut mulai menghilang sejak awal 1950-an seiring dengan masuknya banyak misionaris.
Meskipun negara ini kaya akan sumber daya alam, banyak penduduknya masih hidup dalam kemiskinan, terutama di wilayah pedesaan yang jarang tersentuh pembangunan infrastruktur. Pada tahun 2021, Papua Nugini menempati peringkat ke-154 dari 191 negara dalam Indeks Pembangunan Manusia PBB.