Jakarta, Portonews.com – Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bojongsari (PCM Bojongsari) mengadakan pengajian terkait Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) di Masjid At-Tanwir PCM Bojongsari, Jln. Masjid At-Tanwir, Kavling Pertamina, Rt/Rw: 2/5, Kel. Curug, Kec. Bojongsari, Minggu (21/8/2024). Hadir dalam pengajian tersebut, seluruh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bojongsari (PCM Bojongsari), Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Se-Bojongsari, Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Se-Bojongsari, serta Warga Persyarikatan Muhammadiyah di Bojongsari dan sekitarnya.
“Acara, diawali dengan musyawarah pembentukan Ranting Muhammadiyah Curug dan Ranting Aisyiyah Bojongsari-Serua (Bo-Ser). Dengan berdirinya Ranting Muhammadiyah Curug, maka PCM Bojongsari akan memiliki 5 Ranting Muhammadiyah. Kemudian, setelah Ranting Aisyiyah Bojongsari-Serua (Bo-Ser) berdiri, akan dilanjutkan dengan pendirian Cabang Aisyiyah Bojongsari. Karena, syarat minimal pendirian Cabang Aisyiyah akan terpenuhi dengan berdirinya Ranting Aisyiyah Bojongsari-Serua (Bo-Ser),” ungkap Dr. Jaja Nurjanah, MA, Sekretaris PCM Bojongsari, mengawali kegiatan.
Setelah dilakukan musyawarah sekitar 15 hingga 20 menit, terpilihlah usulan Ketua Ranting Muhammadiyah Curug, yaitu atas nama Bapak Rovi Octaviano dan usulan Ketua Ranting Aisyiyah Bojongsari-Serua (Bo-Ser), yaitu Ibu Titi Fatonah.
“Ketua yang telah terpilih dalam musyawarah pembentukan Ranting Muhammadiyah dan Aisyiyah, akan kami kirimkan ke PDM Kota Depok (Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Depok). Semoga, usulan tersebut akan cepat mendapatkan respons dari PDM Kota Depok,” ungkap Jaja Nurjanah.
Seusai Rapat Pembentukan Ranting Muhammadiyah dan Aisyiyah, dilanjutkan pada acara inti, yaitu Pengajian Bulanan PCM Bojongsari. Sebelum ke acara inti, kegiatan acara inti dibuka dengan Sambutan dari Ketua PCM Bojongsari, Dr. Zamah Sari, M.Ag.
“Pengajian terkait Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) di PCM Bojongsari, salah satunya ialah untuk memberikan informasi awal kepada Warga Persyarikatah Muhammadiyah di Bojongsari. Sehingga kita sebagai Warga Persyarikatan Muhammadiyah bisa memahami apa yang dimaksud dengan KHGT,” ungkap Zamah Sari pada saat memberikan pengantar pada kegiatan Pengajian Bulanan Cabang Muhammadiyah.
Zamah Sari mengungkapkan bahwa keberadaan Kalender Hijriah Tunggal untuk umat Islam menjadi sangat penting. Sehingga umat Islam di seluruh dunia memiliki patokan kesatuan yang sama antara satu tempat dengan tempat lainnya, seperti yang terjadi pada kalender Miladiah.
“Alhamdulillah, narasumber hari ini merupakan seseorang yang memang memiliki kompetensi dan kapasitas di bidang tersebut, yaitu Ibu Dr. Maskufa, MA. Selain sebagai dosen di UIN Jakarta, beliau merupakan anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Sehingga, sangat tepat untuk menyajikan informasi terkait KHGT, termasuk implementasi dan dinamika di dalamnya,” tambah Buya Zamah, panggilan akrab Dr. Zamah Sari, M.Ag.
Apa yang disampaikan oleh Zamah Sari, langsung mendapatkan respons dari Dr. Maskufa, MA., dalam pemaparannya, bahwa keberadaan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) menjadi sangat penting untuk dimiliki umat Islam. Agar, ada kepastian terkait beberapa ibadah yang memang mengacu terhadap keberadaan kalender.
“Penentuan awal Puasa Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, Muharram, Ibadah Haji, dan lain sebagainya. Semua ibadah tersebut, memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberadaan kalender. Bila kita sebagai umat Islam memiliki kalender tunggal, maka kita akan ada kepastian terkait ibadah tersebut antara satu tempat dengan tempat lainnya,” ungkap Maskufa, di sela-sela pemaparan materi.
Maskufa menambahkan bahwa selain itu, keberadaan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) memberikan kepastian bagi masyarakat yang bekerja di sektor formal. Hal tersebut penting, sehingga bisa merencanakan berbagai macam hal jauh hari.
“Misalnya terkait kapan akan ambil cuti, kapan akan libur hari raya, dan lain sebagainya. Jadi, dengan adanya Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT), masyarakat yang bekerja di sektor formal akan mendapatkan banyak manfaat,” tambah Maskufa.
Sesuai agenda yang telah ditetapkan oleh panitia, di penghujung acara dilaksanakan Pidato Kebudayaan dari Dr. Syarif Hidayatullah, M.Pd., yang baru saja menyelesaikan Program Doktor di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung (UPI Bandung). Syarif Hidayatullah memaparkan secara global, apa itu kebudayaan dan bagaimana kaitannya dengan keberagamaan di Muhammadiyah.
“Jadi, kebudayaan itu terus berkembang dan dinamis. Tentu, kebudayaan yang harus kita kembangkan di Muhammadiyah ialah kebudayaan yang telah terintegrasi dengan nilai-nilai keislaman dan kemuhammadiyahan,” ungkap Syarif Hidayatullah, yang juga sebagai Ketua PRM Bojongsari.
Syarif Hidayatullah melanjutkan bahwa keberadaan Masjid At-Tanwir PCM Bojongsari, akan menjadi tonggak sejarah kebudayaan di Kecamatan Bojongsari. Karena, di masjid ini nilai-nilai Kebudayaan Betawi akan coba dilestarikan, kebudayaan luhur daerah lain juga diperkenalkan karena Bojongsari ialah daerah urban, nilai-nilai keislaman, kemuhammadiyahan, dan lain sebagainya, semuanya diusahakan terintegrasi.
“Dengan adanya integrasi kebudayaan dengan nilai keislaman dan kemuhammadiyahan, harapannya Muhammadiyah Bojongsari akan mampu memberikan sumbangsih signifikan terhadap kemajuan Bangsa Indonesia ke depan,” pungkas Syarif Hidayatullah.