Jakarta, Portonews.com – Humas BRIN, Keprihatinan terhadap pola pemeliharaan burung walet di masyarakat yang selama ini dilakukan secara konvensional membuat pemilik PT. Lentera Alam Nusantara Dani Ali bersama timnya mengembangkan aplikasi berbasis Internet of Things (IoT). Aplikasi yang diberi nama Markas Walet ini diklaim sebagai aplikasi pertama di Indonesia yang dimanfaatkan untuk membantu peternak menghitung populasi walet yang dimilikinya.
Hal ini disampaikan Dani pada Talkshow dengan topik Pengusaha Pemula Berbasis Riset (PPBR) di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Kamis (08/08). Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Indonesia Research and Innovation Expo 2024 yang digelar mulai 8 – 11 Agustus 2024.
PT. Lentera Alam Nusantara merupakan salah satu PPBR berdiri pada 2019 yang memanfaatkan hasil riset untuk mengembangkan usahanya yakni dibidang peternakan burung walet. Selama ini menurut Dani, para peternak burung walet tidak mengetahui secara akurat jumlah walet yang dimilikinya.
“Para pemilik rumah walet selama ini tidak bisa mengetahui jumlah populasi waletnya secara tepat. Karena untuk mendapatkan gambaran jumlah yang pasti mengalami kesulitan,” ujar Dani.
Untuk mengetahui kondisi rumah waletnya, biasanya para peternak masuk ke rumah walet dan memeriksa kondisnya ketika siang hari saat burung-burung sedang keluar. Hal ini tentunya akan sulit untuk mendapatkan gambaran jumlah populasi waletnya.
“Dengan aplikasi ini kita dapat mengetahui berapa jumlah burung walet yang masuk dan keluar rumah,” tambahnya.
Dijelaskan Dani, kenapa mengelola peternakan walet harus dengan cermat, ini dikarenakan sarang walet mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Terlebih lagi, permintaan terhadap sarang walet setiap tahunnya terus meningkat.
“Kebutuhan terhadap sarang walet di dunia terus meningkat, dan diperkirakan meningkat antara 10 hingga 20 persen setiap tahunnya. Namun hingga saat ini peternak walet tidak pernah mengetahui kondisi waletnya secara mendetail, mulai jumlah populasi hingga kondisi kesehatan kandangnya,” jelasnya.
Aplikasi yang dikembangkan Dani bersama timnya, dibekali dengan Artificial Intelligence (AI) berupa penghitung populasi burung walet menggunakan metode deep learning. Deep learning sendiri merupakan sebuah komputer belajar yang mengklasifikasi secara langsung gambar atau suara walet.
Metode itu diyakini mampu memberikan hasil akhir yang berkualitas dan dapat mengurangi biaya operasional. Hal ini akan membantu memetakan potensi dan perilaku walet secara ilmiah.
Dalam perkembangannya, Dani mengikuti skema pendanaan yang diberikan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yakni skema pendaan Pengusaha Pemula Berbasis Riset dan didapatkan pada 2023.
Melalui skema ini, Dani mengungkapkan pihaknya mendapatkan berbagai pendampingan dari para periset BRIN dalam pengembangan aplikasi Markas Walet. “Peran BRIN pada pengembangan aplikasi ini sangat banyak diantaranya membantu mengelola bagaimana citra atau image processingnya,” ujarnya.
Selain itu, BRIN juga membantu dalam pengurusan perizinan serta pendanaannya. Melalui kerja sama dengan BRIN, Dani berharap aplikasi Markas Walet yang dikembangkan dapat bermanfaat secara maksimal dalam mengelola walet sehingga dapat meningkatkan produktivitas para peternak yang pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian.