Jakarta, Portonews.com – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementeria Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan guncangan gempa merusak dengan magnitudo (M6,0) pada kedalaman 10 km, berjarak sekitar 33 km barat Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, Jumat (22/3/2024) pagi tidak memicu terjadinya gelombang tsunami mesti berpusat di laut. Menurut data BG potensi tinggi tsunami di garis pantai (tsunami height) pulau Bawean tergolong rendah yaitu kurang dari 1 m.
“Pada hari Jumat, tanggal 22 Maret 2024, pukul 11:22:45 WIB. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menginformasikan telah terjadi gempa bumi dengan magnitudo (M6,0) pada kedalaman 10 km, berjarak sekitar 33 km barat Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur,” ujar Kepala PVMBG Hendra Gunawan di Bandung.
Menurut Hendra, kejadian gempa bumi tersebut tidak menimbulkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut, karena tidak mengakibatkan terjadinya deformasi dasar laut yang dapat memicu terjadinya tsunami. “Data Badan Geologi mencatat potensi tinggi tsunami di garis pantai (tsunami height) pulau Bawean tergolong rendah yaitu kurang dari 1 m,” jelas Hendra.
Mengenai kondisi geologi dan penyebab gempa bumi, Hendra menjelaskan, wilayah yang terletak dekat dengan lokasi pusat gempa bumi adalah Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Wilayah tersebut pada umumnya merupakan morfologi dataran hingga dataran bergelombang yang berbatasan dengan perbukitan hingga perbukitan terjal pada bagian tengahnya. Menurut data Badan Geologi (BG) pada peta geologi lembar Bawean dan Masalembo (Aziz dkk., 1993), Pulau Bawean tersusun oleh batuan berumur Tersier (terdiri – dari batupasir dan batugamping) dan dominan endapan Kuarter (terdiri – dari batuan rombakan gunung api muda dan endapan aluvial pantai). Sebagian batuan berumur Tersier tersebut telah mengalami pelapukan.
“Berdasarkan lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, data mekanisme sumber dari BMKG, maka kejadian gempa bumi tersebut berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif di Laut Jawa. Berdasarkan pola struktur geologi Pulau Jawa (Pulunggono dan Martodjojo, 1994) diperkirakan terdapat sesar berarah relatif timur laut – barat daya yang merupakan Pola Meratus. Sesar pada Pola Meratus ini merupakan sesar tua (Pra Tersier hingga Tersier) dan diperkirakan mengalami reaktivasi,” jelas Hendra.
Selanjutny PVMBG menghimbai masyarakat untuk tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.
“Masyarakat agar tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan, yang kekuatannya lebih kecil. Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan tsunami dan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) seperti retakan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi,” pungkas Hendra.