Jakarta, Portonews.com-Gaya hidup sedentari (tidak banyak bergerak) sangat lekat dengan para pekerja kantoran, dan mungkin belum banyak disadari bahwa kebiasaan tersebut memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Melihat tren tersebut, Garmin mengumumkan inisiatif wellness bertajuk #BeMoreBeHealthier yang bertujuan untuk menggugah pekerja kantoran yang lekat dengan gaya hidup sedentari menjadi Pejuang Wellness.
“Gaya hidup sedentari merupakan hal yang umum di lingkungan kantor. Sudah saatnya untuk membalikkan tren ini dengan memprioritaskan kesehatan fisik dan mental agar lebih produktif. Kami menyadari bahwa pekerja kantoran menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan waktu mereka setelah jam kerja. Mereka harus mengalokasikan waktu untuk berolahraga, bersosialisasi, dan memastikan mereka mendapatkan tidur yang cukup. Oleh karena itu kami meluncurkan inisiatif #BeMoreBeHealthier yang dirancang untuk membantu para pekerja kantoran mengadopsi gaya hidup lebih aktif dan sehat,” kata Chandrawidhi Desideriani, Marcomm Senior Manager Garmin Indonesia.
Inisiatif ini mendorong pekerja kantoran untuk merangkul pendekatan holistik terhadap kesehatan, menekankan pentingnya bergerak, nutrisi, dan tidur berkualitas. Dengan memasukkan kegiatan rekreasi seperti berjalan dan peregangan (stretching) ke dalam keseharian, pekerja kantoran dapat meningkatkan kesehatan fisik mereka. Selain itu, nutrisi yang tepat berperan penting dalam meningkatkan fokus, konsentrasi, dan mood. Tidur yang cukup dan berkualitas juga akan membantu mengelola stres dan meningkatkan energi mereka untuk menghadapi tantangan hari esok.
Gaya Hidup Sedentari Dapat Memicu Burnout Pada Pekerja, Terutama Perempuan
Pola hidup sedentari jika tidak diatasi lama-kelamaan dapat memicu burnout pada pekerja kantoran. Burnout merupakan istilah psikologi yang mengacu pada keadaan kelelahan kerja yang ditandai dengan stres terhadap pekerjaan yang intens dan berkepanjangan sehingga merasa lelah dan terperangkap dalam pekerjaannya. Burnout pada akhirnya dapat memicu terjadinya penurunan kinerja, dan dampak negatif lainnya terhadap individu maupun organisasi.
Kondisi burnout pada perempuan yang bekerja akan lebih rentan terjadi, terutama yang memiliki peran ganda sebagai pekerja dan ibu rumah tangga. Hal ini diperkuat dari studi yang dilakukan oleh Future Forum, dimana 46% wanita mengaku mengalami burnout dibanding pria.
Semakin muda usia Anda, semakin besar kemungkinan Anda mengalami burnout, dengan 48% pekerja di bawah usia 30 tahun mengatakan mereka merasa kelelahan di tempat kerja dibandingkan dengan 40% pekerja berusia 30 tahun ke atas.