Jakarta, Portonews.com-Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa (Kaukus Keswa) menggelar kompetisi stand up comedy dan skrining anemia gratis, dalam rangka menyambut perayaan ulangtahunnya yang pertama.
Acara yang berlangsung di Perpustakaan Nasional, Jakarta ini turut dihadiri oleh anak mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Inayah Wahid yang juga dikenal sebagai komika. Inayah menjadi juri dalam ajang kompetisi tersebut.
Sebagai penyelenggara, Kaukus Keswa mencoba membantu sekaligus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya dalam merawat kesehatan jiwa, khususnya pada generasi muda melalui stand up comedy.
“Dari anak usia balita sampai lansia pun sudah memiliki masalah kejiwaan. Kaukus mencoba mengatasi masalah ini dengan membantu masyarakat, salah satunya dengan menyelenggarakan kegiatan. Disamping itu, juga untuk merayakan ulangtahun pertama Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa,” kata Prof. Dr.dr.Nila F.Moeloek, Ketua Umum Kaukus Keswa, saat ditemui wartawan, disela acara, (15/11/2024).
Menurut mantan Menteri Kesehatan periode 2014-2019 ini, dalam neuro sains diketahui ada zat dopamin, tidak lain adalah zat kimia yang berfungsi sebagai neurotransmitter dan hormon yang diproduksi di otak, dimana salah satunya berfungsi meningkatkan suasana hati.
“Kalau kita gembira keluar zat dopamin, tidak menjadi stres. Saya selalu bilang pentingnya asi bagi ibu dan bayi untuk menstimulasi otak juga memunculkan kedekatan dan cinta lebih banyak antara keduanya,” ujar Nila.
Berangkat dari keprihatinan bahwa Indonesia darurat kesehatan jiwa dengan banyaknya aksi bunuh diri di kalangan masyarakat, Kaukus Keswa pun mencoba menyadarkan masyarakat terkait hal ini.
“Bagaimana kita bisa membantu masyarakat merawat kesadaran, merawat mental, karena banyak kasus perlu penanganan profesional. Bagaimana menyadarkan masyarakat tentang ini, salah satunya dengan talkshow termasuk stand up comedy. Kita ingin memperhatikan gen z, bagaimana mereka bisa memiliki kesadaran merawat kesehatan mental mereka. Menumbuhkan daya tahan karena tidak semua orang dalam zona yang selalu nyaman,” ungkap Maria Ekowati, inisiator Kaukus Keswa sekaligus seorang psikolog.
Maria menambahkan, Kaukus Keswa menyasar generasi muda lewat stand up comedy untuk memahami kondisi mereka. “Orangtua juga turut berperan dalam hal ini. Sebagai orangtua harus mengikuti dan tahu eranya mereka. Kita harus mengikuti apa yg terjadi di era mereka, kalau bisa jangan gaptek sehingga kita bisa tahu yang terjadi dengan mereka,” jelasnya.
Kaukus Keswa berupaya meningkatkan kesadaran tentang kesehatan jiwa di kalangan generasi muda dengan cara membuka stand up comedy dan road show ke berbagai kampus.
“Kesadaran kesehatan jiwa di kalangan generasi muda saat ini lebih tinggi dari generasi kami mungkin karena keterbukaan dan tekanannya tidak sekeras generasi sebelumnya. Sekarang kita lakukan stand up comedy agar bisa menyebarkan tentang kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa bukan hanya isu yg diangkat di kampus. Kedepan kita ingin menggandeng komunitas lain,” papar psikolog Kristin Samah yang juga sebagai inisiator Kaukus Keswa.
Sementara itu, Dr.dr. Ray Wagiu Basrowi, Peneliti dan Inisiator Kaukus Keswa mengungkapkan, data dari Universitas Gadjah Mada (UGM) mencatat, 16 persen remaja terindikasi kasus gangguan jiwa. Dan, data terbaru untuk anak SMA yang terindikasi di Jakarta hampir 30 persen.
“Poinnya bukan berapa banyak, tapi yang terpenting adalah terindentifikasi atau tidak, makanya penting sekali skrining, medical check up mental oleh pemerintah saja tidak ada, harusnya masuk. Mental health murah skriningnya, tapi susah melihat gejala dan tandanya, baru ketahuan parahnya kalau sudah ke psikolog. Anak muda yang terindikasi terlihat dari produktivitas nilainya jadi terganggu, belajarnya sudah jelek, nilainya jelek, tidak bisa berinteraksi dengan baik,” paparnya.
Menurutnya, dengan adanya sosial media lebih dari 50 persen generasi muda sudah terganggu kesehatan jiwanya. “Terkadang mereka menganggap bunuh diri itu adalah lumrah. Itu tidak terjadi 20 tahun lalu. Setiap generasi kondisinya berbeda. Perubahan generasi pasti berbenturan. Makanya makin banyak triggernya,” imbuh Ray.
Romo Mudji, inisiator Kaukus Keswa juga menambahkan, semua orang bisa terkena gangguan kesehatan mental bahkan setingkat S2 pun bisa kena. Dari tingkat atas sampai bawah kena, terutama dokter juga.
“Upaya kita adalah menyadari gen z untuk tidak lebih lemas dalam menghadapi masalah, menyadari tidak hanya sekadar menerima informasi, tapi juga bisa bertahan,” pungkas Romo Mudji.