Jakarta, Portonews.com – Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru-paru. Penyakit ini menjadi perhatian serius karena dapat menular melalui droplet, yaitu cairan dari hidung atau mulut yang tersebar saat pasien batuk, bersin, meludah, atau berbicara.
Menurut laman TB Indonesia, TBC juga bisa menyerang organ tubuh lain, seperti kelenjar getah bening, tulang belakang, ginjal, dan otak. Penyakit ini memiliki gejala umum yang meliputi batuk berkepanjangan lebih dari tiga minggu, nyeri dada saat bernapas atau batuk, kehilangan berat badan tanpa sebab, kelelahan, serta keringat berlebih di malam hari.
Jika tidak segera ditangani, TBC dapat menjadi parah dengan gejala yang semakin berat. “Batuk yang tidak kunjung membaik meskipun sudah diobati, disertai dahak berwarna kuning atau hijau, bahkan bercampur darah, merupakan tanda bahwa penyakit TBC telah memasuki tahap kronis,” ujar laman Mayo Clinic. Gejala lain yang dialami pasien termasuk nyeri dada, sesak napas, dan kelelahan ekstrem.
Ada beberapa jenis TBC selain yang menyerang paru-paru. Menurut situs Web MD dan Kementerian Kesehatan, jenis-jenis ini meliputi TBC kelenjar getah bening, ginjal, otak (meningitis), tulang belakang, dan laring. Masing-masing jenis memiliki ciri khas, seperti pembengkakan pada kelenjar getah bening atau suara serak pada TBC laring.
Pengobatan TBC memerlukan waktu panjang dan kedisiplinan pasien. Untuk TBC laten, pengobatan melibatkan konsumsi obat seperti isoniazid dan rifampisin selama sembilan bulan. Sedangkan, untuk TBC aktif, pasien harus mengonsumsi kombinasi obat, termasuk etambutol dan pirazinamid, selama enam hingga dua belas bulan. Apabila pasien didiagnosis dengan TBC yang resisten terhadap obat, waktu pengobatan dapat diperpanjang hingga 30 bulan.
“Meminum obat dalam waktu lama memang berat, tetapi sangat penting untuk membasmi bakteri sepenuhnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut,” seperti dikutip dari Kementerian Kesehatan.
Masyarakat diimbau untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala yang mengarah pada TBC agar dapat ditangani lebih awal dan mencegah penularan.
Gejala Umum
1. Batuk berdahak yang berkepanjangan (lebih dari 2 minggu)
2. Dahak berdarah atau berwarna merah kecoklatan
3. Demam tinggi yang berkepanjangan
4. Keringat malam
5. Penurunan berat badan
6. Lemah dan kelelahan
7. Nafsu makan menurun
Gejala TBC Paru
1. Nyeri dada
2. Sesak napas
3. Batuk kering
4. Suara napas yang abnormal
Gejala TBC Luar Paru
1. Nyeri tulang belakang
2. Kaku otot
3. Kesulitan berjalan
4. Nyeri sendi
5. Pembengkakan kelenjar getah bening
Gejala TBC pada Anak
1. Demam yang tidak terkontrol
2. Batuk berdahak
3. Penurunan berat badan
4. Keringat malam
5. Lesu dan tidak aktif
Gejala TBC Stadium Lanjut
1. Batuk darah
2. Sesak napas yang parah
3. Nyeri dada yang parah
4. Kegagalan napas
5. Kegagalan ginjal
Pencegahan Primer
1. Vaksinasi BCG (Bacille Calmette-Guérin) pada bayi.
2. Menghindari kontak dengan penderita TBC yang belum menjalani pengobatan.
3. Menggunakan masker saat berada di tempat umum atau kerumunan.
4. Meningkatkan kebersihan dan ventilasi ruangan.
5. Menghindari kontak dengan orang yang batuk atau bersin.
Pencegahan Sekunder
1. Skrining TBC rutin bagi keluarga dan kontak erat penderita.
2. Pengobatan dini bagi penderita TBC.
3. Pengawasan ketat terhadap penderita TBC yang menjalani pengobatan.
4. Pemberian obat profilaksis bagi orang yang berisiko tinggi.
Gaya Hidup Sehat
1. Konsumsi makanan bergizi seimbang.
2. Olahraga teratur.
3. Tidur yang cukup.
4. Mengelola stres.
5. Menghindari merokok dan konsumsi alkohol.
Langkah Pencegahan di Tempat Kerja
1. Menerapkan protokol kesehatan.
2. Menyediakan fasilitas kesehatan.
3. Melakukan skrining TBC rutin.
4. Memberikan edukasi kesehatan.
Kelompok Rentan
1. Anak-anak.
2. Orang tua.
3. Penderita HIV/AIDS.
4. Penderita penyakit kronis.
5. Petugas kesehatan.
Jika Anda didiagnosis terkena Tuberkulosis (TBC), ikuti langkah-langkah berikut:
Langkah Awal
1. Konsultasikan dengan dokter untuk memastikan diagnosis dan menentukan pengobatan.
2. Lakukan tes laboratorium dan rontgen untuk memastikan stadium penyakit.
3. Berikan informasi tentang riwayat kesehatan dan kontak dengan orang lain.
Pengobatan
1. Minum obat-obatan anti-TBC yang diresepkan dokter secara teratur.
2. Ikuti pengobatan selama 6-9 bulan atau sesuai anjuran dokter.
3. Jangan berhenti minum obat sebelum waktu yang ditentukan.
Perubahan Gaya Hidup
1. Istirahat yang cukup.
2. Konsumsi makanan bergizi seimbang.
3. Olahraga teratur.
4. Hindari stres.
5. Berhenti merokok dan minum alkohol.
Pencegahan Penularan
1. Gunakan masker saat berinteraksi dengan orang lain.
2. Hindari kerumunan.
3. Cuci tangan secara teratur.
4. Beritahu kontak erat tentang diagnosis Anda.
Pemantauan
1. Kontrol rutin ke dokter.
2. Lakukan tes laboratorium dan rontgen secara berkala.
3. Laporkan gejala atau efek samping obat.
Penting
1. Jangan menyembunyikan diagnosis dari keluarga dan kontak erat.
2. Jangan berbagi barang pribadi.
3. Jangan bekerja atau bersekolah selama masa pengobatan.
Berikut beberapa obat paten dan generik untuk pengobatan Tuberkulosis (TBC) yang beredar di pasaran:
Obat Utama
1. Rifampisin (Rifadin, Rimactan) – obat paten dan generik
2. Isoniazid (INH, Nydrazid) – obat paten dan generik
3. Pyrazinamide (PZA, Tebrazid) – obat paten dan generik
4. Ethambutol (EMB, Myambutol) – obat paten dan generik
5. Streptomycin (SM, Streptomycin) – obat paten dan generik
Obat Tambahan
1. Rifabutin (Mycobutin) – obat paten
2. Rifapentin (Priftin) – obat paten
3. Levofloksasin (Tavanic) – obat paten
4. Moxifloksasin (Avelox) – obat paten
5. Amikasin (Amikin) – obat paten
Obat Generik Kombinasi
1. Rifampisin + Isoniazid (Rifinah, Rimactan)
2. Rifampisin + Isoniazid + Pyrazinamide (Rifater)
3. Ethambutol + Isoniazid + Pyrazinamide (Tebrazid)
Obat untuk TBC Resistensi
1. Kanamycin (Kantrex)
2. Amikasin (Amikin)
3. Kapreomycin (Capastat)
4. Cikloserin (Seromycin)
5. PAS (Para-Aminosalisilat)
Penting
1. Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi obat.
2. Ikuti dosis dan jadwal pengobatan yang diresepkan.
3. Jangan berhenti minum obat sebelum waktu yang ditentukan.
4. Perhatikan efek samping dan laporkan ke dokter jika terjadi.
Sumber:
1. Kementerian Kesehatan RI.
2. Badan Kesehatan Dunia (WHO).
3. Organisasi Kesehatan Dunia (OWHO).
4. Rumah sakit atau klinik terdekat.