Jakarta, Portonews.com – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot, menekankan pentingnya sektor hilir minyak dan gas bumi (migas) dalam upaya mendukung ketahanan energi Indonesia menuju swasembada energi. Menurut Yuliot, sektor migas saat ini masih menjadi kunci dalam pemenuhan kebutuhan energi masyarakat, khususnya di masa transisi energi. “Untuk ketahanan energi, perlu upaya yang maksimal dalam memastikan ketersediaan energi yang cukup dan terjangkau untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen,” ujar Yuliot.
Dalam acara Pembukaan Hilir Migas Conference & Expo 2024 di Jakarta pada Kamis (12/12), Yuliot mengungkapkan bahwa bauran energi di Indonesia pada semester I tahun 2024 didominasi oleh batubara yang mencapai 39,48%, disusul oleh minyak bumi 29,90%, dan gas bumi 16,69%. Sementara itu, energi baru terbarukan (EBT) baru berkontribusi sekitar 13,93%. Dalam proyeksi bauran energi tahun 2050, porsi minyak bumi diperkirakan akan turun menjadi sekitar 20%, sedangkan gas bumi akan meningkat menjadi 24%.
Sektor hilir migas juga menjadi fokus utama pemerintah dalam memastikan ketahanan energi. Salah satunya melalui peningkatan pemanfaatan gas bumi, baik untuk industri maupun rumah tangga. Hingga September 2024, tercatat 703.000 sambungan rumah (SR) jaringan gas (jargas) APBN dan 400.000 SR non-APBN. Pemerintah menargetkan pengembangan 5,5 juta SR jargas pada tahun 2030, yang diharapkan dapat mengurangi impor LPG sebesar 550 ribu ton per tahun dan menghemat subsidi hingga Rp5,6 triliun per tahun.
Yuliot juga menjelaskan bahwa untuk mengoptimalkan potensi gas domestik, pemerintah telah merencanakan integrasi pipa gas dari Sumatera ke Jawa. “Integrasi pipa gas ini melalui investasi pembangunan pipa gas bumi seperti Cisem dan Dusem akan mendukung harga gas yang lebih terjangkau dan memenuhi kebutuhan gas untuk industri, pembangkit listrik, serta rumah tangga,” tambahnya.
Selain itu, pemerintah terus berupaya memastikan ketersediaan BBM di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) dengan membangun penyalur BBM 1 Harga. Sejak 2017, sebanyak 580 penyalur BBM 1 Harga telah terbangun, memberikan akses energi yang lebih terjangkau bagi masyarakat di wilayah 3T.
Dalam mendukung keberlanjutan energi, Yuliot juga menyampaikan bahwa program biodiesel, terutama biodiesel B35, akan dilanjutkan dengan target B40 dan B50. Pada tahun 2023, pemanfaatan biodiesel B35 berhasil menghemat devisa negara sebesar Rp120,5 triliun.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BPH Migas, Erika Retnowati, menyoroti pentingnya sektor hilir migas dalam transisi energi menuju penggunaan energi bersih. “Peran hilir migas tetap perlu diperhatikan dalam proses perubahan menuju energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ujar Erika.
Acara ini juga diwarnai dengan penandatanganan sejumlah perjanjian kerjasama, termasuk antara BPH Migas dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan mengenai pengawasan penyaluran BBM untuk usaha perikanan, serta dengan Pemerintah Provinsi Bali mengenai pengendalian distribusi BBM. Selain itu, juga diserahkan Surat Keputusan Kuota BBM Tahun 2025 kepada PT Pertamina (Persero) dan PT AKR Corporindo, serta Surat Keputusan Hak Khusus Niaga Gas Bumi kepada PT Energasindo Heksa Karya dan PT Bayu Buana Gemilang.