Jakarta, Portonews.com – Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang di Tangerang Selatan sedang menghadapi masalah serius karena hampir mencapai kapasitas maksimal. Saat ini, tempat ini sudah terisi hingga 97% dari total daya tampungnya. Salah satu solusi yang mulai diterapkan adalah teknologi landfill mining, yang mampu mengubah sampah menjadi bahan bakar alternatif dan material lain yang bermanfaat.
Prihartanto, seorang peneliti dari Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menjelaskan tentang teknologi ini dalam acara BRIN EnviroTalk (BET) seri 38 pada 13 November. Menurutnya, landfill mining tidak hanya membantu mengurangi jumlah sampah, tetapi juga memungkinkan pemanfaatan sampah untuk menghasilkan energi yang dapat digunakan kembali.
“Landfill mining merupakan terobosan yang sangat menjanjikan untuk mengatasi permasalahan over kapasitas sampah di Bantargebang,” ungkap Prihartanto.
Ia menjelaskan bahwa sejak diterapkan pada 2019, teknologi ini telah mampu mengolah hingga 150 ton sampah per hari. Dari proses itu, dihasilkan 30 ton RDF (Refuse Derived Fuel) sebagai bahan bakar dan 41,5 ton material yang menyerupai tanah. Keberhasilan tersebut membuat kapasitas pengolahan ditingkatkan hingga mencapai 1.000 ton per hari pada 2023.
Salah satu hasil dari proses ini adalah Refuse-Derived Fuel (RDF), bahan bakar alternatif yang kini banyak dibutuhkan oleh industri semen. PT Indocement, misalnya, menggunakan 550 ton RDF per harinya, sementara PT Solusi Bangun Indonesia (Holcim) memanfaatkan 150 ton per hari. Bahkan, PT Indocement berencana meningkatkan penerimaan RDF hingga 3.000 ton per hari di masa mendatang.
Menurut Prihartanto, sampah yang digali dari zona 4B di TPST Bantargebang rata-rata sudah terkubur selama 16 hingga 18 tahun. Jenis sampahnya kebanyakan terdiri dari plastik, material sejenis tanah, dan sampah organik.
“Komposisi ini memiliki potensi besar untuk diolah menjadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan,” jelasnya.
Namun, ia juga mengungkapkan ada tantangan besar dalam proses ini, yaitu tingginya kadar air pada material sampah yang digali.
“Tim peneliti terus mengembangkan metode untuk menurunkan kadar air agar memenuhi standar industri,” tegas Prihartanto.
Saat ini, TPST Bantargebang menampung sekitar 55 juta ton sampah dengan ketinggian tumpukan mencapai 55 meter. Masalah ini menjadi semakin mendesak mengingat pada tahun 2023, tercatat ada 14 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) lain di Indonesia yang mengalami kebakaran.
Oleh karena itu Prihartanto menegaskan bahwa landfill mining tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga menciptakan peluang untuk memanfaatkan limbah menjadi sumber energi alternatif. Dengan begitu, pengelolaan sampah dapat mendukung upaya pelestarian lingkungan atau keberlanjutan lingkungan sekaligus menjadi sumber energi yang berguna, dilansir dari laman Badan Riset dan Inovasi Nasional, Jum’at (15/11/2024).