Jakarta, Portonews.com – Indonesia tengah berkomitmen mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2060, dan sektor energi memainkan peran penting dalam usaha tersebut. Salah satu langkah krusial adalah integrasi pembangkit listrik berbasis mesin yang fleksibel, seperti mesin pembakaran internal (ICE). Teknologi ini memungkinkan start-stop, part-loading, dan load-following yang cepat, memberikan fleksibilitas untuk mendukung transisi ke energi terbarukan. Menurut Kari Punnonen, Direktur Bisnis Energi Australasia di Wärtsilä Energy, “Kapasitas ICE Indonesia sebesar 5 GW telah ditetapkan dan siap untuk mendukung tujuan dekarbonisasi negara ini.”
Punnonen menambahkan bahwa pembangkit listrik berbasis mesin ini memberikan kekuatan penyeimbang yang esensial untuk mengintegrasikan lebih banyak energi terbarukan, serta mengurangi biaya dan emisi CO2. Mesin pembakaran internal ini dapat beroperasi dengan sangat fleksibel, bahkan mampu beralih dari start-up hingga beban penuh dalam waktu hanya dua menit tanpa mempengaruhi pemeliharaan. Teknologi ini juga menawarkan efisiensi energi yang sangat tinggi, mencapai 50% atau lebih, lebih unggul dibandingkan teknologi lainnya.
Selain itu, pembangkit berbasis mesin ini dapat beroperasi dengan bahan bakar berkelanjutan di masa depan, membantu Indonesia menuju transisi energi yang lebih ramah lingkungan. Punnonen menegaskan, “Beralih dari bahan bakar fosil ke bahan bakar berkelanjutan, seperti hidrogen, akan menjadi langkah terakhir menuju emisi nol bersih.”
Febron Siregar, Sales Director Indonesia Wärtsilä Energy, menyoroti perubahan peran gas dari baseload menjadi penyeimbang energi. Menurutnya, kombinasi energi terbarukan dengan pembangkit listrik berbasis mesin fleksibel dapat menciptakan pasokan listrik yang stabil, mengurangi biaya pembangkitan, dan memberikan efisiensi sistem yang lebih tinggi. Pembangkit hibrida yang menggabungkan mesin dan solar PV mampu mengurangi biaya dan meningkatkan keandalan serta keberlanjutan energi.
“Dengan penggunaan pembangkit mesin yang fleksibel, biaya pembangkitan dapat dikurangi secara signifikan karena mengurangi kebutuhan kapasitas berlebih pada teknologi lain, seperti tenaga surya, yang mungkin menyebabkan pemborosan energi di waktu tertentu,” jelas Febron.
Dalam diskusi mengenai sistem hibrida, Irwan Rahdian, Business Development Manager untuk Layanan Perjanjian dan Proyek Australasia di Wärtsilä Energy, mengungkapkan bahwa solusi siklus hidup untuk pembangkit listrik hibrida berfungsi untuk meningkatkan keandalan dan efisiensi sepanjang siklus operasionalnya.
Wärtsilä, yang dikenal sebagai pemimpin global dalam solusi energi inovatif, juga mengungkapkan keberhasilan mereka dalam merilis pembangkit listrik berbahan bakar hidrogen skala besar pertama di dunia. Hal ini menjadi bagian dari upaya perusahaan untuk mendukung dekarbonisasi sektor energi, sekaligus mempercepat transisi Indonesia menuju masa depan energi terbarukan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Pada acara “Electricity Connect 2024” yang berlangsung di Jakarta Convention Center, Kari Punnonen mengungkapkan bahwa banyak negara ASEAN, termasuk Indonesia, telah menetapkan target emisi nol bersih. Dalam hal ini, energi terbarukan berperan penting sebagai sumber listrik terjangkau dan efektif dalam mendukung pencapaian target tersebut.
Menurut Badan Energi Internasional, Indonesia perlu menambah kapasitas energi terbarukan sekitar 30 GW pada tahun 2033 dan 58,6 GW pada tahun 2040. Punnonen menegaskan, gas akan menjadi bahan bakar transisi utama, dengan tambahan kapasitas mencapai 9 GW pada 2033 dan 20 GW pada 2040.
Punnonen menyarankan lima langkah utama untuk mencapai emisi nol bersih di sektor ketenagalistrikan ASEAN, yang meliputi peningkatan kapasitas energi terbarukan, integrasi pembangkit listrik berbasis mesin fleksibel, dan peralihan dari pembangkit batu bara yang tidak fleksibel. Ia juga mengungkapkan pentingnya penyimpanan energi dan bahan bakar berkelanjutan untuk mendukung transisi tersebut.
“Fleksibilitas sistem tenaga listrik adalah kunci untuk mengatasi variabilitas energi terbarukan, seperti tenaga angin dan matahari, yang dapat berubah dalam waktu singkat atau bergantung pada musim,” tambahnya.
Wärtsilä, dengan lebih dari 17.500 profesional yang tersebar di lebih dari 240 lokasi di 79 negara, berkomitmen membantu transformasi industri energi melalui teknologi inovatif dan solusi yang berkelanjutan. Pada tahun 2022, perusahaan ini mencatatkan penjualan bersih sebesar EUR 5,8 miliar, dan terus berinovasi untuk mendukung pencapaian emisi nol bersih di sektor energi global.
Dengan strategi dekarbonisasi yang komprehensif, Wärtsilä berupaya mempercepat penerapan energi terbarukan dan sistem tenaga yang lebih fleksibel untuk Indonesia dan kawasan ASEAN secara keseluruhan.