Jakarta, Portonews.com – Pemerintah Indonesia tengah berusaha mempercepat transisi menuju energi bersih dengan merancang pembangunan infrastruktur interkoneksi listrik antara Pulau Sumatera dan Jawa. Langkah ini diharapkan dapat mengoptimalkan potensi energi terbarukan, khususnya dari sumber tenaga air yang melimpah di Sumatera.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi, mengungkapkan hal tersebut dalam keterangannya di sela-sela konferensi iklim COP29 di Baku, Azerbaijan, pada Jumat (15/11). Menurut Eniya, salah satu hambatan terbesar dalam mencapai target transisi energi bersih adalah terbatasnya infrastruktur interkoneksi listrik antar pulau.
“Pulau Sumatera memiliki potensi luar biasa untuk pembangkit tenaga listrik dari air, namun potensi ini belum bisa dimanfaatkan sepenuhnya karena belum ada jaringan transmisi yang menghubungkan Sumatera dengan pusat-pusat beban listrik di Jawa,” ujar Eniya.
Pembangunan interkoneksi listrik antara Sumatera dan Jawa direncanakan akan dimulai dalam dua hingga tiga tahun mendatang. Eniya menambahkan bahwa proyek ini merupakan bagian dari upaya strategis untuk meratakan distribusi energi bersih antar pulau. “Interkoneksi antara Sumatera dan Jawa akan menjadi salah satu solusi untuk memaksimalkan potensi energi terbarukan, khususnya tenaga air di Sumatera. Selain itu, interkoneksi juga diperlukan untuk Kalimantan dan Sulawesi, baik antar pulau maupun di dalam pulau itu sendiri,” kata Eniya.
Pemerintah Indonesia juga membuka peluang besar bagi investor, dengan menawarkan lebih dari 30 miliar dolar AS untuk pengembangan infrastruktur energi bersih hingga tahun 2030. “Indonesia memandang transisi energi sebagai peluang besar untuk investasi. Kami membuka kesempatan lebih dari 30 miliar dolar AS untuk pengembangan infrastruktur energi bersih hingga tahun 2030. Ini akan mendukung kita untuk mempercepat transisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan,” tambah Eniya.
Meski demikian, Eniya menegaskan bahwa batu bara masih akan tetap menjadi bagian dari bauran energi nasional dalam beberapa tahun ke depan. Batu bara, menurutnya, dibutuhkan untuk menjaga keandalan sistem kelistrikan nasional, terutama untuk memastikan kestabilan pasokan energi. “Batu bara akan tetap menjadi bagian dari bauran energi nasional dalam beberapa tahun mendatang. Meskipun demikian, kami berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara dan mempercepat penggunaan energi terbarukan,” jelasnya.
Pernyataan ini disampaikan dalam rangkaian COP29, yang dihadiri oleh berbagai negara sebagai bagian dari upaya global untuk menanggulangi perubahan iklim. Negara-negara yang berpartisipasi berkomitmen untuk mengambil tindakan konkret guna mempercepat transisi ke energi bersih dan mengurangi dampak perubahan iklim.