Jakarta, Portonews.com – Indonesia memiliki potensi besar dalam mendukung penerapan teknologi Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS), yang diyakini dapat menjadi kunci dalam upaya mengurangi emisi karbon global. Hal ini diungkapkan oleh Staf Ahli Bidang Perencanaan Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Muhammad Idris Froyoto Sihite, dalam sebuah diskusi daring beberapa waktu lalu.
“Implementasi CCS dan CCUS sangat bergantung terhadap kapasitas penyimpanan, dan Indonesia memiliki potensi besar di bidang ini,” kata Idris seperti dilansir dari laman Antara. Ia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi daya tampung karbon yang sangat signifikan, mencapai total 577,62 giga ton CO2. Dari jumlah tersebut, 572,77 giga ton CO2 berada di saline aquifer, sementara 4,85 giga ton CO2 dapat disimpan di sumur kering minyak dan gas.
Lebih lanjut, Idris percaya bahwa kapasitas penyimpanan karbon Indonesia dapat menjadikannya sebagai hub CCS di kawasan ASEAN. “Kami percaya potensi kapasitas penyimpanan karbon di Indonesia dapat mendukung upaya menjadi CCS hub di ASEAN,” tuturnya.
Indonesia sendiri saat ini tengah mengembangkan 15 proyek serta studi terkait CCS dan CCUS, sebagian besar berfokus pada sektor minyak dan gas yang dikelola oleh Pertamina. Beberapa proyek ini diperkirakan akan mulai beroperasi sekitar tahun 2030 atau setelahnya.
Sementara itu, Kepala Badan Standardisasi Instrumen Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BSISLHK), Ary Sudijanto, menekankan berbagai keuntungan yang dapat diperoleh Indonesia melalui pengembangan dan penerapan CCS. Menurut Ary, CCS dapat membuka peluang lapangan pekerjaan baru di sektor riset, teknik, dan operasional yang mendukung upaya Indonesia dalam mengurangi emisi karbon.
“CCS sangat sejalan dengan tujuan kita untuk menyediakan lapangan pekerjaan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Ary.
Selain itu, Ary juga menyoroti pentingnya transfer teknologi dan inovasi. Dengan mengembangkan CCS secara optimal, Indonesia berpotensi menjadi pemimpin dalam teknologi ini di Asia Tenggara, menarik investasi, serta mendapatkan tenaga ahli dan teknologi dari negara-negara pemimpin CCS global.
“Kita dapat bermitra dengan pemimpin CCS global dan belajar dari pengalaman mereka untuk membangun solusi dalam negeri,” tambahnya.
Lebih jauh lagi, Ary meyakini bahwa penerapan CCS akan membantu Indonesia dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan, dengan mengurangi deforestasi dan menjaga keanekaragaman hayati. “CCS dapat memastikan pengurangan emisi tercapai di segala sektor, dan ini akan menjadi kontribusi besar bagi pembangunan yang lebih ramah lingkungan,” pungkasnya.