Jakarta, Portonews.com – Produksi minyak mentah OPEC+ pada bulan Oktober 2024 mencatatkan angka sebesar 40,34 juta barel per hari, mengalami kenaikan sebesar 0,21 juta barel per hari dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan pasokan tersebut terutama disebabkan oleh kontribusi Libya yang bertambah 556 ribu barel per hari dan Nigeria yang menambah 35 ribu barel per hari.
Namun, meskipun produksi meningkat, permintaan minyak global diperkirakan akan melambat. OPEC dalam publikasi November 2024 menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun 2024 sebesar 107 ribu barel per hari. Proyeksi permintaan untuk Triwulan IV 2024 juga mengalami revisi turun sebesar 50 ribu barel per hari.
Di tengah kondisi ini, harga minyak mentah global pada November 2024 mengalami penurunan yang signifikan. Lonjakan nilai tukar Dolar AS menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga. Tim Harga menjelaskan bahwa “Kemenangan Trump dalam Pemilu AS mengurangi permintaan minyak mentah di pasar internasional, karena peningkatan nilai Dolar AS membuat semua komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang Dolar AS menjadi lebih mahal.”
Selain itu, pasar juga merespons penundaan pertemuan anggota aliansi OPEC yang semula dijadwalkan pada awal November, dan baru digelar pada 5 Desember 2024. Meskipun OPEC diprediksi akan melanjutkan pembatasan produksi, pasokan dari negara-negara non-OPEC diperkirakan akan terus meningkat, yang turut berperan dalam penurunan harga minyak.
Di kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh penurunan signifikan dalam pengolahan minyak di Tiongkok, yang tercatat turun 4,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penutupan sejumlah kilang dan berkurangnya operasional di kilang-kilang kecil independen menjadi penyebab utama penurunan ini.
Untuk Indonesia, harga minyak mentah utama mengalami penurunan signifikan pada November 2024. Rata-rata harga minyak mentah Indonesia tercatat turun sebesar US$1,70 per barel, dari US$73,53 per barel pada bulan Oktober menjadi US$71,83 per barel. Penurunan ini dipicu oleh perlambatan pertumbuhan permintaan minyak global, meskipun ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda penguatan. Di sisi lain, ketidakstabilan ekonomi di Eropa dan Tiongkok masih menjadi hambatan bagi pemulihan pasar energi global.
ICP (Indonesian Crude Price) untuk bulan November 2024 ditetapkan sebesar US$71,83 per barel, sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 373.K/MG.03/DJM/2024 yang dikeluarkan pada 10 Desember 2024.
Selain faktor ekonomi global, penurunan ketegangan di Timur Tengah turut berkontribusi terhadap penurunan harga minyak. Sejak 26 November 2024, kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah Lebanon yang berlangsung selama 60 hari telah meredakan kekhawatiran pasar atas gangguan pasokan minyak dari kawasan tersebut, yang merupakan salah satu penghasil minyak terbesar dunia.
Tim Harga Minyak Mentah Indonesia menilai bahwa meskipun ketegangan di Timur Tengah mereda, pasar minyak global tetap dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan harga dalam waktu dekat.