Bogor, Portonews.com – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meresmikan fasilitas pemecahan komponen (fraksionasi) kelapa sawit yang dinamai Pilot Plant Fraksionasi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) guna memacu transisi energi dan pembangunan hijau di tanah air.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan fasilitas yang berlokasi di Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Agro (BBSPJIA) Bogor tersebut bisa melakukan pemecahan komponen kelapa sawit menjadi Glukosa, Xilosa, Lignin (GXL) yang merupakan bahan untuk memproduksi bioetanol dan bahan kimia berbasis sumber daya terbarukan (biofine chemicals).
“Pilot plant yang saat ini telah tersedia di hadapan kita mempunyai nilai teknologi yang sangat strategis untuk pengembangan industri berbasis sumber daya terbarukan di masa mendatang. Pilot plant ini mampu menghasilkan GXL secara bersamaan,” kata Menperin dalam acara peresmian fasilitas fraksionasi kelapa sawit di Bogor, Jawa Barat, Kamis (8/8).
Dirinya menjelaskan glukosa merupakan zat pemula (prekursor) pembuatan bioetanol, yaitu bahan bakar nabati pencampur bensin (gasoline), sedangkan xilosa dan lignin, sama-sama prekursor pembuatan biofine chemicals yang dapat diolah menjadi produk antara lain xylitol, benzene dan toluene.
Agus menyampaikan, selain bisa memacu produksi bahan bakar ramah lingkungan yang mendorong pembangunan hijau, fasilitas ini juga digadang-gadang mampu meningkatkan nilai tambah produk kelapa sawit terhadap perekonomian (Economic Value Added/EVA), serta memacu diversifikasi kelapa sawit.
Hal itu dilakukan melalui peningkatan hasil samping kebun kelapa sawit menjadi produk yang mengisi kekosongan struktur industri nasional sesuai program hilirisasi industri.
“Harapan saya selanjutnya melalui program ini adalah peningkatan nilai tambah dan diversifikasi produk turunan sawit, potensi penciptaan lapangan kerja dan peningkatan investasi nasional, substitusi impor dan penguasaan teknologi oleh konsorsium dalam negeri,” kata dia.
Agus mengatakan pihaknya menerapkan strategi penguasaan teknologi; kolaborasi triple helix antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri; serta implementasi kolaborasi tersebut dalam skala bisnis, guna meningkat nilai tambah hilirisasi industri kelapa sawit.
“Saya yakin nilai tambah dari sektor ini akan terus bertambah,” kata Menperin.
Agus mengatakan hilirisasi kelapa sawit merupakan salah satu program prioritas industri untuk meningkatkan nilai tambah terhadap pemajuan ekonomi nasional.
Pihaknya mencatat nilai ekonomi sektor hulu dan hilir kelapa sawit telah mencapai Rp750 triliun atau setara dengan 3,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) nasional pada 2023.
Sedangkan, untuk jenis produk turunan kelapa sawit yang dimiliki Indonesia tercatat sebanyak 193 jenis, angka itu meningkat 150 persen dibandingkan pada 2010.
Mengingat potensi sektor kelapa sawit yang dimiliki Indonesia cukup besar, Agus menyebut melalui strategi pengembangan teknologi dan kolaborasi itu, pihaknya bisa melakukan inovasi dari yang sebelumnya berpusat pada hilirisasi minyak sawit, menjadi ekspansi ke arah pengolahan biomassa kelapa sawit.
Menurutnya, selama ini pengolahan biomassa kelapa sawit masih terabaikan, padahal bisa dilakukan dengan cara melakukan pengelolaan limbah produk samping kebun kelapa sawit yang optimal, sehingga meningkatkan nilai ekonomi biomassa sawit secara masif, terintegrasi, dan berkelanjutan.
Kementerian Perindustrian menyampaikan Peta Jalan (roadmap) Sawit Indonesia Emas 2045 yang kini tengah disusun, berfokus pada keberlanjutan, sehingga bisa memacu sektor ini dalam pemajuan ekonomi nasional. Roadmap itu merupakan bentuk komitmen dalam mengembangkan industri kelapa sawit nasional.
Hal tersebut karena sektor itu tercatat menjadi tumpuan pekerjaan bagi 4,2 juta orang, menghidupi 20,8 juta jiwa masyarakat Indonesia, serta menyumbang devisa negara Rp750 triliun per tahun, khususnya dari ekspor produk hilir yang bernilai tambah tinggi.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Andi Rizaldi menambahkan fasilitas fraksionasi yang dimiliki pihaknya akan menambah daya saing industri kelapa sawit nasional, meningkatkan citra positif terhadap isu lingkungan, sekaligus memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional.
Selain itu, menurutnya teknologi yang digunakan di fasilitas ini juga menjadi suatu lisensi yang merupakan hasil karya anak bangsa.
“Jasa layanan ini dapat dimanfaatkan oleh industri yang akan berinvestasi pada upaya hilirisasi dan peningkatan nilai tambah tandan kosong kelapa sawit melalui benchmark dan lisensi teknologi mekanisme Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP),” katanya. – ANTARA