Jakarta, Portonews.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) dengan menggunakan teknologi co-generation yang memiliki kapasitas mencapai 230 megawatt, menjadi upaya untuk mengakselerasi transisi energi di Indonesia.
“Potensi panas bumi sekitar 24 gigawatt akan dimaksimalkan hingga 2060, salah satu terobosan yang bisa dilakukan yaitu co-generation yang memanfaatkan steam yang tidak terpakai di model binary cycle,” kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi dalam pernyataannya di Jakarta, Selasa (10/9).
Dirinya mengatakan, proyek tersebut akan dilakukan melalui skema kerja sama antara PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) dengan membentuk joint venture, yang menyasar wilayah kerja panas bumi (WKP) Lahendong, Ulubelu, dan Lumut Balai.
Eniya menyampaikan, teknologi tersebut memanfaatkan fluida kerja (working fluid) dengan titik didih yang lebih rendah dibandingkan air, seperti isobutane atau pentane.
Fluida kerja ini dipanaskan oleh uap panas bumi, sehingga menggerakkan turbin untuk menghasilkan listrik.
Sementara itu, panas yang masih tersisa dalam fluida sekunder dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti pemanasan ruangan atau proses industri, mengingat co-generation pada PLTP binary cycle memungkinkan pemanfaatan energi panas bumi secara lebih efisien dan menghasilkan listrik secara simultan.
Lebih lanjut, untuk mewujudkan proyek ini, PGE dan PLN telah melakukan berbagai persiapan, seperti penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU), Joint Development Agreement (JDA), serta memasukkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024-2033.
“Kami optimistis proyek ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan bauran energi dan perlu masuk sebagai list project RUPTL 2024-2033,” kata dia. – ANTARA