Jakarta, Portonews.com – Dalam upaya mendukung komitmen global terhadap pengurangan emisi karbon dan pencapaian target net zero emission (NZE), Indonesia menetapkan target pengurangan emisi sebesar 43,2 persen. Langkah ini sejalan dengan kesepakatan internasional dalam menghadapi perubahan iklim. Sebagai bagian dari upaya tersebut, pemerintah Indonesia telah menyiapkan berbagai insentif untuk mempercepat transisi menuju kendaraan listrik. Beberapa kebijakan yang dihadirkan antara lain penghapusan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), pemberian bea masuk 0 persen, serta insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).
Faisol Riza, Wakil Menteri Perindustrian, menjelaskan bahwa regulasi ini dirancang untuk mendorong investasi serta mempercepat peralihan ke energi bersih. “Kemenperin menerapkan strategi multiple pathway approach untuk mencapai target ini,” ungkap Faisol.
Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah merilis Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) Nomor 36 Tahun 2021 tentang Kendaraan Bermotor Roda 4 Emisi Karbon Rendah. Peraturan ini memberikan insentif berupa pengurangan pajak barang mewah untuk kendaraan dengan teknologi emisi karbon rendah, dengan memperhatikan keunggulan dan kekurangan setiap teknologi yang ada, serta mempertimbangkan komponen lokal dalam kendaraan.
Untuk semakin memacu investasi dan mempercepat terbentuknya ekosistem kendaraan listrik, Indonesia juga menetapkan target nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Target ini akan meningkat dari 40 persen pada tahun 2023 menjadi 80 persen pada tahun 2030. Faisol menambahkan, “Kami telah melihat banyak produk lokal yang diproduksi di Indonesia. Meskipun beberapa komponen masih berasal dari luar negeri, komponen lokalnya sudah cukup signifikan, bahkan ada yang hampir mencapai 40 persen. Kami terus mendorong produsen untuk meningkatkan kandungan lokal.”
Faisol juga menegaskan pentingnya bagi produsen otomotif untuk membangun pabrik di Indonesia, karena hal ini membawa dampak sosial dan ekonomi yang besar, terutama dalam penyerapan tenaga kerja. Meskipun menghadapi tantangan global, industri otomotif Indonesia terus menunjukkan kinerja yang mengesankan. Dari data Januari-Oktober 2024, produksi kendaraan bermotor roda dua tercatat mencapai 5,8 juta unit, dengan penjualan 5,4 juta unit, dan ekspor 458 ribu unit. Sementara itu, produksi kendaraan bermotor roda empat mencapai 996 ribu unit, penjualan 710 ribu unit, ekspor 390 ribu unit, dan impor 80 ribu unit. Ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 6,7 persen dibandingkan dengan total 2023.
Melihat tren pertumbuhan kendaraan listrik, Faisol memprediksi bahwa dalam lima tahun ke depan, pasar otomotif Indonesia akan didominasi oleh kendaraan listrik. “Pemerintah harus merancang langkah-langkah transisi yang hati-hati agar industri otomotif tidak mengalami kontraksi,” tambah Faisol.
Rachmat Kaimuddin, Ketua Satgas Transisi Energi Nasional, juga menyoroti bahwa negara-negara tetangga seperti Thailand sudah mulai mempersiapkan peralihan menuju kendaraan listrik. Ia mencatat bahwa penjualan kendaraan konvensional global telah mengalami penurunan sejak puncaknya pada 2017, menandakan bahwa transisi ke kendaraan listrik sudah tidak bisa ditunda lagi.
“Saat ini, pasar otomotif Indonesia mulai dibanjiri oleh kendaraan listrik dengan kualitas tinggi. Tugas pemerintah adalah memastikan bahwa kendaraan listrik yang masuk ke pasar memenuhi standar kualitas yang baik, agar konsumen tidak kecewa,” ujar Rachmat.
Dengan langkah-langkah strategis yang terus diambil, Indonesia berpotensi menjadi pusat produksi kendaraan listrik dan mendominasi pasar otomotif dalam waktu dekat.