Jakarta, Portonews.com -Sejalan dengan pesatnya kemajuan teknologi di ranah kesehatan dan kedokteran, dunia medis kini semakin merangkul perkembangan teknologi dan pendekatan baru guna menghadapi beragam permasalahan kesehatan. Salah satu inovasi terbaru yang menjadi sorotan adalah teknik bedah robotik atau operasi robot.
Operasi robotik adalah teknik bedah yang dilakukan dengan bantuan komputer dan lengan robot. Hal ini mencerminkan tonggak kemajuan teknologi di sektor medis, yang memungkinkan kepresisian dan stabilitas mekanis. Keunggulan operasi dengan pendekatan robotik sangat bermacam-macam dibandingkan dengan metode bedah tradisional, karena gerakan robot dianggap lebih stabil dibandingkan dengan tangan manusia.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Elektronika (PRE) telah mengadakan penelitian seputar sistem telesurgical, yang merupakan teknologi bedah jarak jauh dengan bantuan robot atau sistem yang dikelola oleh ahli bedah dari kejauhan.
Riyanto, seorang Perekayasa Ahli Muda dari Pusat Riset Elektronika BRIN, berbicara dalam acara Bincang Sains BRIN Kawasan Bandung Garut (Bisaan Bangga) pada Jumat (27/10) dan menjelaskan bahwa telesurgery atau robot telesurgery telah mencapai kemajuan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
“Telesurgery mengacu pada penggunaan teknologi jarak jauh untuk melakukan operasi bedah dengan menggunakan robot atau sistem yang dikendalikan dari jarak jauh oleh seorang ahli bedah,” tutur Riyanto.
Ia menjelaskan bahwa operasi dengan bantuan robot memberikan banyak manfaat, termasuk peningkatan presisi dan stabilitas bagi ahli bedah, yang pada gilirannya mengurangi risiko kesalahan manusia. Operasi dengan robot juga mempersingkat waktu pemulihan pasien, mengurangi rasa sakit, dan memungkinkan ahli bedah untuk mengatasi struktur yang rumit.
“Robot juga dapat melakukan manuver yang kompleks dan memiliki jangkauan gerak yang lebih luas daripada tangan manusia serta membantu mengurangi kelelahan para ahli bedah, mengurangi kelelahan fisik selama prosedur yang panjang, dan mengurangi ketidaklancaran keterlambatan pengiriman data,” jelas Riyanto.
Pengembangan jaringan 5G telah memungkinkan transmisi data dalam waktu nyata dengan latensi yang sangat rendah, yang menjadi kunci dalam keberhasilan telesurgery. Operasi memerlukan komunikasi yang lancar antara operator dan robot bedah.
Meskipun terdapat kemajuan signifikan dalam telesurgery, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, seperti masalah keamanan data dan privasi, biaya implementasi teknologi, serta pelatihan yang memadai bagi tenaga medis. Namun, perkembangan ini membuka peluang besar untuk meningkatkan akses terhadap perawatan bedah berkualitas dan memberikan perawatan yang lebih efisien di seluruh dunia, seperti dilansir dari laman resmi BRIN.
Riyanto menambahkan bahwa pengembangan telesurgery di Indonesia dihadapi oleh beberapa tantangan, seperti kurangnya infrastruktur teknologi di beberapa daerah, terutama di pedesaan.
“Koneksi internet yang stabil dan cepat sangat penting dalam telesurgery. Pemerintah dan penyedia layanan telekomunikasi perlu bekerja sama untuk memperluas akses internet yang luas dan meningkatkan kualitas layanan di seluruh negeri,” ungkapnya.
Selain itu, robot bedah dan peralatan telesurgery cenderung mahal, yang menjadi hambatan bagi rumah sakit dan fasilitas kesehatan, terutama di daerah dengan anggaran terbatas. Oleh karena itu, pelatihan intensif bagi tenaga medis, ahli bedah, dan tim medis diperlukan untuk menguasai teknologi telesurgery, yang belum selalu tersedia secara luas di seluruh Indonesia. Dalam hal ini, pemerintah dan institusi pendidikan medis perlu berinvestasi dalam program pelatihan telesurgery yang komprehensif.
“Pengembangan telesurgery di Indonesia memerlukan komitmen jangka panjang dan kerjasama yang kuat untuk mengatasi tantangan ini. Dengan upaya bersama, telesurgery dapat menjadi alat yang berharga untuk meningkatkan akses terhadap perawatan bedah berkualitas di seluruh negeri,” pungkas Riyanto.