Jakarta, Portonews.com – Plastik, dengan sifatnya yang ringan, kuat, dan tahan lama, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Plastik digunakan dalam berbagai produk sehari-hari, mulai dari kemasan makanan hingga peralatan rumah tangga. Namun, jika pengelolaan dan pembuangan plastik tidak dilakukan dengan baik, dampaknya bisa sangat merugikan bagi lingkungan, baik di daratan, laut, maupun udara.
Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA), Organisasi Riset Kebumian dan Maritim (ORKM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Widodo Setiyo Pranowo, telah mengungkapkan bahwa masalah sampah plastik merupakan ancaman serius bagi ekosistem laut, terutama di kawasan Samudra Pasifik. “Di Samudra Pasifik ada kumpulan sampah laut yang apabila ditotal bisa mendekati Pulau Jawa. Banyaknya sampah yang masuk ke Samudra Pasifik, terbawa oleh arus regional dan dalam waktu yang lama akan berkumpul atau yang disebut GPGP (Great Pasific Garbage Patch),” ungkapnya.
Indonesia, yang berada di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, memiliki potensi menjadi korban dan penyumbang sampah plastik di pesisir pantai negara lain. Arus laut yang beragam di Samudra Pasifik memungkinkan serpihan plastik terbawa jauh, sehingga sampah dapat terdistribusi di pantai atau laut serta bergerak di permukaan atau bahkan terendap di kolom air.
Widodo telah melakukan penelitian tentang sampah laut dengan menggunakan pemodelan sebaran sampah di laut yang dibawa oleh arus laut. Dalam kolaborasi dengan Pusat Riset Kelutan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, mereka mengamati pergerakan sampah di 14 kota pesisir melalui pemodelan komputer. Indonesia bahkan mendapatkan bantuan dari Bank Dunia untuk menciptakan drifter yang dilengkapi dengan GPS untuk melacak pergerakan sampah di laut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sampah plastik dari Indonesia dapat mencapai pantai Timur Benua Afrika dan Madagaskar. Hal ini sejalan dengan temuan Media Pers National Geographic yang melaporkan bahwa pada Januari 2023, sampah plastik telah ditemukan di Benua Afrika. Dengan angin mempengaruhi pola arus air laut, sampah laut dapat bergerak jauh, menciptakan masalah lingkungan yang lebih luas.
Masalah sampah plastik tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada kehidupan manusia. Mikro dan nano plastik yang masuk ke dalam rantai makanan laut dapat berakhir dalam konsumsi ikan, menyebabkan risiko kesehatan yang tidak terduga. Bahkan, peneliti telah menemukan mikro plastik di awan, yang dapat berkontribusi pada perubahan iklim dengan meningkatkan gas rumah kaca.
Untuk mengatasi masalah sampah laut ini, diperlukan rencana aksi konkret. Pemerintah Indonesia telah menyusun dan menetapkan rencana aksi nasional untuk mengurangi sampah laut. Berbagai inisiatif telah dilakukan, seperti penukaran botol plastik dengan uang atau tiket bus. Selain itu, kerja sama antarnegara, pemantauan, pendidikan masyarakat, dan pembersihan pantai juga menjadi bagian penting dari solusi ini.
Widodo Setiyo Pranowo menekankan bahwa masalah sampah plastik adalah tantangan global yang memerlukan upaya bersama untuk mitigasi bencana sampah laut, pemantauan, kesadaran masyarakat, dan inovasi dalam daur ulang sampah plastik. Dengan langkah-langkah ini, kita dapat berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan kesejahteraan planet ini