Jakarta, Portonews.com-Ketua Umum Praka (ProRaka), Osco Olfriady Letunggamu, menyampaikan terima kasih kepada Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Apresiasi ini disampaikan karena Prabowo memberikan kesempatan kepada anak muda Indonesia untuk dapat berkontribusi baik secara pemikiran maupun tenaga untuk Indonesia Maju.
ProRaka merupakan wadah anak muda berkumpul dan bersatu dalam gagasan, pemikiran, serta gerakan yang penuh dengan kreativitas dan keterampilan. ProRaka memegang teguh pemikiran Bung Karno yang memberi spirit kepada generasi muda agar menjadi orang yang nasionalis, progresif, dan revolusioner.
“Usia muda jangan menjadi hambatan. Ingat bahwa kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran anak-anak muda. Bayangkan jika dulu para pemuda tidak boleh ikut berjuang hanya karena usianya masih belia,” kata Osco di Taman Makam Pahlawan Taruna, Tangerang, Banten, Selasa (24/10/ 2023) pagi.
TMP Taruna menjadi tempat peristirahatan terakhir Daan Mogot, pejuang kemerdekaan dan mnatan anggota Pembela Tanah Air (PETA). Saat usianya baru 18 tahun, Daan menjadi Direktur Pertama Akademi Militer Tangerang (MAT), lembaga yang didirikannya. Daan bersama 36 orang lain, gugur dalam pertempuran di Hutan Lengkong, Tangerang, dalam pertempuran melawan tentara Jepang pada 21 Januari 1946.
Sebagai simbol regenerasi perjuangan, Osco menerima tongkat komando milik almarhum Jenderal AH Nasution dari Wakil Sekjen Praka, Dafi Rismantyo Nugroho. Dafi adalah cicit dari AH Nasution dan Jenderal Sudirman.
Deklarasi ProRaka di TMP Taruna memberi makna tersendiri kepada anak muda bangsa, bahwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dapat terjadi dengan persiapan beberapa hari sebelumnya. Menyambut Hari Sumpah Pemuda, ProRaka ingin 24 Oktober menjadi momentum anak muda bangsa Indonesia mendukung anak muda bangsa kita Gibran Rakabuming Raka menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Deklarasi yang dilaksanakan pada 08:00 WIB pagi tadi mengandung harapan untuk Prabowo Subianto menjadi Presiden ke-8 Republik Indonesia.
Sejarah mencatat, kemerdekaan bangsa Indonesia juga dipengaruhi perjuangan para pahlawan dan tokoh bangsa pada zaman penjajahan. Termasuk di dalamnya karena bersatunya orang muda. Secara bersamasama mereka tinggalkan ego sektoral. Mereka tinggalkan kepentingan pribadi dan golongan, suku dan daerah termasuk kepentingan politik. Akan tetapi mereka bersatu padu, dalam nada yang sama yakni untuk kepentingan Indonesia Raya.
Osco yang juga Ketua Umum termuda sejak Perhimpunan Alumni Jerman didirikan tahun 1991 menyampaikan bahwa peran kaum muda menjadi kebutuhan yang tak pernah berakhir. Kita perlu kepedulian dan kerelaan orang muda. Agar, bangsa ini sejalan dengan cita-cita para pendiri bangsa. Supaya sesuai dengan suara hati rakyat. Bahwa Indonesia tetap aman, tetap menjadi negara yang disegani. Seperti yang diharapkan Bung Karno, dengan tiga wasiatnya yakni, kita berdaulat dalam politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Sekretaris Jenderal Indonesian Diaspora Network Australia 2015-2017 ini juga mengimbau orang muda harus berkontribusi dan sangat diharapkan dapat menjawab tantangan dunia yang semakin kompleks. Terutama, tantangan setelah pandemi covid-19 yang melanda Bangsa Indonesia. Untuk itu, orang muda harus punya cita-cita serta punya tujuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Cita-cita itu, tidak sebatas wacana. Namun harus diwujudkan dalam karya masing-masing, dalam bentuk apa pun.
Di sisi lain, orang muda juga mempunyai tugas dan tanggung jawab, mewariskan seluruh isi rahim bangsa Indonesia ke generasi berikutnya. Terkait sejarah Bangsa Indonesia, misalnya, agar kita tetap konsisten, mempertahankan empat konsensus dasar berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Sekretaris Jenderal Praka, Leonardo Angelo Putong, menyampaikan kehadiran orang muda sangat dibutuhkan, mengingat banyaknya persoalan yang muncul di hadapan kita. Seperti ancaman disintegrasi bangsa. Seperti, menguatnya isu radikalisme dan terorisme. Toleransi dan kebebasan beragama semakin suram. Meningkatnya informasi hoaks di media sosial.
Dafi Rismantyo Nugroho, Wakil Sekjen Praka yang juga cicit dari Jenderal Besar Sudirman, membahas beberapa persoalan, tantangan sekaligus ancaman yang mengganggu keutuhan NKRI. Jika dilihat dari fenomena atau kejadian yang terus muncul, maka orang muda tak bisa tinggal diam. Orang muda mesti menjadi bagian pertama memberi contoh kepada yang lain. Menjadi pribadi yang kritis atas persoalan bangsa.
Wakil Ketua Umum Praka, Rafi Faudy Saifullah Sjukrie, cicit dari Jenderal Besar AH Nasution, mengatakan orang muda harus menjadi orang yang mengutamakan kepentingan Bersama, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.
Sejalan dengan Rafi, Nadya Nattaya Sampurno, cucu dari Gubernur Jawa Tengah ke-9 Letnan Jenderal TNI (Purn) Soepardjo Rustam, yang juga Wakil Ketua Umum Praka, berpesan bahwa orang muda harus dapat hidup dengan toleransi dan menghargai perbedaan serta menghormati keyakinan agama orang lain. Karena itu dijamin UUD 1945.
Victor Hardito Priyo Wicaksono Ketua Praka DKI Jakarta, melihat tanggung jawab generasi muda tidak hanya berat, namun juga sangat penting. Tujuannya, agar tetap mempertahankan Indonesia menjadi bangsa yang majemuk, plural dan multikultural. Bangsa yang tetap satu kesatuan dalam bingkai NKRI. Bangsa yang taat pada ideologi Pancasila. Bangsa yang konsisten mewujudkan amanat UUD 1945 dan setia dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Ketua Praka Nusa Tenggara Barat, Dr Imam Sofiyan, fokus kepada pengembangan mental orang muda yaitu Tugas dan tanggung jawab orang muda dirasakan berat, apabila dilakukan sendiri-sendiri. Untuk itu, perlu dikerjakan secara bergotong royong. Bersama-sama menjalankannya. Melalui ide, kreatifitas dan karya pengabdian yang dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara. Hanya dengan kebersamaan, bersatu padu, bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa yang seperti kita alami saat ini.
Acara deklarasi juga dihadiri perwakilan Praka Singapura, Hen Oktav Kaur, dan Raja Marcelino Maulana dari Praka Berlin, Jerman.