Kupang, Portonews.com – Di Nusa Tenggara Timur, tepatnya pada tanggal 21 Agustus 2009, bencana Tumpahan Minyak Montara menjadi awal dari perjuangan panjang Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) dalam membela masyarakat petani rumput laut dan nelayan di 13 kabupaten/kota. Mereka terdampak oleh ulah Pemerintah Federal Australia dan PTTEP, perusahaan asal Thailand. “Kami terus berjuang untuk mendapatkan keadilan bagi mereka yang tertindas oleh bencana ini,” ujar perwakilan YPTB.
Pembelaan Tanpa Batas: Dari Kematian hingga Putus Sekolahnya Anak-Anak
Seiring perjuangan, banyak korban meninggal dan terkena penyakit misterius. Anak-anak terpaksa putus sekolah karena orang tua mereka kehilangan pekerjaan sebagai petani rumput laut dan nelayan di Laut Timor. Dampaknya begitu luas, mempengaruhi kehidupan ribuan orang dalam berbagai aspeknya.
Desakan dan Kolaborasi Antar Negara: Komisi Penyelidik Montara dan Hasil Analisis
Pada Oktober 2009, terbentuklah Aliansi Peduli Timor Barat-Partai Hijau Australia-WWF Australia yang mendesak Pemerintah Australia dan Indonesia untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Sebulan kemudian, Pemerintah Federal Australia membentuk Montara Commission of Inquiry-Komisi Penyelidik Montara. YPTB juga mengirim sampel air Laut Timor ke Laboratorium Universitas Indonesia. Hasil analisis menyatakan bahwa dampak pencemaran terhadap Laut Timor sungguh mengkhawatirkan.
Setelah 14 tahun, 4 bulan, 10 hari, YPTB terus memperjuangkan keadilan bagi masyarakat terdampak. Semangat mereka yang tiada henti menjadi sorotan dalam upaya menghadapi dampak bencana besar yang terjadi pada tahun 2009.
Analisis dan Penyelidikan: Keberhasilan Identifikasi Tumpahan Minyak Montara
Pada akhir tahun 2009, YPTB mengirim sampel tumpahan minyak Montara ke Kantor Senator Rachel Siewert di Perth, Australia, yang kemudian disampaikan ke Komisi Penyelidik Montara. Hasil analisis menunjukkan kesamaan sebesar 95% antara contoh yang dikirim dengan tumpahan minyak Montara, memperkuat bukti akan dampak yang terjadi.
Dampak yang Merambah Luas: Pencemaran Laut Timor
Hasil penyelidikan Komisi Penyelidik Montara mengungkap dampak luas tumpahan minyak, mencakup sekitar 90.000 Km2 perairan Indonesia yang tercemar. Arus angin dan gelombang pada waktu kejadian menjadi faktor penting dalam penyebaran mencemari Laut Timor.
Upaya Hukum dan Dukungan Pemerintah Lokal
Pada tahun-tahun berikutnya, YPTB terus mengajukan pengaduan dan melibatkan pemerintah lokal dalam upaya hukum dan advokasi. Dukungan dari berbagai pemimpin daerah, seperti Bupati Rote Ndao, Bupati Kupang, dan lainnya, menjadi kuat dalam menggalang aksi hukum untuk menanggulangi kasus pencemaran ini.
Pencarian Keadilan Internasional: Langkah ke PBB
Tak berhenti di level nasional, YPTB melangkah ke ranah internasional dengan menunjuk pengacara untuk mengajukan tuntutan kepada Pemerintah Federal Australia ke Komisi Hak Asasi Manusia PBB. Langkah ini menandai upaya mereka untuk mencari keadilan di forum internasional atas keberpihakan yang merugikan petani rumput laut dan nelayan di 13 Kabupaten/Kota.
Perjuangan Menuju Pengadilan
Pada tahun 2021, menjelang putusan Pengadilan Federal Australia yang memenangkan petani rumput laut, YPTB mendapat tanggapan dari PBB, Australia, Indonesia, Thailand, dan PTTEP. Dengan tanggapan itu, YPTB bersiap untuk melanjutkan perjuangan mereka di pengadilan.
YPTB terus melangkah dengan keyakinan bahwa perjuangan mereka untuk mendapatkan keadilan bagi masyarakat terdampak oleh Tumpahan Minyak Montara di Laut Timor bukanlah sekadar suatu kesewenangan, melainkan hak yang harus diakui dan dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak terkait.
Lanjutkan Kesadaran Masyarakat: Artikel ini menyoroti pentingnya kesadaran akan dampak jangka panjang dari bencana lingkungan. Perlu adanya upaya untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.
Perkuat Kerjasama Antar-Negara: Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya kerjasama lintas negara dalam menanggapi bencana lingkungan. Disarankan untuk memperkuat kerjasama lintas negara dalam penanganan dan penelitian terhadap dampak lingkungan yang melintasi batas negara.
Dukungan Terhadap Korban: Dukungan psikologis, ekonomis, dan pendidikan bagi korban bencana lingkungan sangatlah penting. Upaya ini dapat berupa program rehabilitasi ekonomi, bantuan kesehatan, dan bantuan pendidikan untuk anak-anak yang terkena dampak.
Catatan
Kesimpulan: Artikel ini menggambarkan perjuangan panjang Yayasan Peduli Timor Barat dalam menghadapi dampak serius dari Tumpahan Minyak Montara di Laut Timor pada tahun 2009.
Dari upaya pengaduan hingga langkah ke forum internasional seperti PBB, YPTB menunjukkan ketekunan mereka dalam mencari keadilan bagi masyarakat terdampak.
Kisah ini memberikan pelajaran tentang pentingnya kesadaran lingkungan, kerjasama lintas negara, dan dukungan yang berkelanjutan bagi korban bencana lingkungan.
Menyuarakan kesengsaraan masyarakat terdampak merupakan langkah awal, namun perjuangan untuk mendapatkan keadilan dan perbaikan memerlukan kerjasama yang lebih luas serta upaya yang berkesinambungan dari berbagai pihak terkait.