Jakarta, Portonews.com – Tragedi meledaknya tungku smelter nikel milik
PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali Sulawesi Tengah yang menewaskan 12 orang dan 39 lainnya mengalami luka berat serta luka ringan mendapat tanggapan dari berbagai kalangan. Diantaranya dari Fahmy Radhi, pengamat ekonomi dan energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
“Meledaknya smelter di Morowali makin membuktikan bahwa investor smelter abaikan mining savety standar. Ada indikasi bahwa Pemerintah lebih mementingkan kepentingan investor ketimbang keselamatan kerja karyawan,” kata Fahmy pada Portonews, Selasa (26/12/2023)
Penerapan standar K3 seharusnya, lanjut Fahmy, mengacu pada standar International, bukan standar Nasional maupun standar China.
“Investor China biasanya cenderung minimizing cost, termasuk mining savety cost. Karena itu,
Pemerintah harus memberlakukan savety International standar dengan zero accidents kepada seluruh investor, termasuk investor China. Jangan lebih mementingkan masuknya investor smelter dengan mengabaikan savety system,” tandasnya.
Lalu secara reguler, tambah Fahmy, diadakan savety audit untuk memastikan bahwa savety system bekerja sesuai savety standar.
Seperti diberitakan sebelumnya, insiden meledaknya tungku smelter terjadi pada Minggu (24/12/2023) sekitar pukul 05.30 WITA. Smelter nikel tersebut milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), salah satu tenant yang beroperasi di Kawasan IMIP.
Menurut Kepala Divisi Media Relations PT IMIP Dedy Kurniawan, kejadian itu bermula dari kecelakaan yang dialami sejumlah pekerja saat melakukan perbaikan tungku dan pemasangan pelat pada bagian tungku.
“Hasil investigasi awal, penyebab ledakan diperkirakan karena bagian bawah tungku masih terdapat cairan pemicu ledakan. Saat proses perbaikan tersebut, terjadi ledakan,” kata Dedy lewat keterangan tertulis Minggu (24/12/2023).
Dedy berujar di lokasi juga terdapat banyak tabung oksigen yang digunakan untuk pengelasan dan pemotongan komponen tungku. Akibatnya, kata dia, ledakan petama memicu beberapa tabung oksigen di sekitar area ikut meledak.
Kebakaran tungku itu, kata Dedy, baru berhasil dipadamkan pada pukul 09.10 WITA. Pekerja yang menjadi korban pun dibawa ke klinik 1 dan 2 PT IMIP. Menurut informasi yang dihimpun dari Klinik IMIP hingga pukul 10.00 WITA, jumlah korban ada 51 orang.
“Sebanyak 12 orang di antaranya meninggal dunia dan 39 lainnya mengalami luka berat hingga luka ringan,” kata Dedy. Menurutnya, korban meninggal dunia terdiri atas 7 tenaga kerja asal Indonesia dan 5 tenaga kerja asing. Sementara itu, korban luka-luka sedang mendapatkan penanganan medis.
Menurut Dedy, beberapa korban meninggal telah berhasil diidentifikasi. “Dan atas permintaan pihak keluarga korban, jenazah mereka hari ini telah diterbangkan ke kampung halaman masing-masing,” kata dia.
Dedy mengatakan saat ini PT IMIP terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk investigasi lebih lanjut dan memberikan penanganan kepada korban. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, Dedy mengklaim seluruh biaya perawatan bagi korban akan ditanggung oleh manajemen PT IMIP, termasuk uang santunan duka kepada keluarga korban.
“PT IMIP sebagai perusahaan yang menaungi kawasan lingkar industri Morowali turut berduka sedalam-dalamnya atas musibah ini, terutama keluarga para korban yang terdampak dari tragedi ini,” ucap Dedy.