Jakarta, Portonews.com-Kementerian Perdagangan berkomitmen mendorong ekspor produk Indonesia bernilai tambah ke pasar Eropa. Salah satunya melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Kementerian Perdagangan dengan Pemerintah Swiss untuk kerja sama promosi perdagangan.
Penandatanganan MoU dilakukan oleh Direktur Jenderal PEN, Didi Sumedi dengan Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Olivier Zehnder di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (17/3).
“MoU dengan Pemerintah Swiss merupakan komitmen Kemendag untuk menjadi kementerian yang memimpin (lead institution) dalam mendorong ekspor produk Indonesia bernilai tambah kepasar Eropa. Cakupan kerja sama meliputi peningkatan kapasitas, pelatihan, dan transfer pengetahuan kepada personel Ditjen PEN Kemendag yang dapat memperkuat Ditjen PEN dalam memberikan layanan informasi promosi ekspor kepada pelaku usaha dan memastikan aspek keberlanjutan, serta digitalisasi dalam pelaksanaannya,” ujar Didi.
Didi menjelaskan, kerja sama Kementerian Perdagangan dengan Pemerintah Swiss ini menjadi langkah nyata implementasi perjanjian ekonomi dan perdagangan komprehensif antara Indonesia dengan negara European Free Trade Area atau Indonesia –EFTACEPA yang telah berlaku penuh sejak November 2021.“Untuk itu,kedua negara ingin memperkuat kesepakatanyang dapat turut berkontribusi dalampeningkatan nilai perdagangan,” imbuh Didi.
Dalam pelaksanaan MoU, lanjut Didi, Pemerintah Swiss memberikan amanat kepada Swiss Import Promotion Program atau (SIPPO) sebagai Implementing Agency, dengan melibatkan multipemangku kepentingan (multistakeholder) seperti Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dewan Atsiri Indonesia, Aliasi Organis Indonesia, serta asosiasi pelaku usaha terkait.
Sektor produk ekspor utama yang dipilih serta lead institutiondalam pelaksanaan proyek kerja sama adalah Kementerian Perdagangan untuk produk kayu olahan/kayu pemrosesan teknis (technical wood), Kementerian Koperasi dan UKM untuk produk bahan alami (natural ingredients), Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk produk kelautan bernilai tambah, serta Dewan Atsiri Indonesia untuk minyak esensial.
“Produk-produk tersebutmerupakaneksporunggulan Indonesiayangsangat dibutuhkan di pasar Swissdan negara Eropa lainnya.Untuk itu, program ini dilakukanuntuk memastikan keberlanjutan suplai produkbagi konsumen Swiss.Kami berharap, Indonesiadan Swissdapat menjadi mitra strategis yang saling melengkapi kebutuhan,baik barang dan jasa,” tambah Didi.
Dubes Swiss Zehnder menyampaikan, kesepakatan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan total nilai perdagangan kedua negara, tetapijuga memperkuat kemitraan strategisyang saling menguntungkan.
Hal utama yang harus dilakukan adalah transparansi dalam kebijakan perdagangan untuk kemudahan akses pasar bagi keberlanjutan rantai pasok. Didi menuturkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kementerian Perdagangan, sejak implementasi Indonesia-EFTA (European Free Trade Association) Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) pada November 2021, total perdagangan Indonesia dan Swiss pada 2022 tercatat sebesar USD 2,75 miliar, naik 38 persen dibandingkan tahun 2021. Sedangkan total ekspor nonmigas Indonesia ke Swiss pada periode tersebut tercatat sebesar USD 1,88 miliar atau meningkat 43 persen dibandingkan tahun sebelumnya.Sementara itu, impor Indonesia dari Swiss tahun 2022 mencapai USD 868,6 juta atau naik 28persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Kemendagakan menggandeng para pemangku kepentingan, pihak swasta, dan pelaku usaha siap ekspor lainnya untuk dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan MoU ini. Ke depannya, semua pihak yang berpartisipasi diharapkan dapat turut berperan dalam optimalisasipemanfaatan hasil perjanjian perdaganganIndonesia-EFTA CEPA,” pungkas Didi.
Sementara itu, berdasarkan catatan statistik tahun 2022, ekspor produk kayu olahan dan furniture mencapai USD 1,4 juta atau naik lebih dari 100persen dibandingkan tahun2021, produk bahan-bahan alami (natural ingredients) dan minyak esensial (essential oils) tercatat senilai USD6,6 juta atau naik 67persendibanding tahun sebelumnya, serta produk perikanansenilai USD755 ribuataunaik 27persendibanding 2021