Jakarta, Portonews.com – Janual Aidi, pria kelahiran 1 Januari 1988 di Desa Selango Lombok Timur ini tidak menyangka usaha mutiara yang disulap secara handmade menjadi cincin, kalung, dan giwang bakal naik kelas. Dari kerajinan rumahan di pelosok Lombok Timur naik ke tingkat nasional. Dari nasional menembus pasar Internasional, seperti Cina, Kosovo dan Korea Selatan.
Semua berawal dari pilihan menjadikan Rumah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Pertamina sebagai naungan binaan usahanya. Sejak tahun 2017, pemilik D’Etnick Istana Mutiara Lombok ini mendaftarkan usahanya. Namun ia benar-benar aktif pada tahun 2021. Mantan guru di Pondok Pesantren Darunnahdlatain NWDI Pancor ini pun tergerak untuk mengikuti PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan). Salah satu programnya selain memberi bantuan pinjamam modal juga menggelar pelatihan. pembinaan, dan pemberdayaan di rumah binaan Pertamina.
Salah satu kegiatan yang diikuti Janual, sapaan akrabnya, adalah pelatihan marketing online dan pelatihan perdagangan ekspor. “Apalagi saat itu masih dalam situasi Covid-19. Dari pelatihan ini, kita dimotivasi agar bisnis tidak hanya offline tetapi harus bisa online. Kita dipacu agar go digital dan go global. Saya merasa harus berterima kasih kepada Pertamina,” kata Janual pada Portonews, yang menyambangi boothnya, Sabtu (23/10/2023) di ajang Trade Expo Indonesia (TEI) di ICE BSD (Indonesia Convention Exhibition) Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan.
Selain mengikuti pelatihan, D’Etnick Istana Mutiara Lombok juga diikutsertakan dalam beberapa event pameran skala nasional dan Internasional. Tentu dengan persyaratan yang sangat ketat. Misalnya di pameran Inacraft pada Maret 2023; ajang pameran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN pada 10 – 11 Mei 2023 di Labuan Bajo; mengikuti China Expo di Naning pada September 2023; mengikuti pameran di MotoGP Mandalika 13 – 15 Oktober 2023; dan pameran Trade Expo Indonesia (TEI) di ICE BSD, Tangerang Selatan.
Pengalaman mengikuti pameran tersebut menjadikan status D’Etnick Istana Mutiara Lombok naik kelas, dari kelas lokal, nasional dan global. “Hari ini saya membuktikan bahwa ilmu-ilmu yang diberikan oleh Pertamina, mulai dari pelatihan hingga permodalan, menjadikan kita bangkit melawan keterpurukan akibat gempa bumi dan Covid-19,” kata Janual, dengan mata berkaca-kaca. Terkenang saat terjadi bencana gempa bumi dengan magnitudo 7,0 SR pada tahun 2018 dan pandemi Covid-19 tahun akhir 2019 yang merontokkan semua bisnis UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) di Lombok Timur. Termasuk bisnis mutiara miliknya.
Bila tidak ada ilmu yang diberikan oleh Pertamina saat kegiatan pelatihan, imbuh Sarjana Sosiologi Universitas Hamzanwadi ini, usaha yang dirintisnya tak pelak akan ambruk karena tidak bertransformasi ke platform digital.
Diakuinya, sebelum bertransformasi ke platform digital omzet bisnisnya hanya berkisar antara Rp10-20 juta per bulan. Setelah mendapat berbagai pelatihan marketing baik online maupun offline, omzetnya meroket hingga 500 persen. Per bulan mencapai Rp40-50 juta. Tetapi dalam event tertentu bisa mencapai Rp250 juta. Bahkan pernah menembus Rp1 Miliar saat event MotoGP Mandalika.
“Dari modal Rp0, saya bisa bertransaksi Rp1,6 Miliar dengan menjual mutiara seberat 1,79 kg dalam pameran TEI 2023 di ICE BSD,” kata Janual, penuh rasa haru. Pembelinya bernama Floreen dari Kosovo dan Ahngenz dari Korea Selatan. Keduanya meminta mutiara air laut grade AAA.

Floreen mengatakan Pertamina, selain sebagai perusahaan nasional migas Indonesia juga sebagai wadah pembina UMKM adalah hal baik, karena bisa mengumpulkan para pengusaha se Indonesia dengan berbagai macam produk. “Jadi, kalau mau cari produk lain, tinggal cari katalog produk binaan saja,” tegas, Floreen.
Menurut Janual, putra sulung dari pasangan (alm.) Mashardi dan Nur Aini, prestasi gemilang diperolehnya berkat bimbingan, latihan dan pinjaman permodalan dari Pertamina. “Awal tahun 2023 kami mendapatkan Rp100 juta,” katanya seraya menambahkan Pertamina juga menjadi jembatan untuk bertemu dengan para buyer dari luar negeri. Apalagi, D’Etnick Mutiara Lombok kini telah mengembangkan turunan dari mutiara menjadi produk kecantikan atau skin care dengan mengusung brand Mutiara Lombok Beauty. Produk skincare tersebut diluncurkan pada Juni 2023 di Rumah BUMN Pertamina Lombok Timur.
Kendati telah menuai kesuksesan dari hasil kerja kerasnya tetapi suami Gustin Indah Anggraini ini tetap berharap Pertamina tetap melibatkan kawan-kawan UMKM di Timur Indonesia diikutsertakan dalam pameran tingkat nasional hingga internasional.

Awal merintis usaha
Janual merintis bisnis mutiara ini bersama sang istri. Saat itu tahun 2013. Bermodal Rp0 plus kepercayaan. Kisahnya, sebelum menikah, Janual berjumpa dengan seorang patner bisnis. Ia berbaik hati. Meminjamkan barang. Barang tersebut dikelola Janual bersama istrinya sehingga mendapat laba. Labanya ditabung dan dijadikan sebagai tambahan modal dan membeli peralatan.
Mutiara yang dijadikan perhiasan diambil Janual dari produksi masyarakat Lombok. Ada yang diambil dari Sekotong, Lombok Barat. Ada pula yang diambil dari Pantai Pink dan Gili Kondo di Lombok Timur. Jadi, semua mutiara berasal dari perairan Lombok.
Mengapa diambil dari perairan Lombok? Padahal mutiara terdapat juga di Sumbawa, Flores dan Sulawesi. “Karena standar dan barometer kualitas terbaik mutiara berasal dari Lombok,” tegas Janual, yang kini membuka toko di Komplek Pertokoan PTC Pancor Jl. TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Lombok Timur.
Dalam mengelola D’Etnick Istana Mutiara Lombok, Janual tidak egois. Alumnus Universitas Hamzanwadi ini turut menyertakan warga masyarakat dan mahasiswa untuk membuat kerajinan perhiasan dari mutiara. Sebagai wujud kepedulian dan pemberdayaan terhadap publik.
Saat ini D’Etnick Istana Mutiara Lombok memberdayakan 5 orang pengrajin. Ada pula pengrajin freelance. Mereka bekerja dari rumah masing-masing. Setelah pekerjaannya diselesaikan, hasilnya diserahkan ke Artshop D’Etnick Istana Mutiara Lombok.

Sementara untuk memasarkan produk kerajinan, selain memanfaatkan platform digital, Janual berkolaborasi dengan para guide di Lombok. Karena di Lombok bukan hanya bicara tentang mutiara tetapi bicara tentang keindahan Gunung Rinjani, Pantai Senggigi, Pantai Mandalika dan Gili Trawangan. Oleh sebab itu, dunia pariwisata disokong oleh mutiara. Cincin, giwang dan kalung mutiara bernuansa etnick sangat digemari para turis lokal maupun mancanegara yang datang silih berganti ke Lombok.
Peran fasilitator
Keberhasilan bisnis Janual tidak lepas dari peran Didik Wahyudi, fasilitator Rumah BUMN Pertamina Lombok Timur, yang menjembatani D’Etnick Istana Mutiara Lombok dengan Pertamina. Menurut Didik, bisnis Janual diniatkan sebagai upaya untuk membantu sesama melalui pengembangan ekonomi masyarakat dan melambungkan nama Lombok Timur. “Ia satu-satunya yang mendeklarasikan sebagai UMKM Lombok Timur”.

Didik mulai aktif sebagai fasilitator sejak tahun 2017. Rumah BUMN Pertamina Lombok Timur mulanya bernama Rumah Kreatif BUMN Pertamina.
Tugas utama Rumah BUMN Pertamina Lombok Timur adalah membina dan memberdayakan UMKM.
Kini, di Lombok Timur, lanjut Didik, terdapat 500 UMKM yang berada di bawah binaan Rumah BUMN Pertamina. Setelah dimapping, UMKM yang aktif dan bisa dibranding untuk dibawa ke ajang pameran ada 350 UMKM. Jenis usahanya beragam: craft, fashion dan food. Di sektor craft dipilah menjadi 5 sentral, yaitu mutiara, gerabah, tenun, anyaman bambu dan batik.
Lebih jauh Didik memaparkan tentang peran Pertamina terhadap UMKM. Beberapa kontribusi yang telah dikontribusikan BUMN energi ini, diantaranya; Pertama, memberi akses pasar yang lebih luas baik di dalam negeri dan luar negeri. Kedua, menaikkan taraf/ kelas. Misalnya, yang semula kemasannya biasa-biasa atau menggunakan plastik diubah menjadi lebih bagus dan menarik. Ketiga, membantu mengurus aspek legalitas sehingga layak edar/ marketable. Bahkan on branding di aplikasi MyPertamina dan Pertamina SMEXPO.


Apresiasi Dubes RI untuk Tunisia dan pengamat ekonomi
Pembinaan dan pemberdayaan UMKM yang dilakukan Pertamina pun diapresiasi oleh Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia (RI) untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi. Gus Dubes, sapaan akrabnya, menilai Pertamina sebagai BUMN telah melakukan pemberdayaan bagi UMKM di sejumlah daerah melalui skema dana CSR/ UMKM. “Hal ini tentu saja memberikan manfaat besar bagi tumbuh-kembangnya ekonomi kreatif dan ekonomi kelas menengah bawah,” kata Gus Dubes pada Portonews, Senin (30/10/2023).
Melalui Pertamina, lanjutnya, UMKM bisa menembus pasar global ke sejumlah negara “Hal ini merupakan prestasi yang luar biasa,” tegasnya.
Sebagai Dubes Tunisia, dirinya banyak memfasilitasi produksi UMKM yang sudah menembus pasar Tunisia, khususnya furniture dan karya-karya seni dari berbagai penjuru Tanah Air.
Dia menegaskan, pembinaan UMKM sangat penting, terutama membuka akses pasar mereka seluas-luasnya, khususnya untuk ekspor ke luar negeri dengan membangun kerja sama kongkrit bersama Kementerian Perdagangan RI dan Kementerian Luar Negeri RI
Sementara pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Agus Herta menilai gerakan pembinaan dan pemberdayaan terhadap UMKM sangat bagus sekali. “Bagus sekali! Sebaiknya terarah, jadi jangan hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban atau branding image. UMKM harus dibantu untuk meningkatkan produktivitas melalui transfer knowledge sehingga UMKM bisa “naik kelas” menjadi usaha menengah atau bahkan besar,” kata Agus pada Portonews, Sabtu (28/10/2023). Namun tentunya harus memberikan keuntungan juga kepada BUMNnya sebagai induk dari UMKM.
Pertamina sebagai pembina UMKM, lanjut Agus, menangguk 2 (dua) keuntungan. Pertama, meningkatkan citra positif perusahaan. Kedua, jika UMKM itu penyedia input produksi bagi Pertamina maka BUMN induk akan mendapatkan raw material yang kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan perusahaan.
Disamping itu, tambah Agus, dampak dari gerakan pemberdayaan UMKM terhadap perekonomian nasional juga positif. “Ketika UMKM itu lebih produktif maka akan menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat,” tandas Agus.
Dia juga berharap program pembinaan UMKM oleh Pertamina harus berkelanjutan dan harus bisa memandirikan UMKM. “Jangan sampai pembinaan ini malah menjadikan UMKM ketergantungan dan tidak mandiri. Oleh karena itu, tidak boleh UMKM itu terus-terusan dibina. Ketika sudah mandiri harus dilepas dan Pertamina mencari UMKM baru untuk dibina dan dimandirikan lagi. Begitu seterusnya sehingga tercipta UMKM-UMKM yang berkualitas,” ungkap Agus.