Jakarta, Portonews.com – Proses persalinan badak Ratu berlangsung sekitar 17 menit, dari saat kantong allantois mulai terlihat hingga bayi badak lahir dengan selamat.
Zulfi Arsan, Koordinator Tim Dokter Hewan SRS TNWK, menginformasikan bahwa badak Ratu mulai menunjukkan tanda-tanda persiapan untuk melahirkan pada pukul 00.04 WIB, dan akhirnya, pada pukul 01.44 WIB pada hari Sabtu, 30 September 2023, bayi badak sumatera betina lahir dengan selamat.
“Sebagai bagian dari perawatan kehamilan badak Ratu, kami memberikan hormon penguat kehamilan setiap hari dan sangat memperhatikan jenis serta jumlah pakan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan badak Ratu,” tambah Zulfi.
Selain itu, selama kehamilan, pemeriksaan kesehatan rutin dilakukan setiap 10-14 hari sekali menggunakan alat ultrasonografi (USG), mulai dari 20 hari setelah kawin hingga 3 hari menjelang kelahiran. Tim dokter hewan, paramedik, dan perawat satwa SRS TNWK secara intensif memantau kondisi badak Ratu selama 24 jam sehari, mulai dari 1 minggu menjelang kelahiran hingga 2 bulan setelahnya.
Menurut Dedi Candra, dokter hewan dari Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik (KKHSG) KLHK, bayi badak ini mulai berdiri sekitar 45 menit setelah lahir dan mencari puting susu induknya untuk menyusu sekitar 2 jam kemudian. Badak Ratu tetap dalam kondisi sehat dan normal setelah melahirkan, dan ia telah menunjukkan sikap yang sangat protektif terhadap bayinya.
“Dokter hewan akan terus memantau dengan cermat kesehatan mereka serta ikatan batin antara badak induk dan anaknya. Sejak kemarin (01/10), badak Ratu telah mulai mengajak anaknya menjelajahi hutan dan belajar berkubang. Sebelum siaran pers ini dirilis, berat bayi badak Ratu mencapai 27 kilogram.”
Seperti yang diungkapkan dalam pernyataan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, kelahiran anak badak keempat di SRS TNWK ini adalah bukti komitmen Pemerintah Republik Indonesia dalam upaya konservasi badak, khususnya badak sumatera.
Indra Exploitasia, Plt. Direktur KKHSG KLHK, menambahkan bahwa pemerintah berencana mengintegrasikan metode Teknologi Reproduksi Berbantu (ART) untuk propagasi badak sumatera, selain usaha perkembangbiakan alami.
“Untuk tujuan ini, KLHK bersama tim ART dan Biobank IPB University telah mengambil jaringan tali pusar tak lama setelah kelahiran anak ketiga badak Ratu untuk digunakan sebagai sumber sel punca. Saat ini, jaringan tali pusar tersebut berada di Laboratorium Pusat ART dan Biobank Badak Sumatera Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University untuk diperbanyak.”
Dr. Muhammad Agil menjelaskan bahwa Laboratorium Pusat ART dan Biobank Badak Sumatera, dengan dukungan Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research (Leibniz-IZW) Jerman, memiliki tujuan mendukung program propagasi badak sumatera yang dilaksanakan oleh KLHK.
“Laboratorium ini diharapkan dapat memproduksi embrio badak sumatera dan melakukan program transfer embrio untuk menghasilkan individu badak sumatera baru melalui induk pinjam (surrogate mother),” tambah koordinator tim ART dan Biobank IPB University ini.
Kelahiran badak sumatera ini melibatkan berbagai pakar kesehatan satwa liar dari berbagai lembaga, semuanya adalah ahli di bidangnya, yang berasal dari Indonesia, antara lain Zulfi Arsan, Ni Made Ferawati, dan Aprilia Eva Widyawati dari SRS TNWK, Dedi Candra dari Direktorat KKHSG KLHK, Diah Esti Anggraini dari Balai Taman Nasional Way Kambas, Rosa Rika Wahyuni dari BKSDA Aceh, Dr. Muhammad Agil dan Dr. Noer Muhammad Dliyaul Haq dari tim ART dan Biobank IPB University, Dedy Surya Pahlawan dan Bergitha Soge dari Suaka Badak Kelian BKSDA Kaltim, serta Machmudi dari Forum Konservasi Leuser. Selain itu, seluruh proses pra kelahiran, kelahiran, dan pasca kelahiran tidak terlewatkan dari peran perawat satwa SRS TNWK, yaitu Lamijo dan Giyono, serta paramedis SRS TNWK, yaitu Ganis Mustikawati dan Fatima Alya.