Jakarta, Portonews.com-Dalam Conference of the Parties (COP) 28 UNFCCC di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) beberapa waktu lalu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan, prioritas Indonesia adalah menyoroti hasil-hasil utama dari berbagai aksi iklim yang dilakukan untuk memastikan tercapainya target penurunan emisi netral, pada 2030, terutama pada sektor kehutanan dan lahan atau Folu Net Sink 2030.
Menurut Siti Nurbaya, hasil dari berbagai aksi iklim itu dapat membuat Indonesia mempertahankan kendali dan memainkan peran yang menentukan dalam mencapai tujuan peningkatan Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat.
Di sisi lain, Asosiasi Ahli Emisi Karbon Indonesia atau Association of Carbon Emission Experts Indonesia (ACEXI) turut memahami bahwa permasalahan karbon atau pengelolaan emisi karbon tidak dibatasi oleh batas negara,.
“Ini adalah masalah kita bersama, global. Karena apa yang terjadi di kita, mempengaruhi juga di negara lain. Global warming, climate change is real. Kita sebagai warga negara Indonesia tentu juga ingin menjadi bagian atau solusi dari penyelesaian masalah perubahan iklim dan pengurangan emisi karbon khususnya,” kata Ketua Umum ACEXI, Lastyo Kuntoaji Lukito, saat acara grand launching dan pelantikan pengurus ACEXI, di Hotel Mercure Batavia, Jakarta, (13/12/2023).
Berkaitan dengan Folu Net Sink 2030, Lastyo juga mengingatkan ada banyak pihak yang terlibat dalam program yang dicanangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ini.
“Banyak cara untuk mendukung ke sana dan sepertinya sudah bagus ya. Cuma jangan lupa keterlibatan para pengelola lahan itu penting sekali. Swasta pun ada di situ. Jadi itu yang kadang-kadang harus banyak inisiatif juga dari perusahaan yang bergerak di bidang Folu tersebut. Salah satu yang boleh saya tangkap waktu di G20, Kadin mencanangkan Kadin Net Zero Hub, tujuannya untuk membantu mensupport Net Zero Sink nya Folu yang dicanangkan,” ujarnya kepada PORTONEWS.
Lastyo pun menekankan, tidak hanya target Folu Net Sink 2030, melainkan ada banyak target yang harus diselesaikan. Dia juga menegaskan dalam menuntaskan target tersebut juga melibatkan semua pihak, termasuk perusahaan kehutanan.
“Indonesia sendiri punya Net Zero di tahun 2060. Jadi kita sebagai asosiasi harus melihat semuanya tidak melihat hanya Folu Net Sink saja tapi dari sektor lainnya ada lima, selain Folu ada energi yang paling besar, ada juga limbah dan industri manufaktur, pemanfaatan produk itu semua ada di asosiasi kita. Jadi kita melihat secara keseluruhan,” tambah Lastyo.
Dalam catatan ACEXI, dampak dari peningkatan emisi gas rumah kaca yang tinggi telah membuat Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon sebesar 29 persen hingga 41 persen pada tahun 2030 dan emisi nol bersih pada tahun 2060.Untuk itu, Pemerintah Indonesia menyiapkan dua instrumen nilai ekonomi karbon melalui mekanisme perdagangan (termasuk melalui pertukaran karbon) dan mekanisme non-trading.
Pelantikan Pengurus
Sebelumnya, telah diadakan pelantikan pengurus Asosiasi Ahli Emisi Karbon Indonesia atau Association of Carbon Emission Experts Indonesia (ACEXI), di hari dan tempat yang sama.
Pada pidatonya, Ketua Umum ACEXI Lastyo Kuntoaji Lukito memastikan ACEXI hadir sebagai wadah untuk memperkuat kolaborasi para praktisi, akademisi, dan profesional bidang pengolahan emisi karbon.
“Kita independen. Tujuannya agar kita bisa menginfluence, kita bukan advokasi tapi kita mengantisipasi apabila menemui kesalahan kita punya data-data, praktisi-praktisi yang bisa menyampaikan secara scientific, kita pasti akan memberikan usulan-usulan. Misalnya kita bisa menjadi perencanaan negara kita dalam jangka waktu panjang,” ungkap Lastyo.
Selain itu, ACEXI berupaya memastikan bahwa sertifikasi yang dikeluarkan dapat berstandar global sehingga dapat diakui oleh pemerintah, profesional, swasta, publik, dan internasional.
“Kita akan menciptakan standar-standar, bekerja sama dengan lembaga sertifikasi profesi untuk menciptakan certified emission manager, certified emission manager verifier, dan lain sebagainya. Saya ingin mengedepankan suatu jargon dan semangat, kita ingin mendrive emisi karbon yang lebih baik,” paparnya.