Jakarta, Portonews.com – Gunung Merapi secara administratif terletak di Kabupaten Sleman, Provinsi DIY dan Kabupaten Magelang, Boyolali, Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Gunung Merapi dipantau secara visual dan instrumental dari 5 Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) yang berada di Pos Kaliurang (Kabupaten Sleman), Pos Ngepos dan Babadan (Kabupaten Magelang), serta Pos Jrakah dan Selo (Kabupaten Boyolali).
Gunung Merapi memasuki masa erupsi efusif dengan tipe erupsi “Tipe Merapi” sejak tanggal 4 Januari 2021. Erupsi Tipe Merapi dicirikan dengan terbentuknya kubah lava di puncak dan ketika kubah tidak stabil maka akan longsor/gugur membentuk “awan panas guguran” (APG). Saat ini Gunung Merapi memiliki 2 kubah lava yang masih aktif yaitu kubah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah.
Sejak memasuki masa erupsi efusif, tercatat sebanyak 512 kejadian APG di Gunung Merapi. Jarak luncur maksimum APG sejauh 5.000 meter ke arah Sungai Gendol yang terjadi pada tanggal 9-10 Maret 2022. Aktivitas APG dominan terjadi di sisi barat daya (Sungai Bebeng dan Krasak) yaitu sebanyak 393 kejadian, sisi tenggara (Sungai Gendol) sebanyak 65 kejadian, dan sisi selatan (Sungai Boyong) sebanyak 54 kejadian. Selama periode erupsi ini, telah terjadi 7 kali peningkatan intensitas erupsi dengan peningkatan erupsi terakhir pada tanggal 11 Maret 2023.
Perkembangan aktivitas Gunung Merapi hingga 9 Desember 2023 pukul 12.00 WIB sebagai berikut:
1) Tanggal 27 November, 1 dan 4 Desember 2023 terjadi APG yang didahului oleh kejadian hujan baik di puncak maupun lereng di sisi barat daya.
2) Pada 8 Desember 2023 pukul 13.11 WIB terjadi hujan di sekitar lereng Gunung Merapi pada sektor selatan-barat daya. Stasiun Jurangjero yang berada di sisi barat daya merekam hujan hingga pukul 15.34 WIB dengan intensitas curah hujan 34.4 mm/jam dan total curah hujan 83 mm. Pukul 14.08 WIB, informasi kejadian hujan dan kewaspadaan terhadap lahar dan APG disampaikan kepada masyarakat dan stakeholder melalui media sosial dan group WhatsApp.
3) Pukul 14.46 WIB mulai terekam rentetan kejadian APG (Gambar 2) sejumlah 8 kali yang tercatat di seismogram dengan durasi maksimum 360 detik dan amplitudo maksimum 78 mm. Visual puncak berkabut, kolom asap tidak teramati, jarak luncur diperkirakan sejauh maksimum 3.500 meter ke arah barat daya (Sungai Bebeng-Krasak). Berdasarkan hasil validasi dengan data drone tanggal 9 Desember 2023, jarak luncur APG mencapai 3.800 meter ke arah Sungai Bebeng-Krasak (Gambar 3).
4) Hujan abu vulkanik dampak erupsi dilaporkan terjadi di Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan pada pukul 15.07 WIB. Hujan abu juga dilaporkan terjadi di Kabupaten Boyolali dan Magelang pada pukul 16.15 WIB. Desadesa di Kabupaten Boyolali yang terdampak hujan abu tipis antara lain; Desa Klakah, Tlogolele, Selo, Jrakah, dan Stabelan. Sedangkan di Kabupaten Magelang dilaporkan terjadi di Desa Babadan, Dukun, Mangunsuko, Krinjing, Sengi, Paten, Sewukan, Banyudono, Sumber, Krongowanan, dan Gantang.
5) Pukul 15.21 WIB masyarakat melaporkan terjadi lahar di Sungai Gendol.
6) Aktivitas kegempaan di Gunung Merapi didominasi oleh gempa Multifase (MP) dan gempa Guguran (RF). Sejak bulan Agustus 2023, gempa MP terekam sebanyak rata-rata 188 kejadian/hari, gempa Volkano-Tektonik Dangkal (VB) 5 kejadian/hari, dan gempa RF sebanyak 129 kejadian/hari. Pasca kejadian APG tanggal 4 Desember 2023, terjadi kenaikan jumlah gempa VB sebanyak 9 kejadian/hari dan gempa RF sebesar 161 kejadian/hari. Sedangkan gempa MP mengalami penurunan menjadi 45 kejadian/hari. Pengamatan deformasi dengan metode EDM menunjukkan adanya deformasi dalam tren inflasi dengan laju yang cenderung menurun (Gambar 4).
7) Berdasarkan analisis foto udara tanggal 16 November 2023, volume kubah barat daya terukur sebesar 3.348.600 m3 dan kubah tengah sebesar 2.358.000 m3. Sedangkan berdasarkan foto udara menggunakan drone thermal tanggal 5 Desember 2023, titik panas tertinggi di kubah barat daya mencapai 286,7 oC, lebih rendah dari suhu pengukuran sebelumnya. Titik panas tertinggi di kubah tengah kawah mencapai 209,2 oC, lebih tinggi dari hasil pengukuran sebelumnya.
Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental maka disimpulkan bahwa:
1. Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat “SIAGA”.
2. Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
3. Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya APG di dalam potensi daerah bahaya.
Rekomendasi
Kepada para pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana Gunung Merapi direkomendasikan sebagai berikut:
* Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten agar melakukan upaya-upaya mitigasi dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi yang terjadi saat ini seperti peningkatan kapasitas masyarakat dan penyiapan sarana prasarana evakuasi.
* Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.
* Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar dan APG terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
* Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi.
* Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan maka tingkat aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.
* Untuk informasi resmi aktivitas Gunung Merapi masyarakat dapat mengakses informasi melalui Pos Pengamatan Gunung Merapi terdekat, website bpptkg.esdm.go.id dan magma.esdm.go.id, aplikasi Android Magma Indonesia, media sosial BPPTKG, frekuensi radio VHF di 172.000 Mhz, atau ke kantor BPPTKG, Jalan Cendana No. 15 Yogyakarta, telepon (0274) 514180-514192.