Kebumen, Portonews.com – Bupati Kebumen Arif Sugiyanto bersama rombongan menghadiri acara bergengsi, The 10th International Conference on UNESCO Global Geopark, yang berlangsung selama satu minggu di Marrakesh, Maroko, Afrika Utara.
Selain Bupati hadir juga Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Edi Rianto, Ahli Peneliti Utama BRIN yang juga Ketua Dewan Pakar Geopark Kebumen, Chusni Ansori, dan Kepala Bagian Administrasi Pembangunan Setda Alfia Diananita Zulfa.

Konferensi dimulai dengan sesi pertama yang membahas topik “UNESCO Global Geopark Developing Communities.” Delegasi Geopark Kebumen dari Indonesia mempresentasikan makalah dengan judul “Geo Culture at Kebumen Geopark Central Java Indonesia.”
Dilansir dari laman resmi pemda Kebumen, selama konferensi tersebut, Bupati Arif menggarisbawahi peran Geopark Kebumen dalam mengembangkan geopark nasional menjadi geopark global yang diakui oleh UNESCO. Upaya ini melibatkan perluasan wilayah Geopark, bukan hanya terbatas pada Kawasan Karangsambung-Karangbolong seperti sebelumnya.
“Kita menyampaikan bahwa Pemerintah Daerah tengah berupaya menjadikan Geopark Kebumen masuk dalam Global Geopark yang diakui UNESCO. Tentu saja konsep yang kita bawa berbeda dengan sebelumnya yang lebih menitikberatkan pada ilmu kebumian atau bebatuan,” ujar Bupati dalam keterangannya, Kamis (7/9).
Arif menjelaskan bahwa Geopark Kebumen tidak hanya menawarkan situs geologi, tetapi juga mengintegrasikan aspek-aspek budaya dan pariwisata masyarakat yang saling terkait, yang tersebar di 22 kecamatan di wilayah tersebut.
Dalam penjelasannya, Arif menggarisbawahi keberagaman budaya Kebumen yang erat kaitannya dengan lingkungan alam. Ia mengidentifikasi tiga zona alam di Kebumen yang memiliki karakteristik budaya yang berbeda.
Selanjutnya, Ahli Peneliti Utama BRIN, Chusni Ansori, menjelaskan hubungan antara pembentukan budaya dan karakteristik geologi di Geopark Kebumen. Analisisnya mencakup tujuh parameter geologi dan empat parameter budaya yang secara keseluruhan mempengaruhi perkembangan budaya di wilayah tersebut.
“Tujuh parameter geologi dan empat parameter budaya telah dianalisis menggunakan metode overlay dan AHP,” ucap Chusni yang juga ketua Kelompok Riset Geoheritage-Geopark BRIN
Berdasarkan analisis tersebut budaya yang berkembang pada kawasan Kebumen mempunyai keterkaitan dengan kondisi geologi yang ada. Budaya era megalitik ada 11 lokasi, dan Hindu-Budha 13 lokasi, terlihat kuat keterkaitannya dengan air tanah dan kedekatan dengan sungai.
Menurut Chusni, budaya megalitik dan Hindu-Budha sangat terkait dengan air tanah dan kedekatan dengan sungai. Budaya Islam lebih dipengaruhi oleh ketinggian dan material tambang, sementara budaya kolonial lebih tergantung pada karakteristik bentang alam dan sumber daya tambang.
Secara keseluruhan, hasil analisis menunjukkan bahwa daerah datar, endapan alluvial, morfologi fluvial dan pantai, jarak dari sungai kurang dari 750 meter, ketinggian kurang dari 50 meter, serta keberadaan air tanah dangkal dan material tambang berpasir merupakan faktor-faktor utama dalam pembentukan budaya di Geopark Kebumen.